Merajut Ukhuwah Memahami Syi'ah
Merajut Ukhuwah Memahami Syi'ah
Author :
Editor :
Publisher :
Publish number :
1
Publication year :
2008
Publish location :
Bandung
Number of volumes :
1
ISBN :
979-9482-86-0
(1 Votes)
(1 Votes)
Merajut Ukhuwah Memahami Syi'ah
Harus diketahui oleh kaum Muslim Ahlussunnah bahwa Syiah berpedoman pada Al-Quran dalam mengambil ajaran Syariah. Al-Quran mereka sama seperti Al-Quran yang ada tengah-tengah umat Islam selama ini. Al-Quran yang ada sekarang ini telah tersusun rapi seperti itu semenjak masa Rasulullah Saw. Segala tuduhan yang berkenaan dengan adanya tahrif Al-Quran yang dialamatkan kepada mereka sangat bertentangan dengan keyakinan Syiah yang sesungguhnya. Syiah menolak menisbatkan proses pengumpulan Al-Quran kepada para sahabat. Karena akal sehat menolak anggapan yang mengatakan, Rasulullah Saw meninggalkan umatnya di saat wahyu pedoman yang akan menyelamatkan mereka dari kesesatan berserakan di beberapa tempat. Bagi kaum Muslim Syiah, riwayat yang berkenaan dengan proses pengumpulan Al-Quran yang terdapat dalam kutubussunnah merupakan khabar ahad. Tiada dosa bagi siapa saja yang menolak riwayat tersebut. Oleh sebab itu, Syiah menolaknya sebagai sikap mencegah timbulnya serangan terhadap kemurnian Al-Quran melalui beberapa riwayat yang saling bertentangan. Sebagaimana Syiah memegang teguh Kitabullah, mereka juga memegang teguh Sunnah Rasulillah Saw dalam mengambil ajaran agama, baik dalam bidang ushul maupun furu. As-Sunnah al-Mu‘tabarah menurut Syiah adalah yang diriwayatkan melalui jalur aimmah ahlilbait dengan tidak menafikan selain jalur mereka; bila kaum muslimin sepakat dengan kepribadiannya yang dipercaya (tsiqah). Penolakan Syi’ah terhadap banyak riwayat yang terdapat dalam kutubussunnah tidak berarti menolak Hadis Nabi sebagai sumber penetapan ajaran Islam setelah Al-Quran. Penolakan itu sekadar menolak sanad hadis yang meriwayatkannya. Sikap tersebut sebagai bentuk kewaspadaan mereka dalam menyaring hadis Nabi dari segala kebohongan yang dinisbatkan kepada Rasulullah Saw. Syiah tidak mempercayai ‘adalah seluruh sahabat. Derajat mereka bertingkat sesuai dengan kejujuran dan keikhlasan mereka pada Allah dan Rasul-Nya. Oleh sebab itu, mereka menolak riwayat sahabat, kecuali mereka yang tsiqah dalam pandangan Syiah. Syiah bukan berarti mencela sahabat, tetapi hanya sekadar menyikapi perbuatan mereka berdasarkan pemberitaan yang termaktub dalam buku-buku rujukan seluruh umat Islam. Syiah bukanlah termasuk golongan yang telah punah, yang keberadaan maupun peninggalannya masih diselimuti misteri. Jumlah ulama mereka bagaikan bilangan pasir. Tulisan mereka telah banyak memenuhi perpustakaan yang tersebar di seluruh penjuru dunia, sehingga memungkinkan bagi siapa saja yang ingin benar-benar mengetahui hakikat Syiah dapat merujuk kepada mereka. Bukan merujuk kepada penulis yang jauh dari Syiah, baik keyakinan maupun lingkungannya. Bahkan, ucapan orang Syiah itu sendiri tidak boleh dirujuk bila pribadi maupun ilmunya masih diperdebatkan karena Syiah sama sekali tidak mengakui pendapat tentang keyakinan yang tidak sesuai dengan apa yang termaktub dalam rujukan utama yang telah mereka sepakati. Syiah tidak meyakini satu keyakinan tertentu melainkan didukung dengan dalil-dalil yang tidak terbantahkan (qath’i) yang terdapat dalam sumber-sumber tepercaya umat Islam, baik Syiah sendiri atau para penentangnya yang mengaku Ahlussunnah. Perbedaan sikap keduanya hanya dalam penafsiran dan penerapan. Dengan demikian, tidak ada alasan untuk mengeluarkan mereka dari lingkungan Islam, selama mereka masih berpegang pada kitab dan sunnah yang valid menurut mereka. Tidak berlebihan kiranya bila kita menyimpulkan bahwa Syiah adalah murni dari ajaran Islam, bukan sempalan dari agama Yahudi ataupun Majusi sebagaimana fitnah sebagian kalangan yang menolaknya. Dikarenakan keyakinan Syiah juga didukung dengan dalil-dalil yang kuat dari sumber Ahlussunnah, alangkah baiknya bila seluruh umat Islam, di mana saja berada, bersedia mendiskusikan persoalan-persoalan penting yang mereka perdebatkan dalam forum diskusi ilmiah dengan berlandaskan pada Al-Quran dan Al-Hadis. Diskusi ilmiah ini untuk mencari jalan keluar dari problematika yang sedang melilit kaum muslim dewasa ini. Diskusi bukan untuk menghujat satu kelompok atau menafikan kelompok yang lain. Hasil diskusi kemudian disebarkan ke seluruh penjuru agar kebenaran tampak di depan seluruh umat. Dengan demikian, upaya itu diharapkan dapat mempersempit jurang pemisah antar umat Islam, dapat menyatukan pandangan dan hati demi kejayaan Islam dan umatnya sekarang dan di masa yang akan datang. Bagi siapa saja yang telah dan masih terus menyerang Syiah, hendaknya mau menghadapi para ulamanya dengan cara-cara yang cerdas dan ilmiah (bukan dengan serangan membabi buta dan sikap pengecut). Hendaknya pula mereka dapat melepaskan diri dari belenggu masa lalunya dan bersandar pada buku rujukan Syiah yang mu‘tabar. Saya bukan penyeru kebebasan berpikir ataupun ingin memonopoli kebenaran. Saya hanya sekadar berharap kepada seluruh umat Islam yang berakal sehat dan berhati tulus untuk dapat melepaskan diri dari belenggu masa lalunya. Memandang saudaranya, Syiah, dengan penuh keridhaan dan dengan kacamata Islam. Hendaknya dapat pula memahami bahwa perbedaan pendapat merupakan suatu keniscayaan dikarenakan kita adalah manusia, bukan karena yang satu Sunni dan yang lainnya Syi’i. Apa yang dapat kita lakukan dalam menyingkapi perbedaan alamiah seperti ini adalah memperbaiki kesalahan masa lalu serta melepaskan diri dari fanatisme buta, untuk kemudian menatap masa depan dengan penuh kasih sayang dan persaudaraan antar sesama saudara seiman. Dengan demikian kejayaan Islam segera dapat kita capai.