Pornografi dan Kerusakan Otak
Pornografi dan Kerusakan Otak
Author :
Ismail Amin
0 Vote
82 View
Bertindaklah untuk menghindarkan orang-orang yang anda sayangi, anak, kemenakan, peserta didik dari bahaya pornografi. Kejahatan-kejahatan sosial disekitar kita, 90% lahir dari aktivitas kecanduan pornografi Sudah sering kita mendengar atau membaca informasi, bahwa kecanduan pornografi jauh lebih dasyhat dampak negatifnya dibanding kecanduan narkoba. Otak pecandu pornografi 5 kali lebih rusak dari pecandu narkoba. Narkoba merusak otak di dua bagian, pornografi merusak otak di lima bagian tapi tetap saja, masih banyak dari kita terpapar pornografi. Penyebabnya, kita kurang memahami maksud pornografi lebih merusak dari narkoba itu apa. Ini dia penjelasannya. Kalau anda lagi sibuk tweteraan, chating, saling balas komentar di FB, hentikan dulu. Kalaupun anda tidak terjangkiti kecanduan ini, setidaknya informasi ini penting untuk anda ketahui, sehingga bisa berbuat sesuatu untuk menyelamatkan orang-orang yang anda cintai. Dalam tubuh kita, banyak hormon yang bekerja. Terlebih lagi hormon pada otak, sebagai pusat dan pengendali semua aktivitas dan pikiran kita. Ada 4 hormon yang bekerja saat kita menyaksikan pornografi. Keempat hormon ini sangat bermanfaat dan sangat menguntungkan jika bekerja dengan normal. Namun bisa berakibat fatal dan berefek negatif, jika hormon ini bekerja berlebihan. Pertama, Dopamine Sistem kerjanya adalah mengeluarkan sensasi senang dengan peningkatan kualitas aktivitas dan tantangan. Jika hormon ini bekerja saat kita mengerjakan tugas matematika, tentu sangat bermanfaat. Misalnya, hari ini dapat soal yang sulit, kita tertantang untuk menaklukannya. Dan ketika berhasil, kita akan meminta soal yang lebih sulit lagi. Dan kita senang melakukannya. Begitu seterusnya, sampai akhirnya menjadi ilmuan atau pakar matematika. Tapi jika ini terjadi ketika menonton pornografi. Maka akibatnya sangat fatal. Ketika hari ini menonton sekedar adegan ciuman, kita sudah senang. Maka keesokannya, adegan ciuman tidak akan memberi pengaruh lagi, kita akan tertantang untuk menonton adegan yang lebih hot, begitu seterusnya, sampai otak kita tidak lagi menerima adegan seksual yang biasa, sehingga mulai terlibat meyaksikan adegan-adegan seksual yang ekstrim dan menyimpang. Coba bayangkan, kalau ini terus diperturutkan, maka kita akan sibuk untuk terus menerus mencari konten porno untuk menambah koleksi perpustakaan porno di dalam otak kita. Dan apa efeknya? hujan uang bagi pebisnis pornografi, tanpa peduli otak korbannya yang menjadi bloon. Lebih tragis dari itu, apa akibatnya jika kesenangan tidak lagi didapat dari sekedar menonton, tapi mempraktikkan. Nauzubillah. Tidak heran, jika anak-anak sekolah, SMP dan SMA meskipun dikenal pintar, namun kemudian diketahui bergabung dengan geng motor dan terlibat dengan seabrek kejahataan. Karena dalam geng motor, mereka mendapatkan kesenangan melakukan praktik pergaulan seks bebas. Jangan menyangka, hanya laki-laki yang bisa terjebak dalam kecanduan pornografi. Perempuan dan remaja putri juga. Fenomena cabe-cabean menjadi buktinya. Kedua, Neuropiniphrin Sistem kerjanya adalah semangat pada peluang. Ketika ada peluang untuk melakukan sesuatu, maka hormon ini akan segera aktif. Contohnya, seorang pebisnis, begitu melihat peluang, “Wah ada peluang nih..” cekidot. Langsung bisnis. Tapi jika hormon ini bekerja pada otak yang telah kecanduan pornografi, maka setiap perempuan yang dilihat, maka dipandang sebagai obyek dari fantasi seksualnya. Misalnya, orang normal, ketika melihat perempuan cantik. Ia hanya akan berkomentar, “Duh cantiknya.” Tapi bagi pecandu pornografi, lebih dari itu. Otaknya melihat itu sebagai peluang untuk segera berpikir mesum. “Gimana ya caranya dipegang. Gimana ya rasanya jika digituin?” dan seterusnya. Parah bukan? dan ini bisa menyebabkan adanya interaksi sosial yang tidak sehat. Apa saja yang dipikirkannya akan ngeres. Perempuan baginya diciptakan Tuhan hanya untuk menjadi obyek seks. Dia melihat perempuan sebagai sesuatu, bukan seseorang. Apapun yang dibicarakannya akan disangkutkan keaktivitas seksual atau hal-hal yang berbau sensual. Berbicara mengenai isu-isu Sunni-Syiah, selalu dilarikan ke Mut’ah, lalu kemudian menyenangkan diri dengan komentar2 atau cacian-cacian yang tidak senonoh. Ketiga, Serotonin Sistem kerjanya seperti ini. Hormon ini akan bekerja, jika seseorang berada dalam kondisi tenang dan santai. Tentu sangat bermanfaat, jika hormon ini bekerja saat kita lagi shalat, atau mengaji Al-Qur’an, atau lagi bercengkrama dengan keluarga. Tapi sangat disayangkan, hormon ini juga akan bekerja saat menonton pornografi. Sehingga, seseorang yang terpapar pornografi, akan mendapatkan ketenangan saat menontonnya. Saat stress atau depresi, pelariannya bukan ke ibadah, atau kepelukan keluarga, tapi ke pornografi. Jika lama tidak menonton pornografi, maka ia akan gelisah, dan baru bisa tenang jika kembali larut di dalamnya. Anak yang blasted, depresi oleh tugas-tugas sekolah, butuh hiburan. Dan sangat disayangkan jika hiburannya adalah pornografi. Bisa dibayangkan, betapa rusaknya otak yang seperti ini. Keempat, Oksitosin Sistem kerjanya, seseorang akan mencintai sesuau yang membuat hormon ini keluar. Mengapa seorang ibu begitu mencintai anaknya? itu karena ketika ia melahirkan, hormon ini juga turut bekerja, sehingga sang ibu mencintai sang anak yang menjadi penyebab hormon itu keluar. Celakanya, ternyata saat seseorang menonton pornografi, hormon ini juga keluar membanjiri otak. Nah, ketika hormon ini membanjiri otak, apa yang akan disayanginya?. PORNOGRAFI. Kalau seorang ibu, mau berbuat dan berkorban apa saja demi anaknya, pengaruh dari hormon oksotosin ini.. Pecandu pornografi, mau berbuat dan berkorban apa saja demi menikmati konten-konten porno yang dicintainya. Meskipun itu merusak hubungannya dengan keluarga atau bisa menghancurkan sekolah atau karirnya. Terakhir, mengapa pornografi lebih berbahaya dari narkoba? Pecandu narkoba bisa dikenali dari fisiknya yang kerempeng dan wajahnya yang sayu. Tapi pecandu pornografi, fisiknya bisa saja sehat dan kelihatan segar, tapi tiba-tiba saja oon. Otaknya rusak. Jangan heran, kalau ada kasus, anak sekolah berbuat mesum disekolah dan ditonton teman2nya, di Tegal pimpinan pondok pesantren mencabuli santriwatinya, ada politisi partai Islam nonton konten porno saat rapat, di Bogor ada pengurus MUI berbuat asusila, di Tasik anak usia belasan memperkosa ratusan ayam dan belasan domba. Otaknya dimana? SUDAH RUSAK PAK!!!