Keadilan Tuhan, Determinisme Sejarah & Kemandirian Tindakan Manusia
Keadilan Tuhan, Determinisme Sejarah & Kemandirian Tindakan Manusia
Author :
Editor :
Interpreter :
Publisher :
Publish number :
1
Publication year :
2012
Publish location :
Yogyakarta
Number of volumes :
1
ISBN :
978-602-18970-3-4
(0 Votes)
(0 Votes)
Keadilan Tuhan, Determinisme Sejarah & Kemandirian Tindakan Manusia
Apakah manusia memiliki kebebasan sepenuhnya dalam bertindak? Ataukah segala sesuatu yang dilakukannya sejak lahir hingga bersemayam di liang lahat murni terjadi begitu saja mengikuti catatan Lauhul Mahfudz sebagaimana sebagian pihak berpendapat? Perdebatan kedua aliran pemikiran ini, yang dalam Islam diwakili oleh Mu’tazilah dan Jabbariyah, masih terasa relevan hingga sekarang layaknya polemik telur atau ayamkah yang hadir terlebih dahulu ke muka bumi. Sekalipun buku kecil ini hanya setebal 125 halaman namun kepadatan isinya tidak serta merta terbuang. Secara garis besar ada tiga pokok kajian utama yang ingin disampaikan tim penulis. Pertama, uraian soal awal mula berkembangnya paham determinisme alam (bahwa setelah Allah menciptakan alam maka diri-Nya berlepas seraya menyerahkan ciptaan-Nya pada mekanisme hubungan sebab-akibat) dan determinisme sejarah (mementahkan peran aktif manusia dalam mengubah sejarah), serta dampak negatif kedua pemikiran tersebut. Kedua, adalah paparan soal landasan argumen kelompok Mu’tazilah maupun Jabbariyah berikut disertakan kutipan ayat sebagai sarana memverifikasi kekuatan pemikiran keduanya. Ketiga, sebagai bagian terpenting buku ini adalah jawaban dari madrasah keluarga suci Nabi SAW mengenai kedua pandangan yang saling bertentangan tersebut. Gagasan “perkara di antara dua perkara” (al amru baynal amrain) oleh maksumin layaknya oase bagi umat agar tidak bertambah larut dalam kerancuan ini. Kekuatan buku ini adalah kemampuan tim penulis menjabarkan argumen secara filosofis atau aqliyah, dengan tanpa melupakan dalil ayat dan hadis sebagai indikator. Selain itu, ada nilai lebih ketika pembahasan buku ini mampu menjangkau pemikiran filsuf era modern dari Barat seperti Hegel meski secara singkat, tidak hanya bersandar pendapat ulama atau intelektual muslim saja. Terakhir, sekalipun topik yang dibahas berat, tetapi buku ini lebih banyak menggunakan analogi yang mudah dipahami serta bahasa populer sehingga cukup mudah dipahami pembaca awam.