Arbain Hadis Imam Khomeini qs.zip
Arbain Hadis Imam Khomeini qs.zip
Author :
3881
(0 Votes)
(0 Votes)
Arbain Hadis Imam Khomeini qs.zip
Ketahuilah bahwa rasa takut mati yang ada pada manusia berbeda-beda, begitu pula alasan-alasan di baliknya. Apa yang telah dilukiskan Hadhrat Abu Dzarr r.a. di atas bertalian dengan keadaan orang-orang di tengah (mutawassithûn), dan di sini kami akan menguraikan secara singkat kondisi orang-orang cacat (nâqishûn) dan orang-orang sempurna (kâmilûn).
Perlu diketahui bahwa ketakutan dan keseganan kita¾yang cacat ini¾untuk mati timbul karena sebab yang telah disebutkan ketika kami menerangkan beberapa hadis terdahulu. Yaitu, sesuai dengan kodrat dan fitrahnya, semua manusia mencintai kehidupan dan kelangsungan hidup dan membenci kematian dan kehancuran (kesirnaan). Rasa cinta ini berkaitan dengan kelangsungan hidup yang abadi, bebas dari kesirnaan dan tidak mengenal akhir. Beberapa pembesar (makrifat Allah) kita yang mulia membuktikan pastinya hari kebangkitan dengan menggunakan prinsip fitrah manusia. Tetapi, saat ini kami tidak sedang bertujuan untuk menguraikan argumen-argumen mereka. Nah, karena rasa cinta pada keabadian dan benci pada kesirnaan ada dalam fitrah tiap manusia, maka manusia akan mencintai apa yang dianggapnya sebagai alam kehidupan abadi itu. Akan tetapi, karena kita tidak meyakini alam akhirat dan hati kita tidak mengimani kehidupan abadi di sana, maka kita mencintai alam ini dan membenci kematian sesuai dengan fitrah itu.
Pada penjelasan hadis terdahulu telah kami sebutkan bahwa persepsi dan kesimpulan rasional itu berbeda dengan keimanan dan keyakinan hati. Menurut persepsi rasional atau kesimpulan ikut-ikutan (ta’abbudan) yang didasarkan pada hadis para nabi dan wali, kita mengakui bahwa kematian–yang merupakan peralihan dari tingkatan jasmani (mulkî) yang rendah dan gelap kepada alam kehidupan penuh cahaya dan tingkatan spiritual (malakût) yang.tinggi dan abadi–adalah suatu kebenaran. Namun, hati kita tidak memiliki pengetahuan ini, dan mengabaikannya. Bahkan, hati kita telah menjadi sedemikian terpaku pada alam duniawi dan jasadi, dan menganggap kehidupan itu hanya yang bersifat hewani dan jasmani yang rendah ini. Hati kita tidak melihat adanya kehidupan dan keabadian di alam lain, yaitu alam akhirat dan alam kehidupan sejati. Oleh karena itu, kita menjadi benar-benar cenderung dan bergelayut pada alam material ini sambil merasa takut, jijik dan benci pada alam akhirat. Segenap kemalangan kita disebabkan oleh tiadanya kepercayaan dan keyakinan dalam hati terhadap hari kiamat dan kehidupan akhirat. Seandainya sepersepuluh keyakinan pada kehidupan, keberadaan dan kelangsungan alam duniawi ini kita ubah menjadi keyakinan pada alam akhirat dan kehidupan abadinya, maka pasti hati kita akan lebih tertikat padanya dan merindukannya, dan kita akan sedikit-banyak berupaya untuk melempangkan jalan menujunya. Namun, sialnya, keimanan kita pada hari akhirat sangatlah goyah, sehingga kita terpaksa menjadi takut mati, takut pada kesirnaan dan keberakhiran dunia ini. Obat yang mujarab untuk penyakit ini adalah menumbuhkan iman di dalam hati melalui pemikiran, zikir yang bermanfaat, pengetahuan dan perbuatan yang saleh. Ihwal ketakutan dan kebencian pada mati yang terdapat dalam hati kaum mutawassithûn disebabkan hati mereka terfokus pada pemakmuran dunia dan melupakan pemakmuran akhirat. Fokus ini membuat mereka tidak mau meninggalkan tempat yang makmur untuk menuju ke tempat yang rusak dan hancur, seperti yang dikemukakan oleh Hadhrat Abu Dzarr r.a.di atas. Sikap seperti ini juga terjadi karena kurangnya keimanan dan keyakinan. Sebaliknya, kalau keimanan telah sempurna, mustahil manusia hanya berkutat pada urusan-urusan duniawi yang rendah ini, dan melalaikan urusan-urusan ukharwinya.