Seorang mukmin yang datang bersusah payah ingin belajar tentang Islam dihadapi dengan wajah yang masam oleh Nabi saw., sedang orang-orang kafir yang enggan belajar dihadapi dengan wajah sepenuhmya. Pikirkanlah ini. ya "Ulil Albab"!

Apakah Nabi saw yang merupakan suri tauladan seluruh umat manusia di muka bumi akan melakukan hal tersebut?

&nbsp;

Author

Editor

Interpreter

Common title

Number of volumes

Persian Title

Publish location

Publication year

Publish number

Publisher

Qr Code

Sect

Scholar

ISBN

Source

Translated

Is this post suggested?

View

Nabi SAW Dalam Al-Quran

Apa dan bagaimana karamah  yang dimaksud? Apa hubungannya dengan al-Quran? Siapa saja yang berhak menyandangnya?

Penulis buku ini yang memang pakar pemikiran Islam, mengupas dengan sangat rinci, tajam dan gamblang perihal kemuliaan yang ilahi. Setiap pengertian, makna, dan hakikat yang berkenaan dengannya diuraikan secara filosofis dengan tingkat kecermatan dan ketelitian yang sungguh mengagumkan.

BAgi para pemula, buku ini tentu sangat bermanfaat untuk membangun pemahaman awal yang utuh dan argumentatif tentang hakikat kemuliaan manusia. Sementara bagi para profesional, karya tulis ini dapat dijadikan semacam ajang pendalaman, pengayaan, sekaligus penghayatan intelektual dan, tentunya, spiritual.

Jadi teks-teks dalam buku ini tak cuma minta dibaca dan dipahami, tapi juga dihayati dan dijelmakan dalam kehidupan sehari-hari. Membaca buku ini sama saja dengan berikhtiar menjadi insan yang menyadari dan merasakan apa makna menjadi mulia itu.

&nbsp;

Karamah dalam Al-Quran

Diakui atau tidak, belakangan ini terjadi distorsi keberagamaan yang parah di tengah-tengah uamt. Betapa tidak, di satu sisi, tingkat keberagamaan seseorang ditentukan oleh seberapa jauh tindakan anarki yang dilakukannya terhadap segala hal yang berbau maksiat, bidah, kufur, syirik, dan seterusnya. Di lain sisi, tingkatan itu ditentukan oleh seberapa acuh seseorang mengabaikan kondisi sosial yang melingkupinya dan tenggelam dalam keasyikan "bersama" Tuhan dengan rotus-ritus keagamaan tertentu sesuai seleranya.

Keduanya juga telah mengacaukan term-term keagamaan sesuai kepentingannya dan mengaburkan figur teladan umat manusia, semisal Muhammad saw, Isa al-Masih as, atau Musa as. Akibatnya, kalau kita perhatikan umat bragama saat ini, kita akan melihat dua wajah yang bertentangan tersebut; yang pertama menekankan sisi kekeuatan dan penghukuman, dan yang kedua menekankan kelemahan dan toleransi.

Kita tentunya meyakini bahwa wajah asli agama tidaklah seperti itu. Keduanya mestilah dapat dipadukan dengan serasi dan seimbang. Mungkinkah ini terjadi? Bukankah keduanya merupakan hal yang bertentangan? Inilah yang dicoba untuk dijawab oleh penulis buku ini; seorang filsuf, ulama, penempuh jalan ruhani, dan pejuang kebebasan melawan para arogan dunia. Selamat berjuang!

Jejak Ruhani

Satu hal yang kerap diajukan sebagai keheranan oleh para pengkritik Islam adalah ibadah haji. Bagaimana mungkin, sebuah agama yang mengaku paling monoteis malah mengajarkan sebuah ritual yang sama sekali bertentangan dengan semangat tauhid dan malah memelihara tradisi kaum pagan (penyembahan berhala)!

Titik yang paling krusial (sebagai sasaran kritik) tentu saja adalah Ka'bah dan batu hitam (Hajarul Aswad) di salah satu sudutnya. Para jamaah yang datang dari segenap penjuru dunia telah mementaskan sebuah ritus yang telah mendarah-daging pada suku-suku Arab pra-Islam; berkeliling mengitari Ka'bah sambil sesekali mencium, memeluk, atau melambaikan tangan kepada batu hitam tersebut.

Benar, mengelilingi Ka'bah (thawaf) tanpa memahami apa yang terkandung di balik perbuatan tersebut tidaklah berbeda sama sekali dengan thawaf yang dilakukan oleh orang-orang Jahiliah. Dan, mencium Hajar Aswad tanpa pemahaman akan sesuatu di balik perbuatan tersebut adalah serupa dengan tradisi menyembah batu yang dilakukan orang-orang barbar tersebut. Juga, menyembelih kurban, sama dengan apa yang dilakukan orang-orang biadab itu!

Ya, ibadah haji mengandung makna dan rahasia terpendam, yang sulit digali oleh orang-orang biasa, yang tidak pernah meretas jalan spiritual menuju haribaan Ilahi. Meminjam istilah al-Quran, masalah ini tidak akan tersentuh kecuali oleh orang-orang yang disucikan. Lantas, siapakah mereka itu dan apa sebenarnya yang terkandung di balik ritus-ritus tersebut? Sisi-sisi apakah dari ibadah ini yang sesuai dengan nilai-nilai tauhid? Atau, apakah ia memang mengajarkan inti dari semangat tauhid itu sendiri? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang akan dijawab oleh Prof. Jawad Amuli, penulis buku ini, seorang yang dibesarkan dalam madrasah keilmuan dan spiritual, yang melanjutkan tradisi orang-orang yang disucikan. Selamat mereguk kesegaran batiniahnya!

&nbsp;

Hikmah dan Makna Haji

Nama lengkap:

Ayatullah Abdullah Jawadi Amuli

Riwayat Keluarga:

Jawadi Amuli dilahirkan dalam keluarga religius di Kota Amul, Ayahnya adalah seorang ulama terpandang di kota tersebut.

Pendidikan:

Pada tahun 1948 ia memulai pendidikan keagamaannya di Hauzah Ilmiah Amul dan selama 5 tahun ia belajar tata bahasa Arab, Mantiq, usul fikih, fikih, tafsir Alquran dan hadis sampai pada tingkat menengah. Pada tahun 1950, ia pindah ke Tehran dan melanjutkan pendidikan agamanya di Madrasah Marvi. Selama 5 tahun di kota tersebut ia menimba ilmu dari beberapa ulama besar di kota tersebut, di antaranya Muhammad Taqi Amuli, Abu al-Hasan Syahrani, Mahdi ILahi Qumsyeh-i dan Muhammad Husain Tuni. Di samping memperdalam ilmu fikih dan ushul, ia juga mempelajari filsafat dan irfan, dan bersamaan dengan itu ia juga mengajar beberapa pelejaran hauzah. Pada tahun 1955 ia pindah ke Hauzah Ilmiah Qom dan mempelajari tingkat atas pelajaran-pelajaran hauzah dari ulama-ulama besar Qom saat itu seperti Ayatullah Burujerdi, Ayatullah Sayid Muhammad Muhaqqiq Damad, Mirza Hasyim Amuli, Imam Khomeini dan Allamah Thabathabai.

Guru-guru: 

Ayatullah Muhammad Taqi Amuli, Ayatullah Abu al-Hasan Sya’rani, Ayatullah Mahdi ILahi Qumsyei, Ayatullah Muhammad Husain Tuni, Ayatullah Burujerdi, Ayatullah Sayyid Muhammad Muhaqqiq Damad, Ayatullah Mirza Hasyim Amuli, Imam Khomeini dan Allamah Thabathabai.

Karya-karya:

Ayatullah Jawadi Amuli menghasilkan banyak karya dalam berbagai bidang keilmuan seperti dalam bidang fikih, tafsir, filsafat dan hadis. Bukunya yang berisi tafsir Alquran yang didasarkan pada cemarah-ceramah yang disampaikannya dalam kelas tafsir yang diasuhnya diberi judul Tasnim dan sampai saat ini telah diterbitkan dalam 46 jilid. Buku lainnya, Rahiq Makhtum adalah buku yang memuat pelajaran yang disampaikannya saat menjelaskan kitab Asfar Arba'ah karya Mulla Sadra. Jilid ke-20 dari buku ini, telah diterbitkan pada bulan April 2018. Mafatih al-Hayat, Zan dar Ayineh Jamal wa Jalal (telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, Keindahan dan Keagungan Perempuan), Syariat dar Ayineh Ma'rifat, Adab Fana-yi Muqarraban (Syarah Ziarah Jami'ah Kabirah) dan Taudhih al-Masail, diantara kitab lainnya yang merupakan karya Ayatullah Jawadi Amuli.

Born

Death

Jawad Amuli

Jawad Amuli

Born:

Jawad Amuli

Author Books