<p data-start="252" data-end="580">Dalam novel klasik ini, Achdiat Karta Mihardja menghadirkan potret batin manusia Indonesia di tengah pergolakan moral, sosial, dan spiritual pada masa kolonial dan awal kemerdekaan. <em data-start="434" data-end="442">Atheis</em> bukan sekadar kisah cinta atau pertemuan ideologi, tetapi refleksi mendalam tentang makna iman dan keberadaan manusia dalam dunia modern.</p>

<h4 data-start="582" data-end="599">Tentang Buku</h4>
<p data-start="600" data-end="1035"><em data-start="600" data-end="608">Atheis</em> mengisahkan perjalanan Hasan, seorang pemuda religius yang hidup dalam bayang-bayang tradisi Islam dan nilai-nilai keluarga. Pertemuannya dengan Rusli dan Kartini — dua sosok modern yang berpikiran bebas — mengguncang keyakinannya dan menjerumuskannya ke dalam krisis eksistensial. Melalui dialog batin dan peristiwa tragis, novel ini mempertanyakan batas antara keyakinan dan keraguan, serta makna sejati kebebasan spiritual.</p>

<h4 data-start="1037" data-end="1064">Yang Akan Anda Temukan</h4>
<ul data-start="1065" data-end="1451">
 	<li data-start="1065" data-end="1144">
<p data-start="1067" data-end="1144">Pergulatan antara <strong data-start="1085" data-end="1110">iman dan rasionalitas</strong> dalam konteks Indonesia modern.</p>
</li>
 	<li data-start="1145" data-end="1210">
<p data-start="1147" data-end="1210">Gambaran mendalam tentang <strong data-start="1173" data-end="1207">konflik budaya Timur dan Barat</strong>.</p>
</li>
 	<li data-start="1211" data-end="1279">
<p data-start="1213" data-end="1279">Narasi yang kuat dan puitis dengan <strong data-start="1248" data-end="1276">gaya realisme psikologis</strong>.</p>
</li>
 	<li data-start="1280" data-end="1357">
<p data-start="1282" data-end="1357">Kritik sosial terhadap <strong data-start="1305" data-end="1340">kemunafikan dan moralitas palsu</strong> di masyarakat.</p>
</li>
 	<li data-start="1358" data-end="1451">
<p data-start="1360" data-end="1451">Simbolisme religius yang tajam dalam perjalanan batin seorang manusia yang kehilangan arah.</p>
</li>
</ul>
<h4 data-start="1453" data-end="1473">Tentang Penulis</h4>
<p data-start="1474" data-end="1869">Achdiat Karta Mihardja (1911–2010) adalah salah satu sastrawan besar Indonesia dari generasi ’45. Selain dikenal sebagai novelis, ia juga seorang intelektual dan akademisi yang aktif menulis esai sastra, filsafat, dan kebudayaan. Karya monumentalnya, <em data-start="1725" data-end="1733">Atheis</em>, menjadi tonggak penting dalam sejarah sastra Indonesia karena keberaniannya membicarakan persoalan iman dan modernitas secara terbuka.</p>

<h4 data-start="1871" data-end="1897">Untuk Siapa Buku Ini?</h4>
<p data-start="1898" data-end="2211">Buku ini ditujukan bagi pembaca yang tertarik pada <strong data-start="1949" data-end="2007">filsafat kehidupan, konflik batin, dan realitas sosial</strong> dalam karya sastra klasik Indonesia. <em data-start="2045" data-end="2053">Atheis</em> akan sangat berharga bagi mereka yang ingin memahami bagaimana sastra Indonesia menafsirkan benturan antara tradisi dan modernitas, antara Tuhan dan manusia.</p>

Author

Editor

Interpreter

Common title

Number of volumes

Persian Title

Publish location

Publication year

Publish number

Publisher

Qr Code

Sect

Scholar

ISBN

Source

Translated

Translated Fields

Is this post suggested?

Rate

View

Votes

Achdiat Karta Mihardja, Ateis

Achdiat Karta Mihardja (6 Maret 1911 – 8 Juli 2010) adalah seorang pengarang, novelis, dan dramawan Indonesia. Ia terkenal karena novelnya, Atheis, yang terbit pada tahun 1949. Atheis dianggap sebagai salah satu karya sastra Indonesia terpenting setelah Perang Dunia II.
Biografi
Mihardja lahir pada 6 Maret 1911 di Garut, Jawa Barat. Ayahnya, seorang manajer bank, memiliki koleksi buku yang menurut Mihardja memicu minatnya pada sastra.[1] Ia bekerja sebagai jurnalis di awal kariernya.[2] Pada tahun 1949, ia menerbitkan karya terpentingnya, Atheis, yang berpusat pada seorang pria Muslim dari Jawa Barat, Hasan, dan hubungannya dengan teman-temannya, yang telah dipengaruhi oleh gagasan-gagasan asing, seperti Marxisme.[3] Buku ini dianggap sebagai salah satu karya sastra modern Indonesia yang terpenting.[4] Atheist kemudian diadaptasi menjadi film tahun 1974, yang disutradarai oleh Sjumandjaja dan dibintangi oleh Christine Hakim dan Deddy Sutomo [id]. Mihardja menerima penghargaan sastra nasional Indonesia pada tahun 1956 atas karyanya.

Pada tahun 1950, ia membantu mendirikan Lekra, sebuah organisasi sastra Indonesia yang berafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia. Ia juga merupakan tokoh penting di PEN Club Indonesia pada pertengahan 1950-an, menjalin hubungan internasional dengan tokoh-tokoh seperti penyair Inggris Stephen Spender dan membantu menjamu novelis Afrika-Amerika Richard Wright selama kunjungannya ke Indonesia untuk Konferensi Bandung 1955.[5] Meskipun rumor terus beredar, ia menyangkal bahwa dirinya seorang ateis. Ia adalah anggota Partai Sosialis Indonesia, yang dilarang pada tahun 1960 oleh sahabatnya, Presiden Sukarno. Ia kemudian berbicara tentang hubungannya dengan Sukarno: "Kami adalah sahabat karib, tetapi tidak dalam hal ideologi... Lebih buruk lagi, tiba-tiba ia melarang partai saya."

Pada tahun 1961, ia menjadi profesor sastra dan bahasa Indonesia di Australian National University atas undangan universitas tersebut. Pada tahun 1960-an, ia akhirnya memilih untuk menetap di Canberra, Australia, dan tinggal di sana selama lebih dari 40 tahun. Namun, ia terus menerima penghargaan atas karyanya di Indonesia. Ia dianugerahi penghargaan seni rupa Indonesia pada tahun 1971.

Kunjungan terakhirnya ke Indonesia adalah pada bulan Juni 2005. Kunjungan tersebut bertujuan untuk mempromosikan peluncuran Manifesto Khalifatullah, sebuah novel lanjutan dari Atheist yang mulai dijual pada tanggal 7 Juni 2005. Ia menggambarkan novel tersebut sebagai jawabannya atas isu-isu yang diangkat dalam Atheist dan pesan utamanya adalah bahwa "Tuhan menciptakan manusia untuk menjadi wakil-Nya di bumi, bukan wakil Setan." Pada tahun 2009, ia menyatakan minatnya untuk menulis autobiografinya, tetapi ia tidak dapat menyelesaikan karya tersebut.

Beliau menderita stroke pada Juli 2010 dan meninggal dunia akibat komplikasi di Canberra pada 8 Juli 2010, dalam usia 99 tahun. Beliau meninggalkan seorang istri, Tati Suprapti Noor, dan empat orang anak. Beliau dimakamkan di Canberra pada hari yang sama.

Born

Death

Achdiat Karta Mihardja

Achdiat Karta Mihardja

Born:

Death:

Achdiat Karta Mihardja

Author Books