Jika seorang Muslim mencoba berjalan mundur ke belakang untuk mengamati perjalanan spiritualnya hingga kini, lalu memetik dan membongkar kembali keimanannya, niscaya ia kaan menemukan banyak pertanyaan yang mesti dijawab. Mengapa aku ahrus percaya kepada Muhammad Saw? Siapa yang menjadikan aku seorang Muslim? Mengapa petunjuk Tuhan mesti dibebankan kepada seseorang untuk menyampaikannya? Mengapa Tuhan mesti mengutus seorang Nabi?

Muhammad Jawad Mughniyah, seorang ulama besar Islam, termasuk salah seorang yang concern dengan masalah tersebut. Beliau merasa bertanggungjawab untuk menjel;askan tentang prinsip hidayah universal ini. Dengan kepiawaiannya dan kejelasan kata-katanya, beliau mengupas dengan sangat teliti tentang Kenabian, doktrin kenabian dan peran akal dalam memandang, menganalisa, dan meletakkan keimanan ke dalam dada setiap manusia.

Author

Editor

Interpreter

Common title

Number of volumes

Persian Title

Publish location

Publication year

Publish number

Publisher

Qr Code

Sect

Scholar

ISBN

Source

Translated

Is this post suggested?

View

Nubuwwah antara Doktrin dan Akal

Diantara semua bidang kajian Islam, bidang fiqih merupakan bagian yang paling banyak menimbulkan perbedaan pendapat. Karena masing-masing mazhab memiliki dalil dan argumentasinya sendiri, maka sikap yang paling baik adalah memberikan toleransi kepada semua pendapat yang berbeda, setelah terlebih dahulu mendengar pendapat-pendapat itu dari sumber aslinya.

Buku Fiqih Lima Mazhab (Ja'fari, Syafi'i, Maliki, Hambali dan Hanafi), selain memaparkan berbagai pandangan yang berbeda, ia juga sekaligus memuat kesepakatan para ulama dalam berbagai masalah fiqih. Dengan begitu, diharapkan setiap orang dapat memahami batas-batas yang di dalamnya dimungkinkan adanya perbedaan pendapat dan bidang yang atasnya perbedaan pendapat tak dapat dibenarkan.

Fiqih Lima Mazhab

Imam Ja’far Shadiq adalah Ja’far bin Muhammad bin Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib suami Fatimah az-Zahra binti Rsulullah Muhammad saw. Beliau dilahirkan pada tahun 80 Hijriah (699 M). Imam Ja’far Shadiq adalah seorang ulama besar dalam banyak bidang ilmu, seperti ilmu fiqih, filsafat, tasawuf, kimia dan ilmu kedokteran.

Para ulama berpendapat bahwa Imam Ja’far Shadiq adalah seorang mujtahid dalam ilmu fiqih. Di kalangan kaum sufi beliau adalah syaikh dan guru besar,sementara di kalangan ahli kimia beliau dianggap sebagai pelopor ilmu kimia, salah seorang muridnya adalah jabir bin Hayyam,ahli kimia dan kedokteran Islam. S

yahrastani mengatakan bahwa Imam Ja’far Shadiq adalah seorang yang berpengetahuan luas dalam agama,mempunyai budi pekerti yang sempurna serta sangat bijaksana, zahid dari keduniaan,dan jauh dari segala hawa nafsu.

Di antara muridnya adalah Abu Hanifah, Malik bin Anas dan Wasil bin Atha. Abu Nuaim mengatakan bahwa di antara murid beliau juga ialah Muslim bin Al-Hajjaj, perawi hadis sahih yang terkenal. Bahkan riwayat lain mengatakan bahwa sedikitnya ada 900 orang syaikh belajar kepada beliau di Masjid Kufah.

Buku yang ada di hadapan Anda adalah jilid pertama dari enam jilid fiqih Ja'fari. Buku ini dibagi menjadi dua bagian; bagian pertama membahas seputar masalah bersuci, macam-macam air, benda-benda yang dapat mensucikan, benda-benda najis, cara-cara bersuci dan menyucikan, dan lain sebagainya. Sementara bagian kedua membahas seputar masalah salat, tatacara, hukum-hukum salat, keraguan dalam salat, macam-macam salat dan lain sebagainya.

&nbsp;

&nbsp;

Fiqih Ja'fari (Buku 1)

Imam Ja’far Shadiq adalah Ja’far bin Muhammad bin Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib suami Fatimah az-Zahra binti Rsulullah Muhammad saw. Beliau dilahirkan pada tahun 80 Hijriah (699 M). Imam Ja’far Shadiq adalah seorang ulama besar dalam banyak bidang ilmu, seperti ilmu fiqih, filsafat, tasawuf, kimia dan ilmu kedokteran.

Para ulama berpendapat bahwa Imam Ja’far Shadiq adalah seorang mujtahid dalam ilmu fiqih. Di kalangan kaum sufi beliau adalah syaikh dan guru besar,sementara di kalangan ahli kimia beliau dianggap sebagai pelopor ilmu kimia, salah seorang muridnya adalah jabir bin Hayyam,ahli kimia dan kedokteran Islam. S

yahrastani mengatakan bahwa Imam Ja’far Shadiq adalah seorang yang berpengetahuan luas dalam agama,mempunyai budi pekerti yang sempurna serta sangat bijaksana, zahid dari keduniaan,dan jauh dari segala hawa nafsu.

Di antara muridnya adalah Abu Hanifah, Malik bin Anas dan Wasil bin Atha. Abu Nuaim mengatakan bahwa di antara murid beliau juga ialah Muslim bin Al-Hajjaj, perawi hadis sahih yang terkenal. Bahkan riwayat lain mengatakan bahwa sedikitnya ada 900 orang syaikh belajar kepada beliau di Masjid Kufah.

Pada seri ini, dibahas seputar masalah-masalah yang tidak dibahas dalam dua seri sebelumnya, seperti permasalahan wali pernikahan, pernikahan sementara, hingga masalah diyah (ganti rugi) dan lain sebagainya.

Fiqih Imam Ja'far Shadiq (Buku 3)

Imam Ja’far Shadiq adalah Ja’far bin Muhammad bin Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib suami Fatimah az-Zahra binti Rsulullah Muhammad saw. Beliau dilahirkan pada tahun 80 Hijriah (699 M). Imam Ja’far Shadiq adalah seorang ulama besar dalam banyak bidang ilmu, seperti ilmu fiqih, filsafat, tasawuf, kimia dan ilmu kedokteran.

Para ulama berpendapat bahwa Imam Ja’far Shadiq adalah seorang mujtahid dalam ilmu fiqih. Di kalangan kaum sufi beliau adalah syaikh dan guru besar,sementara di kalangan ahli kimia beliau dianggap sebagai pelopor ilmu kimia, salah seorang muridnya adalah jabir bin Hayyam,ahli kimia dan kedokteran Islam. S

yahrastani mengatakan bahwa Imam Ja’far Shadiq adalah seorang yang berpengetahuan luas dalam agama,mempunyai budi pekerti yang sempurna serta sangat bijaksana, zahid dari keduniaan,dan jauh dari segala hawa nafsu.

Di antara muridnya adalah Abu Hanifah, Malik bin Anas dan Wasil bin Atha. Abu Nuaim mengatakan bahwa di antara murid beliau juga ialah Muslim bin Al-Hajjaj, perawi hadis sahih yang terkenal. Bahkan riwayat lain mengatakan bahwa sedikitnya ada 900 orang syaikh belajar kepada beliau di Masjid Kufah.

Dalam buku kedua dari Fiqih Imam Ja'far Shadiq ini, dibahas secara umum bab-bab hukum seputar akad dan kondisi tempat berlangsungnya, serta para pelaku akad dan syarat-syaratnya. Juga dipaparkan dasar atau kaidah-kaidah umum penerapan akad, disamping jenis-jenis muamalah lainnya. Secara khusus, bagian ini akan membahas jual-beli dengan segala jenis dan ragamnya, di samping hal-hal terkait, seperti: fadhalah, khiyar, riba, dan lain sebagainya.

Fiqih Imam Ja'far Shadiq (Buku 2)

Imam Ja’far Shadiq adalah Ja’far bin Muhammad bin Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib suami Fatimah az-Zahra binti Rsulullah Muhammad saw. Beliau dilahirkan pada tahun 80 Hijriah (699 M). Imam Ja’far Shadiq adalah seorang ulama besar dalam banyak bidang ilmu, seperti ilmu fiqih, filsafat, tasawuf, kimia dan ilmu kedokteran.

Para ulama berpendapat bahwa Imam Ja’far Shadiq adalah seorang mujtahid dalam ilmu fiqih. Di kalangan kaum sufi beliau adalah syaikh dan guru besar,sementara di kalangan ahli kimia beliau dianggap sebagai pelopor ilmu kimia, salah seorang muridnya adalah jabir bin Hayyam,ahli kimia dan kedokteran Islam. S

yahrastani mengatakan bahwa Imam Ja’far Shadiq adalah seorang yang berpengetahuan luas dalam agama,mempunyai budi pekerti yang sempurna serta sangat bijaksana, zahid dari keduniaan,dan jauh dari segala hawa nafsu.

Di antara muridnya adalah Abu Hanifah, Malik bin Anas dan Wasil bin Atha. Abu Nuaim mengatakan bahwa di antara murid beliau juga ialah Muslim bin Al-Hajjaj, perawi hadis sahih yang terkenal. Bahkan riwayat lain mengatakan bahwa sedikitnya ada 900 orang syaikh belajar kepada beliau di Masjid Kufah.

Bagian pertama buku ini membahas persoalan ibadah secara lengkap, mulai dari thaharah (bersuci), salat, hingga persoalan puasa, zakat, khumus, haji, jihad dan amar makruf nahi mungkar.

Selamat membaca!

Rate

Votes

Fiqih Imam Ja'far Shadiq (Buku 1)

Nama Lengkap:

Muhammad Jawad Mughniyah

Riwayat keluarga:

Jawad Mughniyah lahir pada tahun 1904 di dalam keluarga Mughniyah yang terkenal dengan para ulamanya. Ia dilahirkan di sebuah desa bernama Thayr Dibba dekat Jabal Amel. Ayahnya, Syeikh Mahmud, adalah seorang ulama terkenal di Libanon, dan ibunya merupakan keturunan sadat (keturunan Rasulullah saw).

Setelah kematian ibunya, Jawad pergi ke Irak bersama ayahnya. Di Irak, ia mempelajari kaligrafi, aritmatika, dan Bahasa Persia. Setelah empat tahun tinggal di Najaf, ayahnya Syeikh Mahmud Kembali ke Jabal Amel atas permintaan orang-orang di daerah Abbasiyah. Ketika ayahnya meninggal pada tahun 1915, Muhammad Jawad dan adiknya Kembali ke Tayr Dibba dan diasuh oleh kakak mereka, Syekh Abdulkarim. Ketika Syeikh Abdulkarim meninggal, hari-hari sulit Muhammad Jawad dimulai, hari-hari Ketika ia hanya makan kacang polong dan kacang Arab, terkadang ia tidak makan apapun selama tiga hari.

Pendidikan:

Syekh Jawad menghabiskan tahun-tahun awal hidupnya di Tayr Dibba, di mana ia belajar pelajaran muqaddimah dengan para ulama di desa. Ia kemudian pindah ke najaf karena, menurutnya, hauzah najaf adalah tempat yang baik untuk belajar dan meneliti. Di najaf, ia belajar dengan para ulama terkemuka., seperti Sayid Husain Hammami, seorang ulama terkemuka di najaf saat itu.

Guru-guru:

Ayatullah Khu'i, Syekh Abdul Karim Mughniyah, Muhammad Sa'id Fadlullah, Syekh Husain al-Karbalai, Sayid Husain Hammami.

Karya-karya:

Diantara karya-karyanya: Al-Kashif fi tafsir al-Qur'an al-karim, Al-Tafsir al-Mubin, Fiqh al-Imam Ja'far al-Sadiq (a), Ilm usul al-fiqh, al-fiqh ala l-madzahib al-khamsa, al-Hajj ala mukhtalaf al-madzahib Qayim akhlaqiyya fi fiqh al-Imam al-Shadiq (kriteria moral dalam fikih Imam al-Shadiq as), al-Nubuwwat wa al-'Aqlu (nubuwwah antara doktrin dan akal), Falsafat al-tauhid wa al-nubuwwa (filsafat tauhid dan kenabian).

Born

Death

Muhammad Jawad Mughniyah

Muhammad Jawad Mughniyah

Born:

Death:

Muhammad Jawad Mughniyah

Author Books