<p data-start="160" data-end="478">Dalam <em data-start="166" data-end="184">Puisi Perjuangan</em>, Emha Ainun Najib menyalurkan semangat perlawanan, cinta tanah air, dan keprihatinan sosial dengan gaya yang khas: tajam, spiritual, dan penuh kasih. Puisinya tidak sekadar menggelorakan heroisme, tetapi menggugah kesadaran moral tentang arti perjuangan dalam dimensi kemanusiaan dan keimanan.</p>

<h3 data-start="480" data-end="502">Tentang Buku Ini</h3>
<p data-start="503" data-end="1064"><em data-start="503" data-end="521">Puisi Perjuangan</em> adalah kumpulan sajak reflektif yang menggambarkan dinamika batin manusia Indonesia di tengah pergulatan sejarah, politik, dan spiritualitas. Melalui bahasa yang sederhana namun sarat makna, Emha mengajak pembaca menafsir ulang makna perjuangan—bukan hanya melawan penindasan lahiriah, tetapi juga menaklukkan keangkuhan, ketidakadilan, dan keputusasaan dalam diri. Karya ini pertama kali dipublikasikan secara daring oleh Sawali Tuhusetya pada 17 Mei 2009 sebagai bagian dari upaya mengarsipkan khazanah sastra perjuangan Indonesia modern.</p>

<h3 data-start="1066" data-end="1098">Apa yang Akan Anda Temukan</h3>
<ul data-start="1099" data-end="1498">
 	<li data-start="1099" data-end="1188">
<p data-start="1101" data-end="1188">Gaya puitik khas Emha yang menggabungkan spiritualitas, kritik sosial, dan humanisme.</p>
</li>
 	<li data-start="1189" data-end="1253">
<p data-start="1191" data-end="1253">Pesan moral tentang perjuangan batin dan kebangkitan nurani.</p>
</li>
 	<li data-start="1254" data-end="1337">
<p data-start="1256" data-end="1337">Kritik lembut terhadap kekuasaan, ketimpangan, dan hilangnya nilai kemanusiaan.</p>
</li>
 	<li data-start="1338" data-end="1406">
<p data-start="1340" data-end="1406">Ungkapan cinta tanah air yang bersumber dari kesadaran religius.</p>
</li>
 	<li data-start="1407" data-end="1498">
<p data-start="1409" data-end="1498">Inspirasi untuk melihat perjuangan sebagai jalan menuju keadilan dan kemuliaan manusia.</p>
</li>
</ul>
<h3 data-start="1500" data-end="1521">Tentang Penulis</h3>
<p data-start="1522" data-end="1987">Emha Ainun Najib—dikenal juga sebagai Cak Nun—adalah penyair, budayawan, dan pemikir Muslim Indonesia yang karya-karyanya menjembatani antara agama, sastra, dan realitas sosial. Ia lahir di Jombang, Jawa Timur, dan dikenal melalui berbagai kumpulan puisi, esai, dan pertunjukan <em data-start="1800" data-end="1813">KiaiKanjeng</em> yang sarat nilai kemanusiaan dan spiritualitas. Dalam setiap karyanya, Emha menghadirkan suara hati rakyat kecil dan semangat pembebasan yang berpijak pada iman dan kasih.</p>

<h3 data-start="1989" data-end="2015">Untuk Siapa Buku Ini</h3>
<p data-start="2016" data-end="2186">Buku ini ditujukan bagi pembaca sastra, peneliti budaya, dan siapa pun yang mencari inspirasi perjuangan moral dan spiritual melalui kata-kata yang jujur dan menggugah.</p>

Author

Editor

Interpreter

Common title

Number of volumes

Persian Title

Publish location

Publication year

Publish number

Publisher

Qr Code

Sect

Scholar

ISBN

Source

Translated

Translated Fields

Is this post suggested?

Rate

View

Votes

Puisi Perjuangan Emha Ainun Najib

Muhammad Ainun Nadjib (Terkenal dengan Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun).

<strong>Riwayat keluarga:</strong>

Emha merupakan anak keempat dari 15 bersaudara. Istrinya yang sekarang, Novia Kolopaking, dikenal sebagai seniman film, panggung, serta penyanyi. Sabrang Mowo Damar Panuluh adalah salah satu putranya yang kini tergabung dalam grup band Letto. Lima tahun ia hidup menggelandang di Malioboro, Yogyakarta antara 1970–1975.

<strong>Pendidikan:</strong>

Emha belajar sastra kepada guru yang dikaguminya, Umbu Landu Paranggi, seorang sufi yang hidupnya misterius dan sangat memengaruhi perjalanan Emha. Masa-masa itu, proses kreatifnya dijalani juga bersama Ebiet G Ade (penyanyi), Eko Tunas (cerpenis/penyair), dan EH. Kartanegara (penulis). Selain itu ia juga pernah mengikuti lokakarya teater di Filipina (1980), International Writing Program di Universitas Iowa, Amerika Serikat (1984), Festival Penyair Internasional di Rotterdam, Belanda (1984) dan Festival Horizonte III di Berlin Barat, Jerman (1985). Emha juga pernah terlibat dalam produksi film Rayya, Cahaya di Atas Cahaya (2011), skenario film ditulis bersama Viva Westi.

<strong>Karya-karya:</strong>

Dari Pojok Sejarah (1985), Sastra yang Membebaskan (1985), Secangkir Kopi Jon Pakir (1990), Markesot Bertutur (1993), Markesot Bertutur Lagi (1994), Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai (1995), Demokrasi Tolol Versi Saridin (1997), Ziarah Pemilu, Ziarah Politik, Ziarah Kebangsaan (Penerbit Zaituna, 1998), Keranjang Sampah (1998) Ikrar Husnul Khatimah (1999), Jogja Indonesia Pulang Pergi (2000), Ibu Tamparlah Mulut Anakmu (2000), Menelusuri Titik Keimanan (2001), Tahajjud Cinta (2003), Ensiklopedia Pemikiran Cak Nun (2003), Folklore Madura (Agustus 2005, Yogyakarta: Penerbit Progress), Kafir Liberal (Cet. II, April 2006, Yogyakarta: Penerbit Progress), Kerajaan Indonesia (Agustus 2006, Yogyakarta; Penerbit Progress), Orang Maiyah (Januari 2007, Yogyakarta; Penerbit Progress,), Tidak. Jibril Tidak Pensiun (Juli 2007, Yogyakarta: Penerbit Progress), Kagum Pada Orang Indonesia (Januari 2008, Yogyakarta; Penerbit Progress), Dari Pojok Sejarah; Renungan Perjalanan Emha Ainun Nadjib (Mei 2008, Yogyakarta: Penerbit Progress) DEMOKRASI La Raiba Fih(cet ketiga, Mei 2010, Jakarta: Kompas)

Born

Death

MH Ainun Najib

MH Ainun Najib

Born:

MH Ainun Najib

Author Books