Mengapa Allah dan Rasul-Nya mewasiatkan agar kita menjaga dan memelihara akad nikah yang suci? Mengapa baik buruknya seorang manusia diukir dari bagaimana cara dia memperlakukan keluarganya? Mengapa suami dan istri harus mempertanggungjawabkan peran yang dilaksanakan mereka di hadapan Allah? Jawabannya sedderhana: Karena Allah mengetahui bahwa kebahagiaan dan penderitaan manusia sangat bergantung pada hubungan mereka dengan orang-orang yang mereka cintai, terutama dengan kelluarganya.

Buku ini memberikan kiat-kiat praktis bagaimana membangun dan memelihara keharmonisan rumah tangga. Dengan gaya bahasa yang sederhana dan penjelasan yang sangat menarik, menjadikan buku ini sangat perlu dibaca oleh setiap Muslim terutama bagi mereka yang hendak dan sedang mengarungi bahtera rumah tangga.

Author

Editor

Interpreter

Common title

Number of volumes

Persian Title

Publish location

Publication year

Publish number

Publisher

Qr Code

Sect

Scholar

ISBN

Source

Translated

Is this post suggested?

Rate

View

Votes

Surga Rumah Tangga

Kecanduan narkotika melanda anak muda. Pergaulan bebas mewabah dimana-mana. Tawuran antarpelajar terjadi di berbagai tempat. Orang tua resah, guru kehilangan jurus, petugas keamanan mati kutu, dan masyarakat tercekam! Mau jadi apa anak-anak kita nanti? Bagaimana wajah bangsa nanti jika generasi penerusnya terjerembab dalam perilaku-perilaku amoral seperti itu?

Buku ini tidak bermaksud memberikan terapi ampuh, apalagi instan, untuk mengakhiri kegamangan tersebut. Pendidikan anak yang menjadi tema utama buku ini adalah untuk memberikan petunjuk-petunjuk penting kepada semua pihak, orang tua, guru, dan masyarakat agar kondisi tersebut tidak tercipta.

Dimulai dari masa paling dini dari kehidupan manusia, masa pembentukan nuthfah, orang tua sudah memainkan peran penting dalam membentuk kepribadian si anak. Ada sejumlah aturan dan etika Islam yang harus diperhatikan oleh setiap rang tua dalam hal ini bila ia ingin anaknya menjadi baik kelak. Begitu pula masa-masa selanjtunya, masa menyusui, masa remaja, dan masa dewasa, semuanya mempunyai andil bagi perkembangan si anak, sehingga menuntut orang tua, guru, dan masyarakat untuk tidak lengah dari kewajiban-kewajibannya.

Setiap orang tua mendambakan anak yang saleh. Semua guru menginginkan murid yang taat dan disiplin. Dan, masyarakat manapun menghasratkan generasi muda yang tertib dan santun. BUku ini memandu kita semua untuk meraih harapan tersebut, berdasarkan ajaran Islam yang jelas dan gamblang.

&nbsp;

Pintar Mendidik Anak

Buku ini adalah terjemahan dari buku Jihadun-Nafs, karya al-Ustadz Husain Mazhahiri. Buku yang berisi tentang kiat-kiat dan cara-cara efektif untuk mengontrol hawa nafsu, sehingga dapat membangun sisi ruhani manusia.

Buku ini memang tebal, namun ketebalannya bukanlah sebuah ukuran terhadap berat atau tidaknya bahasan yang diuraikan, melainkan hal tersebut lebih ditekankan kepada banyaknya aspek yang berkaitan, baik langsung maupun tidak, terhadap "jihad" itu. Bahkan penulis tetap mempertahankan gaya penulisannya yang demikian lugas dan sederhana, hibgga mudah sekali untuk dimengerti dan diresapi butiran-butiran hikmahnya.

&nbsp;

Meruntuhkan Hawa Nafsu Membangun Rohani

Hawa Nafsu diciptakan oleh Allah SWT untul melayani kita. Namun, dalam kenyataan justru malah terbalik, kitalah yang melayaninya.

Dalam dunia tasawuf sendiri, dikenal semacam teori atau formula bahwa ketika manusia benar-benar dapat mengalahkan hawa nafsunya dan berhasil menundukkannya, dengan sendirinya ia telah menjadi seorang yang merdeka. Dan sebaliknya, manusia menjadi sangat terikat dan tidak bebas, ketika dirinya terkalahkan oleh nafsunya sendiri.

Penulis buku ini, Husain Mazhahiri, seoramg ulama Timur Tengah yang terkenal dalam bidang pendidikan akhlak, berusaha dengan cukup komprehensif mengantarkan kepada kita segala aspek yang berkaitan dengan jihad besar ini. Dengan kalimat-kalimat yang mudah dipahami dan penjelasan yang sangat menarik untuk dikaji, karya beliau ini akan sangat memberi kontribusi dalam membangun rohani kita.

&nbsp;

Jihad Melawan Hawa Nafsu

KEkuatan apa yang dapat meredam kekuatan gejolak hawa nafsu yang demikian dahsyat? Apa motivasi yang mendorong seseorang untuk tidak memenuhi bisikan jahat setan? Apa gerangan yang dapat mengendalikan naluri manusia? Apakah karena adanya hukum, ilmu, dan kontrol sosial? Tidak. Sesungguhnya kekuatan satu-satunya yang paling berpengaruh dalam mengontrol gejolak kecendrungan alamiah manusia dalah keimanan emosional: keimanan yang mengakar dan meresap dalam hati, keimanan yang menjadikan seorang mukmin selalu merasa diawasi oleh Allah Swt, keimanan yang membuat seorang mukmin sadar bahwa ketika ia berbuat kebaikan maka surga ada di depannya dan ketika ia berbuat keburukan maka neraka menunggunya.

Penulis, Ustadz Mazhahiri, secara gamblang menggambarkan pengaruh-pengaruh gejolak alami dari kehidupan sehari-hari, bahaya-bahaya yang ditimbulkannya, hingga cara mengatasinya dengan jitu. Tema yang menarik ini disampaikan dengan bahasa yang mudah dicerna oleh semua kalangan. Buku ini pun sarat edngan kisah-kisah teladan dari kehidupan para sahabat Nabi Saw dan para ulama yang sudah tentu akan menebarkan butiran hikmah bagi pembaca.

Mengendalikan Naluri

Buku ini merupakan kumpulan ceramah yang disampaikan dalam bulan suci Ramadhan oleh Ustadz Husain Mazhahiri, seorang ulama Ja'fari terkenal dan guru besar dalam bidang akhlak dan irfan. Dalam buku ini, beliau mencoba menelusuri segala makna dan kandungan jihad dari segi akhlak sehari-hari. Beliau berusaha memaparkan sikap dan perilaku apa saja yang sepatutnya dilakukan oleh para mujahid, naik mujahidin yang sedang berada di medan pertempuran maupun yang tidak berada di sana. Beliau menekankan bahwa betapa seorang mujahid mesti benar-benar mengerti esensi perjuangan mereka, hingga segala amal dan pengorbanan mereka tidaklah sia-sia.

Kemudian, yang paling pentimg lagi dari buku ini, beliau menerangkan arti dari kekalahan dan kemenangan yang hakiki, yang tersembunyi di balik segala perjuangan kehidupan lita.

Akhirnya, tidak berlebihan jika buku ini sangat ideal untuk dikonsumsi bukan saja oleh kalangan mujahidin di front, namun cukup memadai jika buku ini kita jadikan sandaran dalam membina dan menguatkan rohani, sehingga dapat memberikan kontribusi wawasan yang kita butuhkan dalam mengarungi bahtera kehidupan yang sarat dengan segala cobaan dan rintangan.

Menelusuri Makna Jihad: Dari Sudut Pandang Akhlak sampai Sufistik

Pentingkah pembentukan kepribadian bagi kehidupan? Andaikata tidak, seburuk apapun perilaku kita ketika bergaul dengan orang lain, kita tetap mengharapkan agar tidak mendapatkan celaan dari orang lain. Bukankah cara dan sikap kita menunjukkan bagaimana kepribadian kita? Dan tidakkah tanpa kita sadari ternyata banyak perilaku kita yang mengakibatkan tersia-siakannya hikmah, tersingkir dari pergaulan dan pada akhirnya tersesat dari jalan yang lurus? Inilah bentuk kelalaian yang dipengaruhi oleh bisikan setan, dengannya kita pertaruhkan kehidupan dunia akhirat.

Perangai dan tingkah laku terpuji adalah sangat kita perlukan pada setiap tempat, waktu dan kesempatan. Utamanya dalam hubungan kita dengan masyarakat. Bukankah kita semua sangat ingin mempunyai budi pekerti dan perilaku yang baik di dalam hidup, dan memperoleh ganjaran yang baik di akhirat?

Buku ini bermanfaat bagi setiap individu yang menyadari arti pentingnya pembentukan dan pengembangan diri. Di dalamnya memuat penjelasan dan uraian berbagai perilaku terpuji dan tercela yang disertai dengan pencegahan diri dari perilaku aniaya, yang semuanya itu termasuk modal utama menuju rohani yang kuat, dan sebagai bahan pengetahuan dalam membimbing kita menapaki jalan suri tauladan kita, Rasulullah saw dan orang-orang saleh.

Membentuk Pribadi Menguatkan Rohani

Nama Lengkap:

Husain Mazhahiri

Riwayat:

Husain Mazhahiri dilahirkan dalam lingkungan keluarga ulama yang religius. Karena pengaruh kecendrugan dan keyakinan agama ayahnya, sejak kecil ia sudah menyukai hal-hal yang berbau agama dan hauzah.

Pendidikan dan Keilmuan:

Ia memulai pendidikan hauzahnya di kota Isfahan. Kemudian pindah ke kota Qom untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat lebih lanjut. Di kota Qom, ia belajar di bawah bimbingan ulama-ulama terkemuka.

Mazhahiri juga aktif mengajar ilmu akhlak, fikih, ushul, filsafat dan ekonomi Islam. Setelah meninggalnya, Hasan Shafi Isfahani, Ketua Hauzah Ilmiah Isfahan, Sebagian ulama Isfahan meminta Mazhahiri untuk Kembali ke Isfahan. Namun, Mazhahiri meminta pendapat Yatullah Sayid Ali Khamenei dalam hal ini. Sayid Ali Khamenei menulis surat meminta Mazhahiri untuk pergi ke Isfahan. Kemudian, Mazhahiri menerima undangan tersebut dan menjadi ketua Hauzah Ilmiah Isfahan.

Guru-guru:

Sayid Mar'asyi Najafi, Murthadha Hairi Yazdi, Ayatullah Borujerdi, Imam Khomeini, Muhaqqiq Damad, Allamah Thabathaba'i.

Karya-karya:

Diantara karya-karyanya:

Al-Hashiyah 'ala al-'Urwah al-Wutsqa, Tawdih al-Masail, Manasik Haji, Wilayatul Faqih dan Pemerintahan Agama, Faktor-faktor yang Dapat Mengontrol Insting dalam kehidupan Manusia, Jihad Nafs, Pendidikan Anak, Keluarga dalam Islam, Menuju Kebenaran, Ciri-ciri Pengajar yang Baik, Syarh dan Tafsir Do'a (Kumayl, Sahar, dan Munajat Sya'baniyah), Keseimbangan antara Dunia dan Akhirat, Tafsir Surah Yasin Aqidah dan Ma'rifah dari JAntung al-Quran, Kepemimpinan dalam al-Quran, Program Kehidupan, Empat Belas Manusia Suci.

&nbsp;

&nbsp;

&nbsp;

Husain Mazhahiri

Born:

Husain Mazhahiri

Author Books