Membalas Kebencian dengan Kasih Sayang

Membalas Kebencian dengan Kasih Sayang  

    By: KH Jalaluddin Rahmat Salah seorang di antara tokoh besar dalamdunia kesucian adalah orang Mesir yang bernama Dzunnun. Karena ia berasal dariMesir, maka ia dikenal dengan sebutan Dzunnun Al-Mishri, Dzunnun Si OrangMesir.   Ketika ia masih hidup, orang-orang tidakmengenalnya sebagai orang yang dekat dengan Allah. Ia malah lebih banyak diceladan dicemooh orang karena dianggap kafir, ahli bid'ah, dan orang murtad. Iatidak pernah membalas semua tuduhan itu dengan kemarahan atau serangan balik.Ia bahkan menunjukkan dirinya seakan-akan ia mengakui seluruh celaan itu.   Selama ia hidup, orang-orang tidakmengetahui bahwa Dzunnun adalah salah seorang di antara waliyullah, kekasihAllah. Orang mengetahui kedekatannya dengan Tuhan setelah Dzunnun meninggaldunia. Menurut Al-Hujwiri, pada malam kematian Dzunnun, tujuh puluh orangbermimpi melihat Rasulullah saw. Dalam mimpi itu, Nabi bersabda, "Akudatang menemui Dzunnun, sang wali Allah." Sesudah kematiannya, konon diatas keningnya tertulis: Inilah kekasih Tuhan, yang mati karena mencintaiTuhan, dan dibunuh oleh Tuhan.   Masih menurut Al-Hujwiri, pada saat penguburan Dzunnun, burung-burung diangkasa berkumpul di atas kerandanya sambil mengembangkan sayap merekaseakan-akan ingin melindungi jenazahnya. Pada saat itulah orang-orang Mesirmenyadari kekeliruan mereka dalam memperlakukan Dzunnun selama ini.   Ada banyak kisah tentang Dzunnundan hampir semua kisah hidupnya itu menjadi pelajaran yang amat berharga.Kisah-kisah itu menjadi petunjuk bagi kita dalam mendekati Allah swt. Di antarakisah-kisah yang dituturkan tentang Dzunnun adalah satu kisah ketika iaberlayar bersama para santrinya dengan sebuah perahu di atas sungai Nil.   Alkisah, pada suatu hari, berlayarlahmereka di sungai Nil. Yang sedang berekreasi di sungai itu bukan hanyaorang-orang saleh seperti Dzunnun dan para santrinya, tetapi juga orang-orangyang menggunakan rekreasi sebagai alat untuk melakukan kemaksiatan. Di tengahjalan, bertemulah dua kelompok perahu yang mempunyai "ideologi" yangberbeda itu. Pada perahu yang satu, terdapat Dzunnun, sang kiai, bersama parasantrinya. Mereka melantunkan zikir kepada Allah swt. Pada perahu yang lain, ada sekelompok anak muda yang memetik gitar, berhura-hura, berteriak-teriak, dan berperilaku yang menjengkelkan santri-santri Dzunnun.   Karena para santri percaya bahwa doa-doaDzunnun pasti diijabah, mereka meminta Dzunnun untuk berdoa kepada Allah supayaperahu anak-anak muda itu ditenggelamkan Tuhan jauh ke dasar sungai Nil.Dzunnun lalu mengangkat kedua belah tangannya dan berdoa: Ya Allah, sebagaimanaEngkau telah memberikan orang-orang itu kehidupan yang menyenangkan di duniaini, beri juga mereka satu kehidupan yang menyenangkan di akhirat nanti.   Santri-santrinya tercengang. Semula merekaberharap Dzunnun akan mendoakan anak-anak muda yang ugal-ugalan itu agarditenggelamkan Tuhan karena anak-anak muda itu memandang kehidupan hanyasemata-mata kesenangan saja. Tapi aneh bin ajaib, Dzunnun hanya berdoa sepertidi atas. Para santri terkejut mendengar doaDzunnun.   Ketika perahu anak-anak muda itu mendekat, mereka melihat Dzunnun ada di perahu itu. Mereka menyesal dan meminta maaf.Entah bagaimana, meman dang wajah Dzunnun membawa mereka kepada kesucian.Mereka meremukkan alat-alat musik mereka dan bertaubat kepada Tuhan.   Waktu itulah Dzunnun memberi pelajarankepada para santrinya, "Kehidupan yang menyenangkan di akhirat nantiadalah bertaubat di dunia ini. Dengan cara begini, kalian dan mereka puas tanpamerugikan siapa pun."   Kita tertarik dengan cerita Dzunnun ini.Kita terbiasa untuk menaruh dendam kepada orang-orang di sekitar kita. Seringkalisetelah kita menjalani kehidupan yang baik, kita jengkel kepada orang-orangyang kita anggap buruk. Ketika ada orang yang memperlakukan kita dengan jelek, kita berharap bahwa kita bisa membalas kejelekan itu dengan kejelekan kitalagi. Untuk itu kita sering menutup-nutupinya dengan berkata, "Supaya inijadi pelajaran bagi mereka."   Dzunnun melanjutkan tradisi para rasul Tuhan yang mengajarkan kepada kita untukmembalas kejelekan yang dilakukan orang lain dengan kebaikan. Bayangkanlahketika Anda berdoa supaya saingan Anda hancur, agar musuh Anda binasa, Andaakan memperoleh satu manfaat saja: Kepuasan hati karena hancurnya saingan Anda.Tapi ketika Anda berdoa: Ya Allah, ubahlah kebencian musuh-musuhku menjadikasih sayang, Anda akan mendatangkan manfaat kepada semua orang. Sama sepertidoa Dzunnun Al-Mishri.   Dahulu, Nabi Isa as beserta murid-muridnya lewat di depan rombongan pemuda yangugal-ugalan juga. Mereka bukan saja melakukan tindakan-tindakan maksiat ketikakelompok Nabi Isa datang, mereka juga malah melemparkan batu ke arah Nabi Isa.Nabi Isa berhenti dan memandang mereka untuk kemudian mendoakan kebaikan bagimereka.   Murid-muridnya bertanya, "Mereka melempari batu ke arahmu tapi mengapaengkau malah membalas dengan doa yang baik?" Nabi Isa menjawab,"Itulah bedanya kita dengan mereka. Mereka kirimkan kepada kita keburukandan kita kirimkan kepada mereka kebaikan."   Rasulullah saw dilempari orang di Thaif ketika beliau mengajak mereka kepadaIslam sampai kakinya berlumuran darah. Ketika malaikat datang kepadanyamenawarkan untuk menimpakan gunung di atas orang-orang yang menyerangnya, Nabihanya berkata: Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaumku karena mereka adalahorang-orang yang tidak mengerti.   Dzunnun Al-Mishri mengajari kita tradisi para nabi dan orang-orang saleh; membalas kejelekan dengan kebaikan. Jadilah kita seperti pohon Mangga di tepijalan, yang dilempari orang dengan batu tetapi ia mengirimkan kepada sipelempar itu, buah yang telah ranum. Ahsin kamâ ahsanallâhu ilaik, berbuatlah baiksebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.   Di antara perbuatan baik yang sangat tinggi nilainya adalah membalas keburukanorang kepada kita dengan kebaikan. Ini bukanlah suatu hal yang mustahil, melainkan ini adalah ajaran kesucian yang akan membawa kita lebih dekat kepadaAllah swt. [Islamic-Sources/Abu Haidar Abi]