Sumbangsih Imam Sajjad as dibalik Kepedihan demi kepedihan
Kehidupan Imam Husain as penuh dengan ajaran dan panutan, salah satu hal yang harus tidak dilupakan adalah adanya anak laki-laki yang akhirnya menjadi penyambung risalah dari datuk-datuknya yaitu Ali Zainal Abidin As Sajad as, salah satu makhluk istimewa yang pernah terlahirkan didunia ini, baqirun darul ibadah, salah satu imam yang telah membukakan mata umat manusia bagaimana bermesraan dengan sembahan, bagaimana memantaskan diri dihadapan Tuhan dalam beribadah dalam melakukan salik menuju hakikat hakiki, sebut saja Shahifah Sajadiah, sebuah buku doa, tidak teramat tebal namun jika ingin diuraikan isi dan kandungannya pasti hal itu dibutuhkan berjilid-jilid buku, sebab selain doa-doa beliau tidak pernah bertentangan dengan Quran ucapan-ucapan doa beliau adalah tafsiran khusus untuk beberapa banyak ayat Quran, manusia biasa yang tidak sekelaliber imam maksum pun mampu merasakan dan mencicipi nikmat penyembahan dan penghambatan dihadapannya.
Salah satu hal poin yang diajarkan Imam Sajjad as adalah bagaimana mensifati dan memuji Allah swt, Allah swt sebagai wujud yang sangat jelas bagi seluruh manusia, manusia dengan apa yang dimiliki sebenarnya tidak mampu mensifati Allah swt dengan kemampuan mereka, ketika manusia harus mensifati Allah swt secara bebas sangat tidak aneh jika mereka akan melakukan berbagai kesalahan entah pensifatan itu terlalu kurang untuk mensifatiNya atau sebaliknya terlalu berlebih hingga melewati seolah-olah mereka sedang mensifati salah satu makhluk dari makhluk-Nya. Karena alasan inilah mengapa para imam maksum as sendiri berulang kali menasihatkan untuk mensifati Allah sebagaimana Allah mensifati Dirinya sendiri, sehingga manusia tidak akan tersesat dalam mensifati-Nya.
Mensifati Allah adalah hal sederhana namun hal ini sangatlah besar kaitannya, karena setiap manusia pasti ingin mensifatiNya terutama ketika manusia itu ingin mengungkapkan rasa sukur terhadapNya.
Pada kesempatan ini mempertegas artikel teman-teman yang lain perlu disampaikan juga bahwa Imam Sajjad as adalah sosok cerdas yang benar-benar menempatkan diri beliau sebagaimana seharusnya, sangat salah semua pihak yang mengatakan bahwa beliau adalah maaf-maaf penge***t karena beliau tidak bangkit melawan penguasa waktu itu, tidak mengikuti jalan ayahnya sendiri. Kondisi yang dihadapi beliau serba sulit, bahkan beliau selalu dipantau, dan ketika beliau salah langkah sedikit pun maka bukan hanya beliau saja yang akan kehilangan nyawa bahkan seluruh pengikut beliau pun sama, dan perlu diketahui jika hal itu benar-benar terjadi maka apa yang akan dihadapi islam, jelas islam akan hilang tanpa bekas sedikitpun, kita tahu dalam peristiwa asyura beliau juga mendesak dan meminta ijin ayahanda untuk maju kemedan laga, meneguk air sejuk syahadah. Namun beliau tidak mendapat kesempatan itu, karena ada tanggungan yang lebih besar dibandingkan harus kemedan laga, walau memang beliau pada waktu itu sedang sakit sehingga kewajiban jihad tidak ada dipundak beliau, namun beliau adalah salah satu umat yang benar-benar tidak rela sang imam dan pimpinan utusan ilahi harus sendirian membela ajaran agama ilahi, jadi beliau meminta untuk diperbolehkan maju kemedan laga, tapi Allah melalui Imamnya memerintahkan dia untuk tetap hidup meneruskan risalah keimamahhan, pilihan yang sangat berat, beliau harus bersabar menghadapi berbagai kenyataan pedih. [Islamic-sources/TvShia]