The Hidden Truth: Menyibak Fakta-fakta Kebenaran yang Hilang

The Hidden Truth: Menyibak Fakta-fakta Kebenaran yang Hilang

The Hidden Truth: Menyibak Fakta-fakta Kebenaran yang Hilang

Interpreter :

Ahmad Subandi

Publish number :

1

Publication year :

2001

Publish location :

Cianjur

Number of volumes :

1

(0 Votes)

QRCode

(0 Votes)

The Hidden Truth: Menyibak Fakta-fakta Kebenaran yang Hilang

Fitrah manusia cenderung kepada kesempurnaan. Manusia yang menghendaki kesempurnaan tentunya tidak akan berhenti pada satu titik kebenaran. Dia akan terus mencari dan membandingkan argumrntasi mana yang lebih kokoh untuk dia ikuti. Karena Islam mengajarkan kepada manusia untuk pandai-pandai menyimak dan mengambil argumentasi yang paling kokoh dalam hal keyakinan atau akidah, maka tidak mengherankan kian banyak orang yang awalnya nonmuslim menjadi muslim setelah mendapat taufik dari Allah Swt. Demikian juga menjadi muslim bukan perjalanan terakhir ketika dirasa ada sejumlah keyakinan yang berlawanan dengan al-Quran dan Sunnah. Dan itulah yang dialami oleh Syeikh Mu'tashim Sayid Ahmad, penulis buku ini. Semula, ketertarikannya untuk menelaah Islam secara lebih mendalam karena faktor Sayid Jamaluddin Asadabadi al-Afghani, seorang pembaharu Islam abad ke-19. Akan tetapi, perkenalannya lebih lanjut dengan gerakan Wahabi di Sudan, akhirnya membawa sang penulis kepada topik-topik keagamaan lain yang seakan-akan tersembunyi. Buku The Hidden Truth: Menyibak Fakta-fakta Kebenaran yang Hilang merupakan buah penelitian dan dialog penulis dengan berbagai pihak terkait tema-tema yang dianggap mutlak kebenarannya seperti hadis "Dua Belas Khalifah". hadis "Tsaqalain" dan lain-lain. Termasuk di dalamnya, penulis mengandar sedikit akidah Ahlussunnah dan fikih empat mazhab Sunni. Buku yang disusun dalam sembilan bab ini mengajak pembaca untuk lebih memahami akidah-akidah yang ada di akalngan muslim. Dengan demikian, jika muncul perbedaan, tidak segera memvonis sesat. Akan tetapi, jika ada argumentasi yang kokoh dan gamblang, manusia yang berakal pasti akan memilih yang terbaik dan orang lain tidak berhak menagtur keyakinannya.