Nalar Takfir dan Kaum Takfiri Baru (2)

Tentang Negara dan Masyarakat Kelompok takfiri memandang masyarakat Muslim masa kini sebagai masyarakat yang dungu (jahilah), karena gaya dan pola hidup mereka bercirikan gaya dan pola hidup kafir, menerima hukum selain hukum TUhan, tunduk pada aturan-aturan buatan manusia dan meninggalkan syari’at Islam, serta meniru gaya kaum yahudi dan Nasrani dalam seluruh sendi kehidupan. Hal ini, menurut kelompok takfiri, disebabkan masyarakat Muslim tidak lagi berpegang teguh pada agama Islam, dan cenderung mengikuti segala hal yang berbau Barat yang kafir. Untuk mengembalikan masyarakat Muslim ke dalam ajaran-ajaran Islam, menurut kelompok takfiri, adalah mulai dari meninggalkan seluruh sistem dan hukum positif buatan manusia lalu kembali kepada syari’at Islam, al-Qur’an, dan hadis, yang merupakan penuntun dalam seluruh sendi kehidupan masyarakat Muslim. Dalam rangka inilah kaum takfiri membolehkan pembangkangan terhadap pemerintah Muslim yang menerapkan hukum-hukum positif, karena hukum-hukum itu bertentangan dengan hukum-hukum Tuhan dan harus dihapuskan melalui perjuangan umat Islam. Kaum takfiri tidak mengakui adanya perbatasan di antara negara-negara Islam. Bagi mereka, seluruh dunia Islam adalah satu negara di bawah bendera khilafah Islamiyyah. Khilafah Islamiyyah dipandang dapat mengembalikan kejayaan umat, membantu kaum Muslim meningkatkan derajat dan menyebarkan agama mereka ke seluruh dunia. Atas dasar pandangan inilah, kelompok takfiri membolehkan melanggar perbatasan atau menginjak teritori negara lain, dan bahkan menjadi kelompok separatis di suatu negara demi membangun negara Islam. Hal ini terjadi misalnya pada kelompok-kelompok dan gerakan-gerakan yang saat ini menduduki kawasan Sinai di Mesir, juga kelompok Jundullah yang muncul di antara perbatasan kota Rafah dan Gaza di Palestina, di mana mereka berusaha menjadikan kota Rafah sebagai kota Islam sebagai cikal-bakal berdirinya khilafah Islam yang mereka cita-citakan. Dan untuk mewujudkan cita-cita itu, mereka tidak segan-segan memerangi kelompok Hamas yang selama ini memegang kendali pemerintahan di Gaza. Nalar takfir memang menentang masyarakat dan negara modern. Maka tak heran jika kelompok takfiri menganggap konsep negara bangsa berdasarkan wilayah tertentu itu merupakan konspirasi untuk memusuhi Islam dan kaum Muslim serta membendung terbentuknya khilafah Islamiyyah. Karena itulah, mereka selalu berusaha meruntuhkan institusi-institusi negara dan menciptakan kekacauan dengan berbagai cara, mulai dari mengafirkan seorang presiden hingga memfatwakan pembangkangan atas presiden yang menerima sistem demokrasi dan tidak memberlakukan syari’at Islam. Kelompok takfiri juga melarang masyarakat menjadi pegawai di semua insitusi negara karena semua institusi itu dianggap institusi jahiliyyah yang tidak hanya bertentangan dengan syari’at Islam, tapi juga harus dibubarkan dan diganti dengan institusi-institusi lain yang sesuai dengan syari’at Islam. Untuk itu mereka mengeluarkan banyak fatwa dan pernyataan yang mengharamkan bekerja di institusi-institusi negara dan pemerintahan, bahkan mengajak untuk membubarkan seluruh institusi resmi negara, meskipun harus dengan cara menggunakan kekerasan demi melenyapkan kemungkaran dan menegakkan negara yang dalam pandangan mereka selaras dengan syari’at Islam. Sebagai konsekuensi lebih lanjut dari negara yang dianggap kafir, mereka juga membolehkan tidak membayar semua kewajiban warga negara yang dibebankan negara, karena menurut mereka, Islam melarang berurusan dengan sebuah negara kafir. Islam juga melarang patuh pada semua aturan, hukum positif, dan pengadilan kaum kafir, termasuk berpartisipasi dalam pemilihan umum dan segala bentuk partisipasi politik lainnya yang lazim berlaku di sebuah negara demokratis. Mereka juga memfatwakan wajib menyerang para petugas keamanan, karena mereka penjaga kelompok orang yang menghambat tegaknya syari’at Islam. Bahkan mereka membolehkan membunuh rakyat sipil, termasuk wanita dan anak-anak dengan dalih dalam rangka melemahkan cengekeraman musuh yang kafir. Sebab itu, banyak terjadi kaum takfiri membunuh atau berusaha melenyapkan tokoh-tokoh penting, para pejabat negara, kaum intelektual dan wartawan. Mereka juga berusaha menghancurkan ekonomi dengan cara menyerang para wisatawan, menghancurkan kantor-kantor wisata, bank, terusan Suez, kilang-kilang minyak, dan sebagainya. Bahkan mereka tak segan menyerang para penganut Koptik sehingga menyebabkan krisis berkepanjangan, baik dalam bidang keamanan, politik, maupun sosial.