Berpolemik dan berbeda pendapat merupakan tabiat manusia. Sebagai Sang Pencipta Yang Maha Bijak, Allah swt. menghendaki
tabiat dan fitrah ini tetap berjalan di atas keimanan yang benar. Oleh karena itu, adanya sebuah tolok ukur yang kelak menjadi
rujukan semua pihak adalah satu keniscayaan yang tidak dapat dielakkan lagi. Allah swt. telah menurunkan kitab pedoman
dengan kebenaran yang akan menjadi penengah bagi umat manusia dalam pelbagai hal yang diperselisihkan (QS.2:213).
Tanpa bekal ini, kehidupan yang sehat tidak akan dapat berlangsung. Ini adalah ketentuan yang telah ditegaskan oleh Al-
Quran dan dilandaskan di atas asas Tauhid yang absolut. Lalu, penyimpangan, mitos dan kebohongan mulai dan terus menerus
dilakukan oleh anak cucu Adam, hingga akhirnya mereka mulai menjauh dari asas yang kuat ini.

Author

Editor

Interpreter

Common title

Number of volumes

Persian Title

Publish location

Publication year

Publish number

Publisher

Qr Code

Sect

Scholar

ISBN

Source

Translated

Translated Fields

Is this post suggested?

Rate

View

Votes

Ilmu Keislaman dan Peradaban Syiah

<p data-start="200" data-end="739">Buku <em data-start="205" data-end="241">Peradaban Syiah dan Ilmu Keislaman</em> adalah karya klasik Ayatullah Sayyid Ḥasan ash-Shadr yang menegaskan peran sentral mazhab Ahlulbait (ʿa, singkatan dari <em data-start="362" data-end="381">ʿalayhim al-salām</em> — “semoga damai tercurah atas mereka”) dalam pembentukan dan pengembangan ilmu-ilmu Islam. Dengan gaya argumentatif dan dokumentatif, karya ini membantah pandangan yang mengabaikan kontribusi kaum Syiah terhadap ilmu pengetahuan Islam, sekaligus memperlihatkan bagaimana tradisi keilmuan yang berakar pada para Imam suci membentuk fondasi peradaban Islam.</p>

<h3 data-start="741" data-end="761">About the Book</h3>
<p data-start="762" data-end="1285">Disertai pengantar bernas dari Prof. Dr. Sulaiman Dunya, buku ini menelusuri asal-usul dan perkembangan berbagai cabang ilmu dalam Islam—seperti fikih, hadis, tafsir, ilmu kalam, filsafat, sejarah, sastra, dan bahasa Arab—dan menunjukkan bahwa banyak di antara peletak dasar ilmu tersebut adalah ulama Syiah. Sayyid Ḥasan ash-Shadr menulis dengan metodologi yang ketat: ia menyertakan nama-nama tokoh, sumber rujukan, dan bukti sejarah yang mengaitkan setiap disiplin ilmu dengan ajaran dan bimbingan para Imam Ahlulbait.</p>
<p data-start="1287" data-end="1525">Lebih dari sekadar kajian sejarah, buku ini adalah deklarasi intelektual bahwa Islam, dalam keutuhannya, tidak dapat dilepaskan dari peran keluarga Nabi Muhammad (peace be upon him and his Family) dalam menjaga kemurnian wahyu dan akal.</p>

<h3 data-start="1527" data-end="1555">What You Will Discover</h3>
<p data-start="1556" data-end="1581">Pembaca akan menemukan:</p>

<ul data-start="1582" data-end="2079">
 	<li data-start="1582" data-end="1686">
<p data-start="1584" data-end="1686">Bukti historis kontribusi ulama Syiah dalam lahirnya dan berkembangnya berbagai disiplin ilmu Islam.</p>
</li>
 	<li data-start="1687" data-end="1779">
<p data-start="1689" data-end="1779">Penjelasan tentang hubungan antara wahyu, akal, dan ilmu dalam pandangan Ahlulbait (ʿa).</p>
</li>
 	<li data-start="1780" data-end="1888">
<p data-start="1782" data-end="1888">Biografi singkat para ilmuwan Syiah yang menjadi pionir dalam bidang tafsir, hadis, kalam, dan filsafat.</p>
</li>
 	<li data-start="1889" data-end="1974">
<p data-start="1891" data-end="1974">Pembelaan ilmiah terhadap posisi mazhab Syiah sebagai pelopor rasionalitas Islam.</p>
</li>
 	<li data-start="1975" data-end="2079">
<p data-start="1977" data-end="2079">Kritik konstruktif terhadap pandangan yang memisahkan keilmuan Islam dari akar spiritual dan imamah.</p>
</li>
</ul>
<h3 data-start="2081" data-end="2103">About the Author</h3>
<p data-start="2104" data-end="2582">Ayatullah Sayyid Ḥasan ash-Shadr (1870–1939) adalah ulama, sejarawan, dan pemikir besar dari keluarga ilmuwan terkemuka di Kadhimain, Irak. Ia dikenal karena kedalaman pengetahuannya dalam sejarah Islam dan peran pentingnya dalam gerakan kebangkitan ilmiah Syiah di abad ke-20. Karya-karyanya, seperti <em data-start="2406" data-end="2427">Tasyayyuʿ wa Syi‘ah</em> dan <em data-start="2432" data-end="2468">Ta’sîs al-Syi‘ah li ʿUlûm al-Islâm</em>, menjadikannya salah satu tokoh utama yang mengukuhkan identitas ilmiah mazhab Ahlulbait di dunia Islam modern.</p>

<h3 data-start="2584" data-end="2611">Who Is This Book For?</h3>
<p data-start="2612" data-end="2892">Buku ini ditujukan bagi para akademisi, mahasiswa, dan pembaca umum yang ingin memahami secara mendalam kontribusi kaum Syiah terhadap ilmu dan peradaban Islam serta bagi siapa pun yang menaruh minat pada sejarah intelektual Islam yang rasional dan menyatukan wahyu dengan akal.</p>

Peradaban Islam Hakiki Peradaban Syiah dan Ilmu Keislaman

<strong>Sayyid Hasan Shadr</strong> (1272 H–1354 H), dikenal juga dengan sebutan <em>al-Muḥaddits al-Kāẓimī</em>, adalah seorang faqih (ahli fikih), uṣūlī (ahli prinsip hukum Islam), mufassir (ahli tafsir), ahli rijal (biografi perawi), dan muḥaddits (ahli hadis). Ia termasuk di antara marjaʿ (otoritas hukum) besar dalam mazhab Syiah. Salah satu karya terkenalnya adalah <em>Ta’sīs al-Syiʿah</em>.
<h3>Kelahiran</h3>
Ia dilahirkan di kota Kāẓimayn pada tanggal 29 Ramadan tahun 1272 H.
<h3>Keluarga dan Pendidikan Awal</h3>
Sayyid Hasan Shadr tumbuh dalam keluarga yang sederhana namun penuh ketakwaan dan keutamaan. Atas dorongan ayahnya, ia mulai menuntut ilmu sejak usia muda. Ayahnya memilihkan guru-guru terbaik baginya. Sebelum mencapai usia lima belas tahun, ia telah menguasai ilmu-ilmu bahasa Arab seperti ṣarf (morfologi), naḥwu (tata bahasa), bayān, maʿānī, dan badīʿ. Setelah itu, ia mempelajari logika (<em>manṭiq</em>). Berkat tekad yang kuat, pengawasan ayah, dan kecerdasannya, ia kemudian mendalami fikih dan uṣūl di bawah bimbingan para ulama besar Kāẓimayn, termasuk ayahnya sendiri, hingga mencapai tingkat tinggi dalam usia delapan belas tahun.
<h3>Menetap di Najaf</h3>
Atas perintah ayahnya, Sayyid Hasan Shadr pindah ke Najaf al-Asyraf untuk memperdalam ilmu-ilmu keislaman. Selama tujuh belas tahun, ia menekuni filsafat, teologi (<em>kalām</em>), fikih, uṣūl, dan berbagai cabang ilmu Islam lainnya hingga mencapai derajat ijtihad (kemampuan berfatwa secara mandiri).
<h3>Hijrah ke Samarra</h3>
Ketika Ayatullah Sayyid Muhammad Hasan al-Shirazi berpindah dari Najaf ke Samarra pada tahun 1291 H, banyak muridnya yang ikut serta. Sayyid Hasan Shadr pun berangkat ke Samarra pada tahun 1297 H untuk menimba ilmu dari marjaʿ besar tersebut. Ia tinggal di sana selama tujuh belas tahun. Selain belajar, ia juga mulai mengajar dan dikenal karena kejelasan penyampaiannya. Ayatullah al-Shirazi menunjukkan rasa hormat dan kasih sayang khusus kepadanya. Dua tahun setelah wafatnya al-Shirazi (1312 H), Sayyid Hasan Shadr bersama sepupunya, Sayyid Ismail Shadr, kembali ke kota kelahirannya, Kāẓimayn (1314 H).
<h3>Kepemimpinan Keagamaan (Marjaʿiyyah)</h3>
Setelah wafatnya Mirza al-Shirazi pada tahun 1312 H, banyak pengikutnya yang meminta Sayyid Hasan Shadr untuk menerbitkan <em>risalah ʿamaliyyah</em>-nya (pedoman praktis hukum Islam). Namun, ia dengan rendah hati menolak dan mengarahkan masyarakat kepada Ayatullah Sayyid Ismail Shadr. Setelah Sayyid Ismail Shadr wafat pada tahun 1338 H, masyarakat kembali memintanya untuk memimpin sebagai marjaʿ, dan kali ini ia menerima. Ia pun menerbitkan <em>Risalah ʿAmaliyyah</em> berjudul <em>Ruʾūs al-Masāʾil al-Muhimmah</em>, serta karya lainnya seperti <em>Najāt al-ʿIbād</em> dan <em>Ḥāsyiah ʿalā al-ʿUrwah al-Wuthqā</em>. Pada usia enam puluh enam tahun, ia resmi memikul tanggung jawab besar sebagai marjaʿ taklid.

Sayyid Hasan Shadr adalah guru dalam bidang fikih, uṣūl, tafsir, hadis, rijal, dan dirayah. Ia menguasai ilmu-ilmu bahasa Arab (ṣarf, naḥwu, maʿānī, badīʿ, bayān, lughah, dan manṭiq), serta mendalam dalam filsafat, kalam, astronomi, matematika, sejarah, geografi, etika, dan ilmu nasab.
<h3>Guru-Gurunya</h3>
Di antara guru-gurunya adalah: Baqir bin Muhammad Hasan Āl Yāsīn, Sayyid Baqir bin al-Ḥaidar, Muhammad bin al-Ḥajj Kāẓim, Mirza Baqir Salmasi, Muhammad Baqir Shaki, Muhammad Taqi Baykani, ʿAbd al-Nabi Nuri Ṭabarsi, Muhammad Taqi Golpaygani, ʿAbd al-Ḥusayn bin Niʿmah al-Ṭuraiḥi, Mirza al-Shirazi, Mulla Ḥusayn Quli Hamadani, dan ʿAbd al-Ḥusayn Hindi.
<h3>Murid-Muridnya</h3>
Di antara murid-muridnya adalah: Muhammad Jawad Balaghi dan Murtadha Āl Yāsīn al-Kāẓimī.
<h3>Wafat</h3>
Beliau wafat pada tanggal 11 Rabiʿ al-Awwal tahun 1354 H di kota Kāẓimayn dan dimakamkan di dekat makam Imam Mūsā bin Jaʿfar (ʿa).
<h3>Karya-Karya</h3>
Beberapa karyanya yang terkenal antara lain:
<ul>
 	<li><em>Ḥāsyiah ʿalā al-Fuṣūl</em> (Persia).</li>
 	<li><em>Ḥāsyiah ʿalā al-ʿUrwah al-Wuthqā.</em></li>
 	<li><em>Ḥāsyiah ʿalā al-Ghāyah al-Quswā.</em></li>
 	<li><em>Ḥāsyiah ʿalā Najāt al-ʿIbād.</em></li>
 	<li><em>Ḥāsyiah ʿalā al-Tabṣirah.</em></li>
 	<li><em>Sabīl al-Ṣāliḥīn.</em></li>
 	<li><em>Iḥyāʾ al-Nufūs bi-Ādāb Ibn Ṭāwūs.</em></li>
 	<li><em>Sabīl al-Rasyād fī Syarḥ Najāt al-ʿIbād.</em></li>
 	<li><em>Tabyīn Madārik al-Sadād lil-Matin wa al-Ḥawāsyi min Najāt al-ʿIbād.</em></li>
 	<li><em>Taḥṣīl al-Furūʿ al-Dīniyyah fī Fiqh al-Imāmiyyah.</em></li>
 	<li><em>al-Masāʾil al-Muhimmah.</em></li>
 	<li><em>al-Masāʾil al-Nafsiyyah.</em></li>
 	<li><em>al-Ghāliyah li-Ahl al-Anẓār al-ʿĀliyah.</em></li>
 	<li><em>Tabyīn al-Rasyād fī Lubs al-Sawād ʿalā al-Aʾimmah al-Ajād.</em></li>
 	<li><em>Nahj al-Sadād fī Ḥukm Arāḍī al-Sawād.</em></li>
 	<li><em>al-Durr al-Naẓīm fī Masʾalat al-Tatmīm.</em></li>
 	<li><em>Luzūm Qaḍāʾ Mā Fāt (min al-Ṣawm) fī Sanah al-Fawāt.</em></li>
 	<li><em>Tabyīn al-Ibāḥah.</em>
dan karya-karya lainnya.</li>
</ul>

Born

Death

Sayyid Hasan shadr

Sayyid Hasan shadr

Born:

Death:

Sayyid Hasan shadr

Author Books