Derzeit sind keine Informationen zur Biografie und Vorstellung dieser Person verfügbar. Unsere Kollegen im Inhaltsbereich werden diese prüfen und in diesem Bereich vorstellen. Angesichts der großen Anzahl von Autoren, Wissenschaftlern und Übersetzern auf dieser Website ist die Eingabe und Prüfung aller Informationen zeitaufwändig. Wenn Website-Benutzer über die Seite „Kontakt“ eine Vorstellung der betreffenden Person anfordern, wird der Inhalt vorrangig behandelt. Wenn Sie als geschätzter Benutzer der Website „islamic-sources“ den betreffenden Autor, Übersetzer, Wissenschaftler oder Herausgeber kennen und einen Artikel über die Vorstellung dieser Person (Biografie, Schriften, Übersetzungen usw.) schreiben möchten, um andere zum Lesen der Bücher dieser Person zu ermutigen, können Sie Ihre gewünschten Inhalte und Informationen hierzu über die Seite „Kontakt“ senden.

Penulis tidak diketahui

Seyyed Ruhollah Mousavi Khomeini (1281-1368), yang dikenal sebagai Imam Khomeini, pemimpin Revolusi Islam dan pendiri Republik Islam Iran, adalah salah satu tokoh Syiah terbesar pada abad ke-14 H.
Kelahiran
Imam Khomeini lahir pada tanggal 20 Jumadil Akhir (hari kelahiran Fatimah Az-Zahra) 1320 H, bertepatan dengan tanggal 1 Mehr 1281 H dan 24 September 1902 M. Kakek buyutnya, Seyyed Heydar Mousavi Ardebili, bermigrasi dari Iran ke Kashmir pada abad ke-8 H bersama ayah mertuanya, Mir Seyyed Ali Hamedani, untuk menyebarkan Islam dan Syiah.
Tokoh Ilmiah dan Budaya
Agha Seyyed Ruhollah, dengan bakatnya yang luar biasa, dengan cepat menguasai berbagai bidang ilmu pengetahuan. Selain yurisprudensi dan kaidah-kaidah, beliau juga mempelajari filsafat dan tasawuf tingkat tinggi dengan para profesor terkemuka pada masanya (Ayatollah Haji Sayyid Abul-Hasan Rafi'i Qazvini dan Ayatollah Mirza Mohammad Ali Shahabadi) di Qom, dan dalam waktu 6 tahun, beliau mencapai kemajuan pesat dalam ilmu-ilmu tersebut. Pada tahun 1315 H (1355 H), ketika Ayatollah Ha'eri wafat, Haji Agha Ruhollah dianggap sebagai salah satu tokoh ilmiah terkemuka di Madrasah Ibtidaiyah Qom.
Pendidikan Khomeini
Imam Khomeini memulai pendidikannya sejak kecil dan kemudian bersekolah. Setelah menyelesaikan sekolah, beliau melanjutkan ke madrasah-madrasah baru dan setelah lulus, beliau mulai mempelajari ilmu-ilmu Islam dengan paman dan saudara laki-lakinya.
Pendidikan Arak
Pada tahun 1339 H, Imam Khomeini pergi ke Arak untuk menyelesaikan pendidikannya di bawah bimbingan Ayatollah Abdul-Karim Ha'eri Yazdi. Selama periode ini, beliau belajar di bawah bimbingan guru-guru seperti Syekh Mohammad Ali Borujerdi dan Syekh Mohammad Golpayegani.
Pendidikan di Qom
Bersamaan dengan kepergian Ayatollah Haeri ke Qom, Imam juga pergi ke Qom dan menyelesaikan jenjang pendidikan yang lebih tinggi di pesantren pada usia 25 tahun. Setelah itu, beliau mencapai derajat ijtihad dengan mengikuti pelajaran-pelajaran Ayatollah Haeri. Di antara semua guru Imam, yang paling meresapi jiwanya adalah pelajaran tasawuf teoretis dari mendiang Mohammad Ali Shahabadi. Selama enam tahun, terkadang setiap hari dan terkadang beberapa minggu sekali, beliau pergi kepadanya untuk belajar tasawuf selain yurisprudensi dan filsafat.
Pengajaran
Imam mulai mengajar buku-buku filsafat ketika usianya tidak lebih dari 27 tahun, dan selain filsafat, beliau mengabdikan dirinya untuk mengajar etika. Para agen Reza Syah mendesak penutupan kursus ini, tetapi mereka tidak dapat melakukannya karena perlawanan Imam. Namun, mereka terpaksa memindahkan kursus etika dari Sekolah Faiziyah ke Sekolah Haji Mulla Shadiq di daerah terpencil di kota tersebut. Selain itu, mereka juga mengajarkan fikih dan prinsip-prinsip. Mereka mulai mengajarkan ilmu-ilmu fikih dan prinsip-prinsip pada tahun 1325 H, bersamaan dengan kedatangan Ayatollah Boroujerdi di Qom. Di pengasingan di kota Najaf, mereka juga mulai mengajarkan kursus tersebut atas desakan para siswa, dan pada bulan Februari 1348, mereka mempresentasikan kursus Perwalian Fikih dalam 13 sesi.
Karya
Karier kepenulisan Imam dimulai dengan isu-isu intelektual dan berlanjut di bidang etika, fikih, dan prinsip-prinsip. Pada usia sekitar 27 tahun, beliau menulis kitab Misbah-ul-Hidayah, yang telah dikomentari oleh beberapa ulama besar kontemporer. Pada usia 29 tahun, beliau menulis tafsir doa-doa bulan Ramadan, dan kemudian kitab Hadits Arbain. Selain itu, beliau juga telah menulis 21 judul buku lainnya, beberapa di antaranya adalah:
Pelajaran Tafsir Surah Hamad, Jihad Akbar atau Perjuangan Diri, Akhlak, dan Sufistik (ensiklopedia, jilid 50);
Lampu Penuntun Khilafah dan Negara;
Uraian Salat Subuh;
Uraian Hadits Arbain;
Margin Ayat-ayat Al-Hakm Qaysari dan Misbah Al-Anas;
Margin Miftah al-Gheeb;
Asrar al-Salwa atau Meraj al-Salakin;
Risalah tentang Permintaan dan Kehendak;
Margin Risalah Hadits Ras al-Jalot, Qazi Saeed, dan Tafsir Hadits Independen;
Mengungkap Rahasia; Deskripsi hadis prajurit akal dan jahiliah;
Ritual doa;
pesan;
Buku penjualan;
Kitab Pemurnian;
Anwar al-Hidaya fi al-Talaqeeh ali al-Aqiq;
Metode akses terhadap pengetahuan Islam;
Pesan dalam Ijtihad dan Peniruan;
Zubdah al-Ahkam;
Al-Makasib Al-Muhrmah;
Tahrir Al-Wasilah;
Jihad Al-Nafs atau Jihad Al-Akbar;
Pemerintahan Islam atau Wilayat Al-Faqih;
Tafsir Surat Hamd;
Ritual Haji;
Lahamat Al-Usul;
Diwan Al-Ishaar.
Kehidupan Politik dan Sosial
Pada tanggal 15 Mei 1944, dalam situasi yang bergejolak dan suasana relatif bebas pasca Reza Pahlavi, Imam menyampaikan khutbah kepada bangsa tentang pemberontakan di jalan Allah dan menyebutnya sebagai satu-satunya jalan untuk mereformasi dua dunia. Pada tahun yang sama, menanggapi keraguan terhadap kitab Asrar Al-Hasalat, beliau menyerang Reza Khan dan mengemukakan gagasan tentang pemerintahan Islam serta perlunya pemberontakan untuk membentuknya. Selama masa kepemimpinan Ayatollah Borujerdi, Imam menjadi anggota komite reformis atas namanya, yang bertugas mereformasi pesantren dan menyebabkan perubahan di dalamnya. Beliau dimintai pendapat oleh Ayatollah mengenai berbagai isu, terutama isu-isu yang berkaitan dengan pemerintahan. Suatu ketika pada tahun 1949, beliau menghadap Syah atas nama Ayatollah Borujerdi untuk mencegah eksekusi beberapa orang. Pada bulan Oktober 1962, Rancangan Undang-Undang Asosiasi Negara Bagian dan Provinsi disetujui oleh pemerintah. Rancangan Undang-Undang ini menghapus tiga syarat, yaitu beragama Islam, bersumpah di atas Firman Allah yang Agung, dan berjenis kelamin laki-laki bagi para pemilih dan pejabat terpilih, untuk membuka jalan bagi kehadiran Baha'i. Imam menulis dalam telegram kepada Alam: "Sekali lagi saya menasihati Anda untuk tunduk kepada Allah SWT dan Konstitusi, serta takut akan konsekuensi berat dari pelanggaran Al-Qur'an, putusan para ulama dan pemimpin Muslim, serta pelanggaran hukum; dan janganlah membahayakan negara tanpa alasan; jika tidak, para ulama Islam tidak akan segan-segan mengungkapkan pendapat mereka tentang Anda." Pesan tegas Imam tak tertandingi dalam situasi saat itu.

Pemberontakan Khordad ke-15
Tak lama setelah kegagalan asosiasi provinsi dan provinsi, Syah mengumumkan referendum mengenai rencana bertajuk "Revolusi Putih". Dalam pernyataan tegas empat hari sebelum referendum, Imam menganggap rencana tersebut bertentangan dengan Islam dan konstitusi.
Di Farvardin tahun 1963, setelah para agen menyerang Feiziyeh, Imam mengeluhkan dalam pidatonya tentang diamnya para tetua: "Hari ini, diam adalah keterlibatan dengan rezim tiran." Keesokan harinya, beliau menerbitkan pernyataan dan secara eksplisit menyerukan para ulama untuk meninggalkan taqiyyah, menambahkan: "Aku kini telah mempersiapkan hatiku untuk bayonet para agen kalian."
Dalam situasi di mana SAVAK telah mengambil janji dari para pembicara untuk tidak menyerang Syah dan Israel, Imam mengkritik keras Syah dan campur tangan Israel dalam pidatonya pada Asyura tahun 1963. Pada malam yang sama, Imam ditangkap dan dikirim dari Qom ke Teheran. Dengan pemberontakan rakyat Teheran dan Varamin serta tekanan dari para ulama, pemerintah terpaksa membebaskannya.
Protes terhadap kapitulasi dan pengasingan ke Turki
Pada 11 Oktober 1964, RUU kapitulasi disahkan di parlemen. Ketika berita itu sampai kepada Imam, beliau mengeluarkan pesan peringatan. Pada 3 November 1965, Imam ditangkap dengan penundaan beberapa hari karena penyelenggaraan pemilihan presiden AS dan diasingkan ke Turki. Imam Khomeini tinggal di Turki selama sebelas bulan.
Tahun-tahun Najaf
Imam dan putranya diasingkan ke Najaf pada Oktober 1965. Pemerintah bermaksud agar Imam diasingkan di pesantren Najaf dan dalam suasana yang jauh dari politik. Meskipun Imam menghabiskan tiga jam setiap hari untuk mengunjungi dan berdoa di makam tersebut selama tinggal di Najaf, kegiatannya dalam gerakan tersebut tidak berhenti. Empat hari setelah tiba di Najaf, Imam bertemu dengan Ayatollah Sayyid Mohsen Hakim dan mengajaknya untuk memberontak. Pada April 1967, mereka menulis surat bernada keras kepada Hoveida sebagai protes terhadap rancangan undang-undang yang memuat hukum-hukum anti-Islam.
Kebangkitan Gerakan
Pada 1 November 1977, berita kematian Sayyid Mustafa, putra Imam, yang tidak memiliki riwayat penyakit, datang sebagai kejutan. Dokter mengatakan bahwa ia telah diracuni, Imam tidak mengizinkan otopsi, dan dalam sebuah pesan, ia menggambarkan kondisi negara itu bahkan lebih buruk. Nada pesan Imam membuat Shah marah, dan ia memerintahkan sebuah artikel di surat kabar Etelaat untuk menyerang Imam. Sebagai protes terhadap keberanian Imam, rakyat memberontak di Qom, yang ditanggapi dengan penindasan. Kota-kota di Iran bergejolak pada peringatan empat puluh tahun para syuhada kota-kota sebelumnya, dan Imam akan mengirimkan pesan untuk setiap peristiwa ini. Revolusi
Ketika aktivitas Imam mencapai puncaknya, agen-agen pemerintah Irak mengepung rumah Imam dan memutus akses ke sana. Tekanan semakin meningkat, mereka memutuskan untuk pergi ke Suriah. Hal ini tidak memungkinkan, sehingga mereka pergi ke Paris, di mana mereka memberikan wawancara kepada media massa dan menjelaskan alasan serta program Revolusi Islam.
Setelah bertahun-tahun meninggalkan tanah airnya, Imam akhirnya tiba di Iran pada 12 Bahman 1357 dan pada 15 Bahman menunjuk Bazargan sebagai Perdana Menteri Pemerintahan Sementara dan bertugas membentuk kabinet. Ia mengeluarkan pengumuman mengenai darurat militer pada 21 Bahman, menyebutnya sebagai hoaks dan meminta rakyat untuk mengabaikannya, dengan mengatakan bahwa tindakan ini telah membuahkan hasil gerakan dan kemenangan Revolusi Islam.
Pada 10 Isfand, mereka meninggalkan Teheran menuju Qom untuk menetap di sana, tempat orang-orang datang dari jauh untuk menyambut mereka. Sejak awal, mereka bersikeras mengadakan referendum, dan akhirnya, pada 10 Farvidin 1358, rakyat dengan suara mayoritas mendukung Republik Islam.

Pada 19 Dey, mereka menulis surat wasiat baru dan menunjuk Tuan Montazeri dan Tuan Pasandideh sebagai pelaksana wasiat. Beberapa hari kemudian, mereka dipindahkan ke rumah sakit di Teheran karena masalah jantung. Dokter menyarankan operasi, tetapi Imam menolak dan setuju untuk minum obat secara teratur. Setelah dua bulan, Imam pulih dan dokter tidak menganggapnya perlu untuk tinggal di Qom lagi. Dokter menekankan bahwa Imam harus dibangunkan rumah di dekat Rumah Sakit Jantung. Selain itu, menurut diagnosis dokter, beliau harus tinggal di utara Teheran, yang memiliki cuaca yang mendukung.

Pada Farvidin 1365, jantung Imam berhenti sejenak. Upaya dokter mungkin tidak berhasil, tetapi tiba-tiba jantungnya kembali berdetak pada kejutan terakhir.

Wafat
Hazrat Imam Khomeini menjalani perawatan medis pada hari kedua Khurdad setelah mengalami masalah pencernaan pada tanggal 18 Mei 1368. Setelah mengalami masalah serius yang muncul pada pukul 15.00 tanggal 13 Khurdad selama perjalanan penyakitnya, pada Sabtu malam, pukul 22.20 tanggal 13 Khurdad 1368 tahun masehi (3 Juni 1989 M), bertepatan dengan 24 Syawal 1409 H, dalam usia 87 tahun, ruh beliau meninggalkan dunia ini dan bergabung dengan Kerajaan Tertinggi.

Ruhollah Mousavi Khomeini(Imam Khomeini)

Nama Lengkap:

Prof. Dr. Nurcholish Madjid, M.A. (Cak Nur)

Riwayat:

Nurcholish Madjid atau populer dipanggil Cak Nur, adalah seorang pemikir Islam, cendekiawan, dan budayawan Indonesia. Pada masa mudanya sebagai aktivis & kemudian Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Ia menjadi satu-satunya tokoh yang pernah menjabat sebagai ketua Umum HMI selama dua periode. Ide dan gagasannya tentang sekularisasi dan pluralisme pernah menimbulkan kontroversi dan mendapat banyak perhatian dari berbagai kalangan masyarakat. Nurcholish pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Penasihat Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia, dan sebagai Rektor Universitas Paramadina, sampai dengan wafatnya pada tahun 2005.

Masa Kecil dan Pendidikan:

Ia lahir dan dibesarkan di lingkungan keluarga kiai terpandang di Dusun Mojoanyar, Desa Mojotengah, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Ayahnya adalah KH Abdul Madjid, dikenal sebagai pendukung Masyumi; sedangkan ibunya bernama Fatonah, putri Kiai Abdullah Sadjad dari Kediri. Ia mempunyai tiga orang adik.

Setelah melewati pendidikan di berbagai pesantren, di antaranya Pesantren Darul Ulum Rejoso di Jombang dan Pesantren Gontor di Ponorogo, Cak Nur menempuh studi kesarjanaan IAIN Jakarta (1961-1968) sekaligus aktif menjadi Ketua Umum di HMI & serta merumuskan Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI, yang kemudian menjadi buku pegangan ideologis HMI. Alasannya merumuskan NDP karena organisasi mahasiswa seperti Central Gerakan Actie Mahasiswa (CGMI) yang beraliran komunis memiliki buku pegangan ideologis & Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) pun memiliki hal serupa. NDP ditulis olehnya tatkala ia sedang melanjutkan kuliahnya di Amerika Serikat ia saat itu berkesempatan untuk melakukan perjalanan keliling Timur Tengah, dari pengalamannya dalam melihat kondisi Islam secara global itulah yang membuatnya tergerak untuk menulis NDP yang kemudian hari jadi buku pegangan ideologis HMI dan membuatnya terpilih menjadi Ketua Umum untuk dua periode. Kemudian ia menjalani studi doktoral di Universitas Chicago, Amerika Serikat (1978-1984), dengan disertasi tentang filsafat dan kalam Ibnu Taimiyah.

Karya-karya:

Diantara karya-karyanya:
<ul>
 	<li>The issue of modernization among Muslim in Indonesia, a participant point of view dalam Gloria Davies, ed. What is Modern Indonesia Culture (Athens, Ohio, Ohio University, 1978)</li>
 	<li>“Islam In Indonesia: Challenges and Opportunities” dalam Cyriac K. Pullabilly, Ed. Islam in Modern World (Bloomington, Indiana: Crossroads, 1982)</li>
 	<li>“Islam Di Indonesia: Tantangan dan Peluang” dalam Cyriac K. Pullapilly, Edisi, Islam dalam Dunia Modern (Bloomington, Indiana: Crossroads, 1982)</li>
 	<li>Khazanah Intelektual Islam (Jakarta, Bulan Bintang, 1982)</li>
 	<li>Islam, Kemoderanan dan Keindonesiaan, (Bandung: Mizan, 1987, 1988)</li>
 	<li>Islam, Doktrin dan Peradaban, (Jakarta, Paramadina, 1992)</li>
 	<li>Islam, Kerakyatan dan KeIndonesiaan, (Bandung: Mizan, 1993)</li>
 	<li>Pintu-pintu menuju Tuhan, (Jakarta, Paramdina, 1994)</li>
 	<li>Islam, Agama Kemanusiaan, (Jakarta, Paramadina, 1995)</li>
 	<li>Islam, Agama Peradaban, (Jakarta, Paramadina, 1995)</li>
 	<li>"In Search of Islamic Roots for Modern Pluralism: The Indonesian Experiences" dalam Mark Woodward ed., Toward a new Paradigm, Recent Developments in Indonesian Islamic Thoughts (Tempe, Arizona: Arizona State University, 1996)</li>
 	<li>Dialog Keterbukaan, (Jakarta, Paradima, 1997)</li>
 	<li>Cendekiawan dan Religious Masyarakat, (Jakarta: Paramadina, 1999)</li>
 	<li>Pesan-pesan Takwa (kumpulan khutbah Jumat di Paramadina) (Jakarta:Paramadina, --)</li>
</ul>
&nbsp;

&nbsp;

Nurcholish Madjid

Nama Lengkap:

Sayid Ridha Shadr

Riwayat:

Ia adalah seorang mujtahid dan penulis dan pengajar hauzah ilmiah Qom. Ia adalah saudara Sayid Musa Shadr dan anak dari Sayid Shadruddin Shadr.

Pendidikan dan Keilmuan:

Dia menghabiskan masa kecil dan remajanya di bawah pengawasan ayahnya dan mempelajari muqoddimah dan sastra Bahasa Arab di Masyhad. Kemudian dia pergi ke Qom bersama ayahnya dan belajar tingkatan sutuh dari guru-guru hauzah ilmiah Qom. Setelah itu, ia mengikuti pelajaran bahts kharij fikih dan ushul dan mencapai tingkat ijtihad di usia muda. Ia juga belajar filsafat dan irfan di hadapan Imam Khomeini.

Syahid Muthahhari, dalam sebuah surat kepada dewan pendiri Husainiyah Irsyad untuk membentuk Dewan Spiritual Tertinggi, memperkenalkan dua belas ulama besar, salah satunya adalah Sayid Ridha Shadr, sebagai pusat ijtihad dan fatwa.

Guru-guru:

Sayid Shadruddin Shadr, Sayid Muhammad Hujjat Kuh Kamrehi, Sayid Muhammad Taqi Khunsari, Sayid Syahabuddin Mar'asyi Najafi, Sayid Muhammad Muhaqqiq Damad, Sayid Husain Borujerdi, Imam Khomeini.

Karya-karya:

Diantara karya-karyanya; Istiqomat, Hasad, Dorugh (Kebohongan), Ijtihad dan Taklid, Keadilan dalam fikih, Tafsir Surah Hujurat, Husnu Yusuf (Kisah terbaik), Filsafat Kebebasan, Muhammad dalam Al-Quran, Al-Masih dalam Al-Quran, Mengenal al-Quran, Jalan Muhammad, Jalan Al-Quran, Lelaki Setia (Kumpulan Cerita), Tanda-tanda-Nya, Hari Kemanusiaan, Warisan Istri, Mengenal Tuhan, Khalifah Rasulullah, Malam Kamis.

&nbsp;

Ridha Shadr

Nama Lengkap:

Ali Mir Khalaf Zadeh

Riwayat:

Ali Mir Khalaf Zadeh dilahirkan dalam keluarga religius. Hingga usia 6 tahun, ia ikut bersama ayahnya yang merupakan penjaga sepatu di haram Imam Husain as.

Setelah kedatangannya ke Iran, ia memulai pelajaran hauzahnya di bawah bimbingan ulama-ulama besar di Hauzah Ilmiah Qom.

Guru-guru:

Hujjatul Islam Wal Muslimin Syaikh Ahmad Kafi, Ayatullah Shadiq Isfahani, Ayatullah Gulpaygani, Ayatullah Syaikh Jawad Maliki Tabrizi, Ayatullah Haqsyenos, Ayatullah Mujtahedi Tehrani, Ayatullah Mudarris Afghani, Ayatullah Wujdani Fakhr, Ayatullah Payani, Ayatullah I'timadi, Ayatullah Makarim Syirazi, Ayatullah JA'far SUbhani, Ayatullah Nuri Hamedani, Ayatullah Shafi Gulpaygani.

Karya-karya:

Diantara karya-karyanya adalah; Kisah-kisah Surah Al-Fatiha, Kisah-kisah Berkah Para Ulama, Kisah-kisah Akhlak Imam Sajjad, Kisah0kisah Dzikir dan Do'a Mujarrab, Kisah-kisah Para Pecinta Ilmu. Kisah-kisah Keutamaan Ziarah Imam Husain as, Kisah-kisah Keutamaan Ilmu, Kisah-kisah Orang Miskin yang Menjadi Ulama, Kisah-kisah tentang Hijab, Kisah-kisah Tangisan kepada Imam Husain as.

Ali Mir Khalaf Zadeh

Nama Lengkap:

Muzaffer Ozak (terkenal dengan Syeikh Muzaffer Ozak Jerrahi)

Riwayat:

Syeikh Muzaffer Ozak adalah seorang Syeikh Agung tarekat sufi Khalwati-Jerrahi dari Istanbul Turki. Ia menjabat sebagai Syeikh Agung dari tahun 1966 hingga 1985. Syaeikh Muzaffer terkenal di negara-negara Barat karena kunjungannya ke Eropa dan Merika Serikat, dimana ia mengadakan acara dzikir secara umum bersama para darwisnya. Ia juga popular di Turki karena ilahinya, himne religius sufi. Muzaffer juga mempunyai sebuah took buku di Istanbul.

Karya-karya:

Diantara karya-karyanya; Irsyad: Kebijaksanaan Seorang Guru Sufi, Pembukaan Cinta, Cahaya Hati, Perhiasan Hati, Santa Maria (Hezret Meryem), Taman Darwis, Cinta adalah Anggur.

Muzaffer Ozak Jerrahi

Nama Lengkap:

Abdurrahim Aba Dzari

Riwayat:

Pada usia 21 tahun, setelah menyelesaikan program wajib militernya, ia masuk ke hauzah Hazrat-e Vali-e Ashr di Tabriz, mempelajari pelajaran-pelajaran tingkat dasar dan tingkat sutuh disana. Kemudian, setelah empat tahun, ia pindah ke Qom, mempelajari pelajaran tingkat tinggi hauzah di bawah bimbingan para ulama besar. Ia juga aktif di bidang penelitian dan mengajar.

Guru-guru:

Mushtafa I'timadi, Abbas Mahfudzi, Ahmad Payani, Muhammad Ibrahim Jannati, Abdullah Jawadi Amuli, Hasanzaeh Amuli, Husain Ali Muntadzeri, Yusuf Shane'I, Muslim Malakuti dan lain-lain.

Karya-karya:

Diantara karya-karyanya adalah: Imam Borujerdi, Musa Shadr, Asma' binti 'Umais, Empat Puluh Hadis Kedudukan Ulama, 

&nbsp;

Abdurrahim Aba Dzari

Nama Lengkap:

Sayid Abbas Hasab Ali Musawi (terkenal dengan Kamal Seyed)

Riwayat:

Kamal El-Sayed lahir di Bagdad pada tahun 1959. Saat usia enam tahun, ia masuk sekolah dasar di daerah Batavin. Ia menyelesaikan pendidikan menengah dan umum di SMA Al-Musthafa dan Sekolah Ja'fari dan menerima diploma teknis. Namun dia tidak melanjutkan pendidikan universitasnya, karena ketertarikannya pada ilmu-ilmu hauzah, dia banyak membaca buku-buku hauzah.

Dia ditangkap pada tahun 1977 karena berhubungan dengan ulama dan revolusioner. Kemudian, berita kesyahidan Ayatollah Seyyed Mohammad Baqir Sadr dan saudara perempuannya Bint al-Huda memiliki pengaruh mendalam pada dirinya.

Memperoleh kewarganegaraan Iran

Pada tahun 1981, dia diam-diam melarikan diri ke Iran. Setelah itu, di Iran, ia terus bekerja dan menulis fiksi dan biografi  para Imam Ma'sum as.

Reza Amirkhani, penulis dan presiden Asosiasi Pena Iran, setelah bertemu dengannya selama acara tahunan buku Razavi, menyadari ketertarikan Kamal Seyed pada Iran dan ia ingin memiliki kewarganegaraan Iran. Reza Amirkhani menulis surat kepada Pemimpin Tertinggi meminta memberikan kewarganegaraan Iran kepadanya.

kegiatan

Dia telah melakukan banyak pekerjaan selain belajar. Berbagai kegiatan sastra membawanya untuk menulis, sehingga ia mencurahkan seluruh waktu dan tenaganya untuk menulis, dan sekarang Kamal Seyed yang sebelumnya ingin menjadi dokter telah menjadi penulis.

Karya-karya:

Diantara karya-karyanya: Kisah 14 Sahabat Nabi dan Keluarganya, Tiara Para Pesuluk, Surga Merah: Kisah Kehidupan Fatimah az-Zahra, Sang Dewi, Kisah-kisah Terbaik Al-Quran, Jalan Menuju Khorasan, Kisah-kisah Terpuji Sahabat Nabi saw, Cinta Kedelapan, Senjata Tangisan.

Kamal Seyed

Nama Lengkap:

Ali Rajabi Dawani

Riwayat:

Ali Dawani adalah seorang ulama, peneliti dan penulis Iran. Dawani mengenyam pendidikan hauzah di Qom dan Najaf. Kebanyakan usianya dihabiskan untuk menulis, berdakwah dan ikut dalam seminar-seminar ilmiah. Ia memiliki karya yang sangat banyak. Dawani meninggal pada tahun 2007 dan dimakamkan di haram Sayidah Fatimah Ma'sumah di kota Qom.

Pendidikan dan Keilmuan:

Dawani menyelesaikan pendidikan sekolah dasarnya di kota Abadan, sejak saat itu juga Dawani sudah mengenal Bahasa Inggris.

Pada usia 14 tahun, Dawani pergi ke Najaf, dan belajar di hauzah Najaf selama kurang lebih enam tahun.

Setelah itu, Dawani Kembali ke Iran. Setelah tinggal di Tehran dan Masyhad selama setahun, Dawani pergi ke Qom, dan melanjutkan pelajaran hauzahnya sampai ke tingkatan bahts kharij di bawah bimbingan ulama-ulama besar. Selama 12 tahun di Qom, selain belajar, Dawani juga aktif dalam kegiatan ilmiah lainnya seperti mengajar, berdakwah, kadang juga ia berdakwah ke luar Iran seperti Kuwait.

Guru-guru:

Ayatullah Misykini, Ayatullah Fadil Lankarani, Shaduqi, Allamah Thabathabai, Ayatullah Haeri, Imam Khomeini, Sayid Muhammad Muhaqqiq Damad, Sayid Muhammad Ridha Gulpaygani, Ayatullah Borujerdi.

Karya-karya:

Ia menulis buku pertamanya saat usia 23 tahun, buku itu menceritakan tentang kisah hidup Jalaluddin Dawani, seorang teolog Syi'ah pada abad ke-9. Sebagian besar karya Dawani adalah tentang biografi para ulama. Dawani memiliki sekitar 110 karya di bidang, koreksia, penelitian, terjemah dan penulisan.

&nbsp;

Ali Dawani

Nama Lengkap:

Husain Mazhahiri

Riwayat:

Husain Mazhahiri dilahirkan dalam lingkungan keluarga ulama yang religius. Karena pengaruh kecendrugan dan keyakinan agama ayahnya, sejak kecil ia sudah menyukai hal-hal yang berbau agama dan hauzah.

Pendidikan dan Keilmuan:

Ia memulai pendidikan hauzahnya di kota Isfahan. Kemudian pindah ke kota Qom untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat lebih lanjut. Di kota Qom, ia belajar di bawah bimbingan ulama-ulama terkemuka.

Mazhahiri juga aktif mengajar ilmu akhlak, fikih, ushul, filsafat dan ekonomi Islam. Setelah meninggalnya, Hasan Shafi Isfahani, Ketua Hauzah Ilmiah Isfahan, Sebagian ulama Isfahan meminta Mazhahiri untuk Kembali ke Isfahan. Namun, Mazhahiri meminta pendapat Yatullah Sayid Ali Khamenei dalam hal ini. Sayid Ali Khamenei menulis surat meminta Mazhahiri untuk pergi ke Isfahan. Kemudian, Mazhahiri menerima undangan tersebut dan menjadi ketua Hauzah Ilmiah Isfahan.

Guru-guru:

Sayid Mar'asyi Najafi, Murthadha Hairi Yazdi, Ayatullah Borujerdi, Imam Khomeini, Muhaqqiq Damad, Allamah Thabathaba'i.

Karya-karya:

Diantara karya-karyanya:

Al-Hashiyah 'ala al-'Urwah al-Wutsqa, Tawdih al-Masail, Manasik Haji, Wilayatul Faqih dan Pemerintahan Agama, Faktor-faktor yang Dapat Mengontrol Insting dalam kehidupan Manusia, Jihad Nafs, Pendidikan Anak, Keluarga dalam Islam, Menuju Kebenaran, Ciri-ciri Pengajar yang Baik, Syarh dan Tafsir Do'a (Kumayl, Sahar, dan Munajat Sya'baniyah), Keseimbangan antara Dunia dan Akhirat, Tafsir Surah Yasin Aqidah dan Ma'rifah dari JAntung al-Quran, Kepemimpinan dalam al-Quran, Program Kehidupan, Empat Belas Manusia Suci.

&nbsp;

&nbsp;

&nbsp;

Husain Mazhahiri

Nama Lengkap:

Henry Corbin

Riwayat:

Corbin adalah seorang filsuf, teolog, ahli Iran, dan profesor Studi Islam di cole pratique des hautes études di Paris, Prancis.

Corbin lahir di Paris pada bulan April 1903. Meskipun ia Protestan sejak lahir, ia dididik dalam tradisi Katolik dan pada usia 19 menerima sertifikat dalam filsafat Skolastik dari Institut Katolik Paris. Tiga tahun kemudian dia mengambil "licence de philosophie" di bawah Thomist tienne Gilson. Pada tahun 1928 ia bertemu dengan Louis Massignon, direktur studi Islam di Sorbonne, dan dialah yang memperkenalkan Corbin pada tulisan-tulisan Suhrawardi, mistikus dan filsuf Persia abad ke-12 yang karyanya sangat mempengaruhi perjalanan hidup Corbin. Bertahun-tahun kemudian Corbin berkata "Melalui pertemuan saya dengan Suhrawardi, takdir spiritual saya untuk perjalanan melalui dunia telah ditentukan. Platonisme, diungkapkan dalam istilah Angelologi Zoroaster dari Persia kuno, menerangi jalan yang saya cari."

Corbin bertanggung jawab untuk mengarahkan kembali studi filsafat Islam secara keseluruhan. Dalam bukunya Histoire de la philosophie islamique (1964), ia menantang pandangan umum bahwa filsafat di kalangan umat Islam berakhir setelah Ibn Rusyd.

&nbsp;

Kehidupan dan Aktifitas:

Kehidupan filosofis dan karir Corbin dapat dibagi menjadi tiga fase:
<ul>
 	<li>Yang pertama adalah tahun 1920-an dan 1930-an, ketika ia terlibat dalam pembelajaran dan pengajaran filsafat barat.</li>
 	<li>Yang kedua adalah tahun antara 1939 dan 1946, di mana ia belajar madrasah Shahab al-Din Suhrawardi dan madrasah Isyraq di Istanbul.</li>
 	<li>Yang terakhir dimulai pada tahun 1946 dan berlangsung sampai kematiannya, di mana ia belajar dan memperkenalkan kembali filsafat timur dan Islam.</li>
</ul>
Pada tahun 1933 ia menikah dengan Stella Leenhardt. Pada tahun 1938, ia menyelesaikan terjemahan pertama dari salah satu karya Heidegger ke dalam bahasa Prancis (Was ist Metaphysik?, as Qu'est-ce que la metaphysique? ). Pada tahun 1939 mereka melakukan perjalanan ke Istanbul, dan pada tahun 1945 ke Teheran> ia kembali ke Paris satu tahun kemudian pada bulan Juli 1946. Pada tahun 1949, Corbin pertama kali menghadiri Konferensi tahunan Eranos di Ascona, Swiss. Pada tahun 1954 ia menggantikan Louis Massignon sebagai Ketua Islam dan Agama-agama Arab. Dari tahun 1950-an ia menghabiskan musim gugur di Teheran, musim dingin di Paris dan musim semi di Ascona.

Karya-karya:

Diantara karya-karyanya: Avicenna and Recital Visioner, Sejarah FIlsafat Islam, Imajinasi Kreatif dalam Tasawuf Ibn Arabi, En Islam Iranien, Tubuh Spiritual dan Bumi Surgawi, Le Paradoxe du Monotheisme, Cyclical Time and Ismaili Gnosis, L'Homme et Son Ange, Temple and Contemplation, The Man of Light in Iranian Sufism.

Henry Corbin

Nama Lengkap:

Muhammad Ridha A-Muzhaffar

Riwayat:

Ia memulai studinya di madrasah Islam Najaf, dan mengikuti pelajaran Muhammad Husain Na'ini, Diya' al-Din 'Iraqi, Qadi Thabathaba'i , dan memiliki banyak murid. Karena pengaruhnya di Najaf dan untuk mewujudkan ide-idenya, al-Muzaffar mendirikan beberapa lembaga keilmuan dan kebudayaan. Dia juga mengambil langkah-langkah luar biasa demi kedekatan Muslim Syiah dan Sunni. Dia menulis buku dengan gaya baru dan sederhana, beberapa di antaranya sekarang menjadi buku teks di hauzah-hauzah Islam.

Keluarga:

Ayahnya, Muhammad bin 'Abd Allah al-Muzhaffar berasal dari keluarga Al Muzhaffar dan seorang ulama fiqh di Najaf. Ibunya adalah putri Syekh 'Abd al-Husain al-Turayhi. Dia dibesarkan pertama kali oleh kakak laki-lakinya, Syekh 'Abd al-Nabi, dan setelah kematiannya, oleh saudaranya yang lain, al-Syekh Muhammad Hasan al-Muzhaffar.

Pendidikan:

Muhammad Ridha al-Muzhaffar memulai pendidikannya di Najaf. Setelah belajar membaca dan menulis, ia mulai belajar di hauzah Islam pada usia 13 tahun. Ia belajar prinsip-prinsip sastra dan tata bahasa Arab dengan Syekh Muhammad Taha al-Huwayzi. Dia kemudian belajar fiqh (hukum) dan ushul al-fiqh (prinsip-prinsip yurisprudensi) dengan ulama terkemuka di bidang ini.

Guru-guru:

Syeikh Muhammad Hasan Muzhaffar, Muhammad Husain Na'ini, Dhiyauddin Iraqi, Sayid Abdulhadi Syirazi, Sayid Ali Qadhi Thabathabai, Muhammad Husain Gharawi Isfahani.

Karya-karya:

Diantara karya-karyanya adalah: Ushul Fiqh, al-Mantiq, Aqaid al-Imamiyah, Tarikh al-Islam, Hasyiyah al-Makasib, Hurriyatul Insan wa Irtibathuha fi Qada-illah,

Muhammad Ridha Al-Muzhaffar

Nama Lengkap:

Abbas Mahmud Al-Aqqad

Lahir:

&nbsp;

Wafat:

&nbsp;

Biografi:

Abbas al-Aqqad adalah seorang penulis dan penyair Mesir, ia termasuk anggota dari Akademi Arab.

Al-Aqqad lahir di Aswan, sebuah kota di hulu Mesir, pada tahun 1889. Ia menerima sedikit pendidikan formal, dengan hanya menyelesaikan pendidikan dasar. Tidak seperti teman sekolahnya, ia menghabiskan semua uang saku mingguannya untuk membeli buku. Dia suka membaca tentang agama, geografi, sejarah dan mata pelajaran lainnya. Dia dikenal karena Bahasa Inggris dan Perancis-nya yang sangat baik.

Dia menulis lebih dari 100 buku tentang filsafat, agama, dan puisi. Ia mendirikan sebuah sekolah pusis bersama dengan Ibrahim Al-Mazny dan Abdel Rahman Syukri yang dipanggil AL-Diwan. Ia meninggal pada tahun 1964 di Kairo. Karya-karyanya yang paling terkenal adalah al-'Abkariat, Allah, dan Sarah. Beberapa bukunya diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris. Al-Aqqad dikenal karena ia menggunakan prosa-prosa yang rumit.

Pendidikan dan keilmuan:

Aqqad memulai masa sekolah dasar dan menengahnya di Aswan pada tahun 1896, setelah lulus pada tahun 1903, ia masuk sekolah menengah atas dan belajar Teknik Elektro dan Kimia di Kairo Technical School.

Ia memulai karir sastranya pada tahun kesembilan sekolahnya. Mengambil jurnalisme di Kementrian Wakaf pada tahun 1904.

Wafat:

Al-Aqqad meninggal di pagi hari pada tanggal 13 Maret 1964. Jenazahnya diangkut dengan kereta api ke kampung halamannya, Aswan, di hulu selatan Mesir, dimana ia dimakamkan pada hari yang sama.

Pada tahun 1980-an, serial televisi Mesir dibuat yang menceritakan tentang kisah perjalanan hidup al-Aqqad dengan judul The Giant (Al-Imlaq dalam Bahasa Arab) yang dibintangi oleh actor Mesir mahmud Mursi.

Karya-karya:

Diantara karya-karyanya adalah: Al-'Abkariyat, Allah, Sarah, The Genius of Christ, 'Abqariyah Muhammad, Abu as-Syuhada' Al-Husain bin Ali (Husain Pejuang Sejati).

Abbas Mahmud Al-Aqqad

Nama Lengkap:

Muhammad Ahmad Musthafa Ahmad (Terkenal dengan Abu Zuhrah)

Biografi:

Abu Zuhrah lahir pada tanggal 29 Maret 1898 di Al-Mahalla Al-Kubra, kota terbesar kedual di Delta Nil. Pada tahun 1913, ia menyelesaikan sekolah menegah atas dan mendaftar di Madrasah Ahmadiyah di Tanta. Pada tahun 1916, ia mendapat nilai tertinggi pada ujian masuk untuk Lembaga peradilan di Provinsi Gharbia meskipun beberapa tahun lebih muda dan kurang berpengalaman di banding rekan-rekannya. Karena berakar pada pendidikan tradisional Azharit, dan tidak pernah belajar di Eropa atau di sekolah-sekolah Mesir yang kebarat-baratan, Abu Zuhrah banyak menuai kritikan dari kaum orientalis karena memiliki pemahaman yang dangkal tentang metode-metode Barat.

Ia mengajar di  fakultas Teologi al-Azhar dan juga Profesor hukum Islam di Universitas Kairo. Antara tahun 1933-1942, ia mengajar tentang sejarah agama, denominasi dan sekte-sekte di al-Azhar.

Karya-karya: 

Abu Zuhrah menulis lebih dari selusin buku, diantaranya:

Tarikh al-Madzahib al-Islamiyah, al-'Alaqat al-Duwaliyah fi al-Islam, al-Mirast 'inda al-Ja'fariyah (Hukum Waris menurut Imam Ja'far Shadiq), Ilm al-Ushul al-Fiqh.

Characters

Characters