Politik Khomeini: Wajah Etika Islam
Politik Khomeini: Wajah Etika Islam
Author :
Editor :
Interpreter :
Publisher :
Publish number :
1
Publication year :
2012
Publish location :
Jakarta
Number of volumes :
1
ISBN :
978-979-26-0717-8
(0 Votes)
(0 Votes)
Politik Khomeini: Wajah Etika Islam
Dalam sejarah dunia, ada sejumlah revolusi fenomenal yang telah mengubah banyak negara, seperti revolusi Perancis, revolusi Bolshevik, Rusia, dan yang paling mutakhir di abad 21 adalah revolusi Islam Iran tahun 1979. Jika pada dua revolusi sebelumnya didasarkan pada paham humanisme dan sosialis-komunis, pada revolusi terakhir didasarkan pada ajaran-ajaran agama. Keberhasilan Revolusi Islam Iran telah memunculkan banyak teori dan kajian. Pada intinya para pengamat melihat bahwa dalam pandangan Imam Khomeini, agama dan politik merupakan dua entitas yang tidak terpisahkan. Revolusi Islam Iran seakan-akan membantah teori pemisahan agama dan politik, yang selama ini menjadi pandangan dominan pada sebagian intelektual muslim dan nonmuslim. Salah satu karya mutakhir mengenai pemikiran Imam Khomeini adalah karya Sayid Hasan Islam yang berjudul Politik Khomeini: Wajah Etika Islam, yang diterjemahkan dari edisi Inggrisnya, Imam Khomeini, Ethics and Politics. Bagi penulis, politik Imam Khomeini sesungguhnya di dasarkan pada ajaran-ajaran akhlak yang digelutinya sepanjang karir keulamaannya. Bahkan, bagi Imam, politik merupakan manifestasi etika dan akhlak. Jika inti agama adalah akhlak, maka artinya politik Imam Khomeini didasarkan pada etika dan akhlak. Untuk memahami paradigma Imam Khomeini tentang etika dan politik ini, penulis membagi bukunya menjadi tiga pembahasan: prinsip dan dasar-dasar etika menurut pandangan Imam Khomeini, hubungan etika dan politik, dan unsurunsur etik (akhlak) dalam politik dan bagaimana semestinya berpolitik. Menurut Hasan Islami, dari hasil telaahannya atas sejumlah karya Imam Khomeini, politik bagi Imam Khomeini merupakan perpanjangan dari etika. Dengan kata lain, politik merupakan konsekuensi logis dari akhlak. Alasannya, etika tidak terbatas hanya pada ajaran dan rekomendasi yang bersifat sekunder dan semata untuk individu. Karenanya, Imam mengatakan bahwa etika dan akhlak tidak sepatutnya dianggap sebagai persoalan kecil mengingat akhlak merupakan dasar bagi gerak dan kemajuan sebuah masyarakat. Dengan merujuk pada banyak referensi, Timur dan Barat, tak pelak lagi analisis dari sang penulis memperkuat paradigma kesalingterkaitan antara politik dan etika, khususnya dalam pemikiran Imam Khomeini. Pembaca yang tertarik mengkaji etika dan akhlak serta hubungannya dengan politik selayaknya menyimak buku ini.