Bruce Parker Membedah Secara Ilmiah, Bagaimana Nabi Musa membelah Laut Merah
Bruce Parker Membedah Secara Ilmiah, Bagaimana Nabi Musa membelah Laut Merah
Author :
atjehcyber
0 Vote
124 View
Kisah Nabi Musa membelah laut mungkin adalah salah satu mukjizat yang paling terkenal. Namun, belakangan ilmuwan mulai mempertanyakan peristiwa yang terjadi di Laut Merah itu.
Melansir Dailymail, seorang pakar kelautan mengaku telah mengetahui 'rahasia' terbelahnya Laut Merah, saat Nabi Musa menyelamatkan diri dari kejaran tentara Firaun. Bruce Parker, profesor tamu di Stevens Institute of Technology, New Jersey, AS, mengklaim Nabi Musa tidak mengandalkan keajaiban dari Tuhan untuk membelah Laut Merah. Tapi ia mungkin menggunakan pengetahuannya tentang pasang surut saat memimpin kaumnya menyeberangi Laut Merah, untuk menghindari kejaran tentara Firaun. Mantan kepala ilmuwan National Ocean Service di National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Amerika Serikat ini menulis di Wall Street Journal, bahwa Nabi Musa menggunakan pengetahuannya tentang pasang surut untuk memastikan orang-orang yang dibimbingnya bisa menyeberang dengan selamat. Sebelumnya ada teori yang menyebutkan bahwa terbelahnya Laut Merah akibat Tsunami yang disebabkan oleh gempa bumi. Hal ini karena sebelum Tsunami terjadi, biasanya perairan pesisir akan surut. Namun, teori itu dibantah Parker yang menyebutkan bahwa air akan kembali dalam waktu 20 menit. Waktu sesingkat itu tidak bisa memberikan cukup waktu bagi Nabi Musa untuk menyeberang dasar laut yang kering, yang diduga berada di Teluk Suez yang terletak di ujung utara Laut Merah. Selain itu, Nabi Musa harus mendapat pemberitahuan lebih dahulu dari Tuhan bahwa akan terjadi gempa bumi dan Tsunami. Jika terjadi surut di Teluk Suez maka dasar lautnya bisa kering selama berjam-jam. Nabi Musa berkemah di pantai sebelah barat Teluk Suez ketika tentara Firaun terlihat di kejauhan. Awan debu yang ditimbulkan oleh kereta dan kuda tentara Firaun yang mendekat akan memungkinkan Nabi Musa untuk menghitung waktu kedatangan mereka, kata Parker. Karena hidup di gurun, Nabi Musa memiliki pengetahuan soal pasang surut Laut Merah dan dengan melihat bulan, ia bisa memprediksi kapan surut akan terjadi. Pengetahuan ini tidak dimiliki Firaun dan bala tentaranya yang tinggal di sepanjang Sungai Nil, yang terhubung ke Laut Mediterania yang tidak memiliki pasang surut yang unik. "Mengetahui kapan surut akan terjadi, berapa lama dasar laut akan tetap kering dan kapan air akan naik kembali, Nabi Musa bisa merencanakan pelariannya bersama orang-orang Israel," tulis Parker. Saat terjadi pengejaran, bulan purnama muncul secara penuh dan itulah saat surut berada di titik terendah sehingga dasar laut bisa tetap kering selama berjam-jam. Memberikan waktu yang lama bagi Nabi Musa untuk menyeberang. Jika demikian, maka air pasang akan berada di titik tertingginya sehingga mampu menenggelamkan tentara Firaun. Untuk melakukan itu semua, Nabi Musa harusnya memiliki perhitungan sempurna. Parker bukanlah ilmuwan pertama yang mengajukan teori ini untuk menjelaskan keajaiban Laut Merah. Dalam sebuah tulisan yang ditulis oleh seorang sejarawan kuno bernama Artapanus yang hidup antara 80-40 SM mengatakan, "Musa, yang menjadi pejabat negara, menunggu air surut dan memimpin orang-orang menyeberang lautan saat dasarnya kering."