Peran Ulama dan Dai Sebarkan Islam Murni

Islam adalah agama yang mengalami penyempurnaan dari agama Adam, Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa. Allah Swt sepanjang zaman dan dengan memperhatikan kemampuan akal  setiap umat secara bertahap mengenalkan mereka dengan ajaran agama samawi. Perlakuan Allah Swt terhadap umat manusia ini akan terus berlangsung hingga manusia mencapai satu titik di mana mereka mampu menerima ajaran agama terakhir dan paling sempurna serta mampu menjaganya hingga generasi berikutnya tanpa ada penyelewengan. Allah Swt memilih Islam sebagai agama terunggul bagi kehidupan manusia dan Nabi Muhammad Saw, sebagai nabi terakhir mendapat kepercayaan untuk mengemban misi suci ini. Allah Swt dalam surat al-Maidah ayat 3 berfirman yang artinya, “...Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Para pakar agama mengakui bahwa Islam bukan sekedar agama individu, namun memiliki program bagi kebahagiaan manusia di seluruh sisi kehidupan, baik pribadi, sosial, politik dan hak. Ajaran Islam juga selaras dan dapat diterapkan dalam setiap kondisi. Selain itu, Islam tidak pernah kehilangan daya tariknya. Hal ini dikarenakan tuntutan-tuntutan Islam bertumpu pada fitrah manusia. Rasulullah Saw selama menyebarkan risalah Ilahi ini dengan sabar menanggung segala bentuk siksa dan cemoohan umat musyrik dan munafikin. Nabi besar Islam ini sepanjang hidupnya tidak pernah takut atas ancaman yang dialamatkan kepada dirinya demi menyebarkan pesan Ilahi bagi kebahagiaan umat manusia tersebut. Kerja keras nabi untuk memberi hidayah manusia dipuji Allah Swt. Hingga akhir hidupnya, Muhammad melaksanakan dengan baik misinya dalam memberi petunjuk umat manusia dan menyampaikan pesan-pesan Ilahi. Tak hanya itu, Muhammad kemudian diperintahkan Allah untuk menunjuk penggantinya dan mengenalkannya kepada umat Islam, sehingga penyelewengan terhadap agama samawi ini dapat dicegah. Pasca era kepemimpinan dan imamah 11 Imam dari keturunan Rasulullah, imam keduabelas atas kehendak Allah Swt mengalami masa ghaib dan menjadi simpanan Ilahi untuk mengalahkan kebatilan. Masa ghaib imam keduabelas ini akan terus berlangsung hingga umat manusia setelah menempuh fase kesempurnaan mereka menjadi siap membentuk pemerintahan terakhir demi kebahagiaan umat manusia. Berdasarkan ayat dan riwayat, selama periode keghaiban panjang imam keduabelas, agama Allah Swt akan dijaga oleh para ulama dari penyimpangan. Ini merupakan karakteristik umat di era nabi terakhir yang tidak ditemukan di zaman nabi-nabi terdahulu. Dengan kata lain, manusia telah mencapai kemampuan dan rasionalitas yang tinggi sehingga di zaman ghaibnya imam keduabelas mampu memilah antara kebenaran dengan kebatilan dengan bersandar pada al-Quran dan sunnah Nabi. Rasulullah Saw bersabda, “Ulama adalah pelita bumi dan pengganti para nabi serta ahli warisku dan para nabi.” Sejatinya dari sinilah dapat dipahami peran besar para ulama dan cendikiawan Islam. Imam Hadi as bersabda, “Jika setelah ghaibnya al-Qaim kami (Imam Mahdi), tidak ada ulama yang menyeru dan membimbing manusia kepadanya serta membela agama Ilahi serta membebaskan hamba-hamba yang lemah dari cengkeraman iblis dan pengikutnya, maka tak diragukan lagi manusia akan berpaling dari agama Allah.” Di zaman ini ketika gelombang fitnah dan perpecahan mengancam Islam, maka dapat dipahami sebenarnya mengapa dalam agama Islam sangat ditekankan posisi ulama yang begitu tinggi. Rasulullah Saw bersabda, “Ketika muncul bid’ah di tengah umatku, maka menjadi kewajiban para ulama untuk menampakkan ilmunya. Dan barang siapa yang tidak berbuat demikian, maka ia wajib mendapat laknat Allah Swt.” Selama 14 abad sejak munculnya Islam, ulama dan cendikiawan agama membela Islam murni dengan jiwa dan raganya. Islam murni adalah Islam yang diajarkan Rasulullah kepada umatnya. Dalam hal ini Nabi telah mewasiatkan umatnya untuk berpegang teguh kepada al-Quran dan ahlul baitnya untuk menjaga Islam. Islam murni adalah Islam yang lepas dari interpretasi sesuai selera pribadi dan tak berdasar. Bukan Islam yang menurut al-Quran ketika bagian yang menyenangkan diambil serta ajaran yang tidak sesuai dengan kepentingan pribadi atau golongan ditinggalkan. Menyebarkan Islam yang murni ini hanya dapat dilakukan oleh para ulama yang mewakafkan umurnya untuk mempelajari agama ini. Al-Quran dan hadis nabi juga telah memberi bantuan dan parameter kepada umat supaya mereka tidak terjerumus kedalam bujukan oknum-oknum yang mengaku ulama, namun sejatinya mereka menyeru ke jalan yang bertentangan dengan hidayah Allah Swt. Rasulullah Saw bersabda, “Jangan kalian duduk dengan sembarang orang alim (ulama), kecuali ulama yang menyeru kalian dari lima hal kepada lima hal yang lain. Dari keraguan kepada keyakinan, dari permusuhan kepada cinta kebaikan, dari kesombongan kepada kerendahan hati (tawadhu), dari riya kepada ikhlas serta dari kecintaan kepada dunia kearah berlepas diri dari kenikmatan sementara tersebut (dunia).” Oleh karena itu, ulama yang menabuh genderang perpecahan dan tidak menunjukkan jalan ke arah persatuan, cinta kebaikan serta berlepas diri dari keraguan dan penyelewengan, mereka ini tidak layak untuk diikuti. Dengan parameter ini, bagaimana dapat diterima orang-orang baik dari Syiah maupun Sunni serta khususnya Wahabi menyebut dirinya sebagai ulama, namun setiap harinya menebar fatwa baru yang menyulut api perpecahan sebagai pewaris Nabi. Dengan beragam bukti yang nyata ini, bagaimana pengikut mereka nantinya memberi pertanggung jawaban dihadapan Allah Swt? Muslim Iran di tahun-tahun pasca kemenangan Revolusi Islam telah mendapat pengalaman berharga. Salah satunya adalah peran ulama dalam menjaga agama dan revolusi dari penyelewengan. Bahkan di fase paling suci sebuah kebangkitan, ledakan yang dihasilkan dari revolusi dan kebangkitan rakyat melawan kezaliman dapat menjadi peluang yang baik bagi musuh agama, sehingga mereka memanfaatkan sensitifitas dan semangat rakyat untuk melawan revolusi mereka sendiri serta menyelewengkannya. Hal ini dapat disaksikan dalam berbagai revolusi rakyat yang meletus dalam beberapa tahun terakhir, khususnya di Mesir. Di Iran sendiri selama periode revolusi, muncul banyak kelompok-kelompok menyimpang. Setiap kelompok ini merekrut pemuda yang bodoh dan tak sadar akan hakikat Islam. Pasca kemenangan Revolusi Islam, kelompok sesat ini mulai mengarahkan Iran ke arah perang saudara. Teror dan instabilitas di dalam negeri marak dikobarkan, padahal musuh-musuh asing juga menyerang Iran dengan segenap kekuatan yang dimilikinya untuk menciptakan kondisi sangat sulit bagi rakyat Iran. Kelompok ini mengaku Islam dan revolusioner serta menipu para pemuda. Namun pengalaman sukses Iran adalah keterlibatan ulama di saat yang tepat serta upaya mereka memerangi ideologi sesat tersebut. Ulama Iran dengan dipimpin Imam Khomeini menjadikan masjid yang sejak lama menjadi pusat mukiminin sebagai tempat memberi pencerahan para pamuda dan memerangi akidah menyimpang. Sama seperti langkah pertama yang ditempuh Nabi saat hijrah ke Madinah adalah membangun masjid dan mengenalkannya sebagai faktor pemersatu serta pangkalan Islam. Nabi sendiri giat menyebarkan ajaran Ilahi dan mempertahankan agama Samawi tersebut melalui masjid. Kinerja cerdik ulama Iran berhasil menjinakkan beragam konspirasi musuh dan mempersatukan para pemuda revolusioner dalam menghadapi musuh asing sehingga revolusi mencapai kemenangan. Kini dunia Islam tengah mengecap era paling sulit, di mana bukan saja harus menghadapi serangan nyata dari musuh seperti Amerika Serikat dan rezim Zionis, namun juga harus bertindak secara cerdas dan terkoordinasi dengan baik  dalam menghadapi program rahasia musuh untuk menciptakan penyelewengan di ajaran-ajaran mendasar Islam. Aksi-aksi brutal kelompok menyimpang dan bodoh seperti Takfiri ISIS, Boko Haram dan Taliban serta penipuan terhadap sekelompok pemuda yang minus terhadap ajaran Islam,  kian mengharuskan kecerdasan ulama dan tindakan mereka untuk mengenalkan Islam yang murni kepada para pemuda serta orang-orang yang baru masuk Islam. Di seluruh dunia, masjid merupakan pangkalan utama umat Muslim dan ulama berperan sebagai pengelola tempat suci ini. Oleh karena itu, pangkalan suci ini yang menjadi milik umat Muslim dapat dimanfaatkan sebagai pusat penyebaran serta pencerahan masyarakat terhadap agama Islam sejati sehingga menjadi jelas perbedaan Islam yang diklaim oleh kelompok Takfiri, khususnya soal jihad dan hukum Islam. Dengan demikian perbedaan antara kegelapan dan cahaya menjadi jelas serta hati-hati suci para pemuda menjadi tercerahkan dengan hidayah Ilahi. Imam Baqir as berkata, “Jika ulama menyembunyikan nasihat, maka mereka telah berkhianat. Jika mereka menyaksikan manusia terjebak dalam kesesatan dan penyimpangan, namun tidak memberinya petunjuk atau tidak menghidupkan hati yang mati, maka sungguh celaka ulama tersebut karena telah melakukan pekerjaan terburuk.