Fikih Pemula

Fikih Pemula

Fikih Pemula

Author :

3926

(0 Votes)

(0 Votes)

Fikih Pemula

Berbeda pendapat merupakan fitrah manusia. Sebagai Sang Pencipta, Allah swt. menghendaki fitrah itu tetap berjalan dalam koridor keimanan yang benar. Oleh karena itu, adanya sebuah tolok ukur yang menjadi rujukan semua pihak adalah satu keniscayaan yang tidak dapat dielakkan lagi. Allah swt. telah menurunkan kitab pedoman dengan kebenaran yang akan menjadi penengah bagi umat manusia dalam berbagai hal yang diperselisihkan (QS.2:213). Tanpa kenyataan di atas, kehidupan yang sehat tidak akan dapat berlangsung. Ini adalah ketentuan yang telah ditegaskan oleh Al-Quran di atas Tauhid yang absolut. Lalu, penyimpangan, mitos dan kebohongan terus menerus dilakukan oleh anak cucu Adam, hingga akhirnya mereka mulai menjauh dari asas yang kuat ini. Dari sini jelas, bahwa manusia tidak akan sanggup menjadi penengah antara kebenaran dan kebatilan selagi mereka masih menjadi abdi hawa nafsu dan budak kesesatan. Al-Quran telah datang, namun hawa nafsu masih saja mencabik-cabik manusia dari berbagai arah. Ambisi, maksiat, keresahan dan kesesatan telah jauh menyeret manusia dari menerima hukum dan arahan Al-Quran dan memalingkan mereka dari merujuk kebenaran yang telah jelas. Menurut Al-Quran, maksiat adalah perbuatan yang telah menggiring manusia kepada perselisihan, kecongkak-an dan ketidakacuhan (Ibid). Di samping itu, kebodohan turut pun memperparah keadaaan buruk ini. Hanya saja, bukankah telah dipesankan bahwa seorang jahil hendaknya bertanya kepada orang yang tahu, sebagaimana Allah swt. berfirman: “Maka bertanyalah kalian kepada Ahlul kitab jika kalian tidak mengetahui” (QS.21:7, 16:43). Oleh karena itu, tindakan menerjang yang dilakukan oleh seorang yang bodoh terhadap asas yang diterima akal dan diterapkan oleh para akil ini adalah pelanggaran terhadap kaidah dan jalan paling jelas dalam rangka menutup celah perselisihan. Islam adalah agama abadi yang terangkum dalam teks-teks Al-Quran dan sunah Rasulullah; sosok yang tak pernah mengucapkan satu kata pun dari mulutnya kecuali wahyu Tuhan semata. Allah swt. dan Rasul-Nya telah mengetahui bahwa umatnya akan bersilisih pendapat setelah kepergian beliau, sebagaimana hal tersebut telah terjadi saat beliau masih hidup dan berada di tengah-tengah mereka. Atas dasar ini, Al-Quran telah menurunkan pedoman kepada umat yang dapat dipegang selepas kepergian Ra-sulullah; pelita yang dapat menuntun manusia sehingga menapaki jejak yang pernah ditinggalkan oleh beliau, dan dapat membantu mereka dalam rangka memahami dan menafsir-kan arahan-arahannya. Pelita itu tak lain adalah Ahlul Bait a.s. Merekalah pribadipribadi yang telah di-sucikan dari segala kotoran dan noda, manusia-manusia yang kepada kakek mereka Al-Quran diturunkan. Mereka menerima langsung ajaran ilahi dari beliau dan memahaminya dengan penuh kesadaran dan amanah Dan mereka telah dianugerahi hal-hal yang tidak diberikan kepada siapa pun.