Menapak Jalan Spiritual

Menapak Jalan Spiritual

Manusia lahir di dunia iniyang terbelenggu dalam dimensi ruang dan waktu tidak untuk hidup kekinian dan kedisinian. Menurut kaum sufi dan Arif billah, dalam menapaki hidupnya, manusia pasti menginginkan sesuatu yang lebih agung dan kudus ketimbang apa yang diperolehnya secara material selama ini. Namun, renjana spiritual yang mekar berkembang dengan segera diserbu dengan jejaring godaan dari berbagai sudut. Akibatnya, proses sayr wa suluk (perjalanan rohani) manusia semakin sulit ditempuh. Padahal, tidak ada pilihan bagi manusia selain membawa kesucian ruhani ke hadirat Allah. Hal ini jelas menuntut keseriusan dan kesengguhan dari seorang pesuluk. Dalam konteks tersebut, buku Menapak Jalan Spiritual ini menduduki arti pentingya bagi para pesuluk. Alasannya, buku ini memaparkan masalah-masalah penyucian diri, pengenalan godaan setan, dan cara-cara menanggulangi rintangan-rintangannya. Penulis menekankan bahwa menjalankan jalan spiritual tidak berarti mengabaikan dimensi sosial si pesuluk. Bahkan mengabaikan matra sosial insan akan menghalangi percepatan jalan spritiual yang ditempuh.   Walhasil, dengan membaca petunjuk-petunjuk dalam buku ini, seseorang yang ingin berhasil dalam bersua dengan Tuhannya tidak akan merawak rambang lagi untuk menempuh jalan spiritual. Itulah tradisi para nabi, wali, dan insan-insan suci lainnya.