Menggunduli Isis

Hendra Eka Setiawan yang sedang memangkas rambutnya pada tukang potong rambut langganannya di taman itu yang menyadarinya. Sambil rambutnya dipangkas, matanya terus melihat lekat ke arah pedagang durian yang mangkal dengan mobil pikap diparkir di taman di Jalan Mega Mendung, Sukun, Malang, itu. Sejak menetap di kampung itu dari delapan bulan lalu, baru kali ini dia melihat ada pedagang durian. Pukul 11.00, Rabu 25 Maret, suasana riang dengan suara anak-anak itu tiba-tiba berubah tegang. Tiba-tiba ada enam pria menjatuhkan seorang pengendara sepeda motor. Pedagang durian yang tadi terlihat sibuk mengawasi dagangannya tampak ikut menyergap. Pengendara sepeda motor yang mengenakan helm dan jaket warna gelap itu tertelungkup. Tengkuk, kaki, dan pahanya dikunci enam pria tadi. Tangannya kemudian diborgol. Hendra yang penasaran, mencoba mendekat. Namun dari seberang jalan, seorang pria berteriak. “Jangan mendekat, kami polisi.” Hendra terdiam di tempat. Tampak pistol terselip di pinggang beberapa pria yang menyergap tadi. Pria yang diborgol tadi digiring masuk ke dalam mobil Suzuki Carry. Mobil itu lalu melaju, diikuti lima kendaraan roda dua. Melesat menuju ke pusat kota. Belakangan diketahui, pria yang diborgol adalah Helmi Alamudi, warga Jalan Soputan 2, Kelurahan Karangbesuki, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Helmi ditangkap karena keterlibatannya dengan organisasi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Dia disebut sebagai fasilitator, yang merekrut serta mengirim 18 orang warga Indonesia ke Suriah melalui Turki. Selain Helmi, ada dua tersangka anggota ISIS lain yang diciduk aparat di Malang pada hari itu. Sejam sebelum Helmi ditangkap, Abdul Hakim yang beralamat di Jalan Ade Irma Suryani diciduk di Jalan Arif Margono. Hari yang sama, seorang tukang bakso bernama Junaidi juga ditangkap di Kabupaten Malang. Penangkapan-penangkapan ini menambah geger Malang. Sejak awal tahun, warga Malang sudah dihebohkan dengan kehadiran ratusan orang yang datang dari berbagai provinsi. Sudah lima bulan mereka di Malang, menginap di sejumlah penginapan. Ada 380 orang yang berstatus karyawan Haji Muhammad Edi menginap di Hotel Serayu. Kemudian ada lagi 177 orang yang menginap di Hotel Palem dan Army. Banyak yang mengira mereka bagian dari rekrutmen ISIS karena terdengar rumor mereka akan ikut program umrah gratis. Ketika diselidiki, ternyata sebagian peserta beragama non-Islam. Kalau yang ini, dijanjikan ziarah ke tempat suci agamanya masing-masing. Pangestuningsih, warga Asemrowo, Kota Surabaya, perekrut sekaligus korban dari janji umrah gratis itu kebingungan saat ditanya. Menurutnya, program ini ditawarkan oleh PT. Ciptalia Carla Septiasari, sebuah badan usaha yang entah ada atau tidak. PT ini disebut wanita paruh baya itu milik Muhammad Edi alias Anthony Salim. Entah siapa itu. Penangkapan di Sejumlah Kota Di Jakarta, Sabtu malam, 21 Maret, tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri juga menangkap lima orang yang diduga terlibat ISIS. Mereka, M Fachri, Aprianul,  Engkos Koswara, Amin Mude, dan Furqon,  ditangkap di Cisauk, Tangerang; Petukangan, Jakarta Selatan; Tambun, Bekasi; dan Gunung Putri Bogor. Mereka berlima terlibat memberangkatkan 16 warga Indonesia yang tertangkap di Turki dan keberangkatan 21 warga lain yang sudah tergabung dengan ISIS di Suriah. Kepala Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya Inspektur Jenderal Unggung Cahyono mengatakan, lima orang itu memiliki peran yang berbeda. Amin diduga menjadi fasilitator dan pendana yang ingin bergabung dengan ISIS. Dari penggeledahan rumah Amin di Legenda Wisata, Gunung Putri, Bogor, didapatkan beberapa dokumen seperti paspor. M Fachri berperan membina, mengarahkan, sekaligus merekrut simpatisan ISIS di Indonesia. Fachri juga mengurus pengumpulan serta penyaluran dana untuk kegiatan sukarelawan ISIS. Dia juga yang membuat berita-berita berbau agama. "Tersangka juga pemilik website www.almustaqbal.net. Yang bersangkutan juga pernah buat dan upload video pelatihan anak oleh ISIS di Youtube," kata Unggung. Sementara  Koswara merupakan perekrut atau pihak yang mencari calon-calon baru anggota ISIS dari Indonesia. Koswara menggunakan berbagai cara untuk merekrut calon anggota baru ISIS, termasuk iming-iming ekonomi. Indonesia jadi sasaran pengembangan karena merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Kepala Bidang Hubungan Masyaratakat Polda Jatim Komisaris Besar Awi Setiyono mengatakan, selain ideologi, motif ekonomi juga menjadi salah satu alasan untuk bergabung dengan ISIS. Tiga terduga ISIS di Malang misalnya, ditemukan sedang terlilit utang atau masalah ekonomi. Juru Bicara Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Irvan Idris menyatakan ada keterkaitan antara ISIS dengan iming-iming umrah gratis atau gaji mingguan. Modus ekonomistis ini menggiurkan. ISIS mengiming-imingi simpatisannya gaji US$2-3 ribu per minggu  atau setara Rp25-39 juta per minggu. "Ini sangat menggiurkan," kata Irvan. Modus ekonomistis ini dikombinasikan dengan cara kerja sistematis; ada tenaga yang merekrut, propaganda, penyandang dana, hingga fasilitator keberangkatan. Mereka juga cukup kuat dalam jejaring sosial termasuk situs Youtube . "Sudah ada beberapa organisasi yang menjadi mata rantai ISIS. Mereka sedang menghimpun kekuatan," katanya. Kelompok Lama Berhimpun Zaki Mubarok dalam makalah berjudul “Gerakan Islam Radikal Indonesia Kontemporer” menyatakan, ISIS terbentuk pada  3 Januari 2014. Mereka mendeklarasikan kekhalifahan pada 29 Juni 2014 dengan sang khalifah, Abu Bakr al-Baghdadi. Ideologinya dicirikan sebagai  salafi jihadi, wahabisme, kekhalifahan, serta sikap anti-Syiah yang kuat. “Di Indonesia, respons (dukungan) gerakan garis radikal terhadap ISIS sangat cepat,” kata peneliti gerakan Islam radikal dari UIN Syarif Hidayatullah ini. Menurut pengamat terorisme, Nasir Abbas, respons cepat itu berkat bantuan teknologi informasi. Setelah ISIS mendeklarasikan khilafah Islamiyah pada 29 Juni 2014, seminggu kemudian ratusan orang di Indonesia, dengan bendera FAKSI, tanggal 6 Juli 2014 menyatakan baiatnya kepada kekhalifahan ISIS. Peserta berasal dari beberapa daerah di Jawa Barat, Banten, Lampung dan Riau. Bunyi baiat yang dipimpin Abu Zakariyya itu adalah, “Saya berbaiat kepada amirul mukminin Abu Bakar al Baghdadi al Quraysi untuk mendengar dan taat kepada kondisi susah dan mudah. ... Serta saya, tidak akan merampas kekuasaan dari pemiliknya kecuali saya melihat kekafiran yang nyata, yang saya memiliki dalil yang nyata di dalamnya dari Allah.” Dalam waktu yang tidak  berapa lama, sejumlah ormas Islam di Solo, Jakarta, Bekasi, dan Bima  juga menyatakan baiatnya secara demonstratif. Di Bekasi, deklarasi dilakukan perkumpulan yang menamakan diri Kongres Umat Islam. Mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara As'ad Said Ali mengungkapkan, jaringan ISIS di Indonesia merupakan gabungan aktivis dari sejumlah kelompok radikal yang sebelumnya ada. "Di Indonesia, sudah dibentuk JAD atau Jamaah Ansharut Daulat," kata As'ad. JAD terdiri dari beberapa faksi seperti sempalan dari Jamaah Ansharut Tauhid di luar pimpinan Abu Bakar Ba'syir, kelompok Maman Abdurahman, kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso, dan kelompok Al Mujahirun yang merupakan sempalan dari kelompok Hizbut Tahrir. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Saud Usman Nasution mengatakan, lebih dari 10 organisasi yang mendukung ISIS. Saud mengungkapkan, bentuk dukungan mereka terhadap ISIS dilakukan dalam berbagai bentuk, di antaranya dukungan finansial, penyebaran paham, hingga rekrutmen personel. Salah satu organisasi itu, sebut Saud, pernah mengibarkan bendera ISIS dalam unjuk rasa di Bundaran Hotel Indonesia tahun 2014. Pengamat terorisme Al Chaidar menyebut, pendukung ISIS di Indonesia berkembang pesat. Al Chaidar memperkirakan, saat ini pendukung ISIS di Indonesia sudah mencapai dua juta orang. Sudah 500 orang yang bertolak ke Suriah dan Irak untuk bergabung dengan pasukan ISIS. Catatan BNPT,  sudah 514 warga Indonesia yang bergabung dengan pasukan ISIS di Irak dan Suriah. Tujuh orang terbunuh dan belasan sudah kembali ke Indonesia. Mereka diajak oleh kerabat-kerabat terdekat, direkomendasikan oleh jaringan teroris. Mereka umumnya anak-anak muda yang ideologinya masih mudah dipengaruhi. "Seperti jaringan Ustad Afif maupun Ustad Abu Fija. Jaringan ISIS di Indonesia ada dua, Poso dan Jawa," kata Al Chaidar. Jika dibagi dalam dua kelompok, jaringan itu terbagi dalam beberapa wilayah. Pertama, jaringan Abu Bakar Ba'asyir meliputi Jawa, Sumatera dan Kalimantan, dan kedua, jaringan Poso, Sulawesi dan Bima yang bersatu jadi satu jaringan besar. "Jawa, Sumatera dan Kalimantan masih di bawah pengaruh Abu Bakar Ba'asyir. ISIS berkembang di Indonesia sejak tahun 2013. Mereka cepat berkembang karena membawa ideologi kafiri, ideologi yang mengkafirkan orang dan ideologi khalifah," kata Al Chaidar. Dukungan massif ini tidaklah mengejutkan. Sejumlah ormas atau kelompok yang memberi dukungan itu  memiliki akar ideologis yang tak jauh berbeda dengan ISIS. Namun begitu, tidak semua gerakan Islam garis keras memberikan dukungan. Hizbut Tahrir misalnya, meski menginginkan kekhalifahan Islam, menolak mengakui kekhalifahan al Baghdadi. Beberapa aktivis JAT juga menolak ISIS, lalu memisahkan diri dan membentuk organisasi baru bernama Jamaah Ansharut Syariah (JAS). Penolakan yang sama dinyatakan pula oleh pimpinan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI). As'ad yang juga duduk di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menyebut, ISIS telah menjadikan Indonesia sebagai target pengembangan jangka panjang. Indonesia bersama Brunei Darussalam, Malaysia dan Filipina Selatan, merupakan target pengembangan ISIS dalam jangka waktu lima tahun. "Sedangkan target dua tahun, mereka ingin menguasai Timur Tengah, seperti Afghanistan, Iran, Turki, Tanzania, sampai Nigeria," katanya. Dan kini, menurut Nasir Abbas, perkembangan paham ISIS di Indonesia sudah pada taraf mengkhawatirkan. "Seperti anggota Santoso yang eksekusi langsung orang di Poso. Kan sudah ada kejadian. Itu praktik ISIS," ujar Nasir. Juru Bicara BNPT Irvan Idris senada dengan Nasir Abbas. Menurutnya, paham ISIS ini sangat berbahaya. Mereka membunuh tidak hanya kepada orang yang mereka anggap kafir, namun juga sesama muslim. “Mereka sangat ekstrem dan melebihi organisasi radikal lainnya,” kata Irvan.