Syeikh Bahai, Mutiara Ilmu dan Seni
Syeikh Bahai, Mutiara Ilmu dan Seni
Author :
Purkon Hidayat
0 Vote
152 View
Tanggal 23 April bertepatan dengan peringatan hari wafatnya salah seorang ulama dan ilmuwan Iran. Bahauddin Muhammad ibn Azaluddin Husein ibn Abdusamad ibn Samsudin Muhammad ibn Husein ibn Muhammad Ibn Saleh Haritsi Hamadani Amili Jabai yang lebih dikenal dengan sebutan Syeikh Bahai. Beliau lahir tahun 953 Hijriah, atau 1546 Masehi di kota Baalbek, Lebanon. Syeikh Bahai tinggal di Jabal Amil yang terletak di Suriah, tepatnya di desa Jaba'. Syeikh Bahai merupakan keturunan dari Harits bin Abdullah Aur Hamadani, yang merupakan salah seorang ulama terkemuka dan pengikut sejati Imam Ali bin Abi Thalib. Ayahnya, Syeikh Husein Abdusamad Haritsi adalah ulama terkemuka, dan salah seorang murid dari almarhum Syahid Tsani. Beliau dikenal dengan ketinggian ilmunya, terutama di bidang fiqh dan ushul fiqh, serta menulis karya dalam masalah tersebut. Setelah kesyahidan Syahid Tsani, Syeikh Husein di usia muda meninggalkan Jabal Amil menuju Iran, karena gencarnya tekanan terhadap Syiah di wilayah tersebut. Sheikh Bahai bersama ayahnya tinggal di Iran, yang menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya potensi keilmuan beliau di berbagai bidang. Pada tahun 996 Hijriah, Syeikh Bahai ditetapkan sebagai Syeikhul Islam Isfahan, yang menjadi ibukota baru kerajaan Safawi di bawah pemerintahan Shah Abbas I. Syeikh Bahai melakukan perjalanan ke berbagai negara dunia untuk menuntut ilmu dari para ahli di bidangnya masing-masing. Beliau adalah salah seorang ulama Iran dan dunia Islam yang sangat produktif dalam karya penulisan di berbagai di disiplin ilmu. Karyanya dalam bentuk buku lebih dari 100 jilid. Berkat kerja keras dan konstribusi intelektual Syeikh Bahai di bidang astronomi, UNESCO menetapkan tahun 2009 sebagai "Tahun Astronomi dan Syeikh Bahai". Selain menulis karya di berbagai disiplin ilmu, Syeikh Bahai juga memiliki karya sastra dalam bentuk syair yang ditulis dalam tiga bahasa; Farsi, Arab dan Turki. Karya syair Syeikh Bahai sangat kental diwarnai tasawuf, terutama tentang kezuhudan hidup. Bagian penting dari syair Syeikh Bahai acapkali berupa pertanyaan dan teka-teka yang menunjukkan kemampuannya terhadap sebuah masalah. Kemahirannya tersebut tampak jelas dalam berbagai karya syairnya yang menawan. Karya paling terkenal dari Syeikh Bahai adalah Kasykul. Buku ini merupakan kumpulan berbagai masalah dari beragam disiplin ilmu dan pesan penting. Sebagian dari buku ini merupakan petikan yang dikumpulkan Syeikh Bahai dari karya-karya yang menjadi perhatiannya. Sebagian lagi berupa syair yang beliau dendangkan, maupun teks sastra dan buah pemikiran yang dikenalnya. Syair berbahasa Farsi Syeikh Bahai sebagian besar berbentuk Matsnawi, ghazal dan Rubaiyah. Ghazal yang ditulis Syeikh Bahai mengikuti pola Fakhruddin Araki dan Hafez Shirazi. Sedangkan dalam Rubaiyah, syair Syeikh Bahai dipengaruhi oleh Abu Said Abul Khair dan Khawajeh Abdullah Ansari. Syair matsnawi Syeikh Bahai mengikuti model Matsnawi Maulawi. Karya Matsnawi Syeikh Bahai yang terkenal, di antaranya berjudul "Nun va Halva ya Savanih Safar al-Hujaz". Karya yang dipengaruhi Matsnawi Maulawi ini berupa gabungan petuah, satir, dan tamsil yang sangat kental bernuansa sufistik tentang pelajaran kehidupan manusia. Karyanya ini ditulis dengan bahasa yang mudah dicerna dan pahami, tapi memiliki kedalaman pembahasan. Syeikh Bahai menjelaskan berbagai sifat buruk yang harus ditinggalkan manusia seperti riya, congkak dan cinta dunia. Dalam salah satu Matsnawinya, beliau juga mengkritik penguasa zalim yang menindas rakyat dan pentingnya perhatian penguasa terhadap masalah agama. Pemikiran politik Syeikh Bahai tampak jelas dalam berbagai karyanya. Sebagaimana para ulama Syiah lainnya, Syeikh Bahai menulis buku "Arbain". Beliau menukil 40 hadis Nabi Muhammad Saw disertai penjelasan dan maknanya. Syeikh Bahai dalam buku Arbain, menyusun 40 hadis pilihan dari sabda Rasulullah Saw, Syarah Kafi dan lainnya. Dalam karyanya tersebut, Syeikh Bahai juga menjelaskan pandangan politiknya. Selain itu, pembahasan lain seperti Amr Maruf dan Nahi Munkar juga dibahas dalam buku tersebut. Karya penting Syeikh Bahai lainnya adalah buku berjudul "Jami' Abbasi" yang ditulis atas permintaan Shah Abbas I. Buku ini menjelaskan garis merah mazhab pemerintahan Safawi, sekaligus arah politik dan agama di era Shah Abbas I. Tapi, Syeikh Bahai tidak berhasil menyelesaikan buku ini, karena beliau meninggal dunia. Penyempurnaan buku ini dilakukan oleh muridnya, Nizamuddin Sawaji. Karya lain yang terkenal dari Syeikh Bahai adalah buku "Miftahul Falah", "Jabal al-Matin" dan "Hadaiq al-Salihin. Selain menjadi ulama terkemuka, Syeikh Bahai memiliki keilmuan yang tinggi di berbagai bidang seperti matematika, astronomi dan lainnya. Bahkan di bidang arsitektur, beliau merupakan salah satu pendiri mazhab seni Safavi di Iran. Masyarakat umum di Iran mengenal Syeikh Bahai sebagai matematikawan dan arsitek sekaligus insinyur sipil dari berbagai karyanya seperti Masjid Imam, dan bangunan Hasar Najaf dan Najaf Abad Isfahan. Syeikh Bahai juga menentukan waktu syar'i, dan arah kiblat Masjid Imam. Selain itu, beliau juga melakukan pembagian air Zayandeh ke berbagai daerah di Isfahan dan desa-desa di sekitar sungai tersebut. Hingga kini, sistem pengairan Zayandeh masih menggunakan sistem yang diterapkan Syeikh Bahai. Karya Syeikh Bahai lainnya adalah pemandian umum air panas "Golkhan Garmabeh". Masyarakat Isfahan menyebutnya sebagai "Garmabeh Syeikh Bahai", karena perancang bangunan umum itu adalah Syeikh Bahai. Sejak dahulu hingga kini orang-orang Isfahan meyakini, pemandian air panas ini dipanaskan oleh sebuah titik api yang merupakan rancangan spektakuler Syeikh Bahai. Kemudian, para arkeolog asing terjun untuk mengetahui rahasia dibalik bangunan pemandian air panas umum yang dirancang oleh Syeikh Bahai.Tapi mereka tidak berhasil menyingkapnya dan tidak berhasil mengembalikan sistem yang telah dijalankan selama ratusan tahun sejak dibuat oleh Syeikh Bahai. Syeikh Bahai juga merancang Menara Junban Isfahan yang masih bisa disaksikan hingga kini. Syeikh Bahai mendidik murid-murid terkemuka di berbagai disiplin ilmu seperti filsafat, tafsir, ushul fiqh, fiqh, hadis, astronomi, matematika, dan lainnya, di antaranya: Mulla Sadra Shirazi, Mulla Muhammad Taqi Majlis I yang merupakan ayah dari Majlisi 2 yang menyusun buku Biharul Anwar, Syeikh Jawad Baghdadi yang dikenal dengan Fadhil Jawad penulis buku Ayat al-Ahkam, Mulla Muhammad Muhsin bin Murtadha bin Mahmud yang dikenal dengan Faidh Kashani sebagai penulis Tafsir Safi dan Mulla Muhammad Baqir ibn Muhammad Mumin Khorasani yang dikenal sebagai Muhaqiq Syeikhul Islam. Pada tahun 1031 Hijriah, Syeikh Bahai meninggal dunia di kota Isfahan, tapi atas wasiatnya sendiri beliau dikebumikan di kota Mashhad di dekat makam Imam Ridha. Hingga kini, makamnya menjadi salah satu tempat yang dikunjungi para peziarah Imam Ridha.