Tip Islami Keluarga Harmonis*
Orang bilang kalau hidup agamis itu kering dan kaku, tidak ada kata-kata mesra dan kata-kata sayang. Padahal siapa bilang seperti itu? Karena apabila kita gali, agama Islam adalah agama yang sempurna. Agama yang telah mengatur dari hal-hal yang kecil hingga besar. Dan pastinya, semua itu akan terasa manfaatnya apabila kita mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Ucapan terima kasih sepertinya merupakan hal sepele. Karena, setiap orang bisa melakukannya tanpa pandang bulu. Namun, hal kecil ini dampaknya sangat positif terhadap psikologis manusia. Tatkala seseorang mendengar ucapan terima kasih, hatinya akan merasa senang dan merasa dihargai. Ucapan terima kasih akan menimbulkan semangat dan gairah hidup.
Dalam sebuah hadis Imam Shadiq as begitu indah menyatakan bahwa, “Barangsiapa yang tidak berterima kasih kepada makhluk maka ia tidak berterima kasih kepada Sang Pencipta (Allah SWT).” Sewaktu kita berterima kasih kepada makhluk Allah seperti manusia di antaranya, berarti kita telah berterima kasih kepada Allah SWT.
Biasanya kita akan berterima kasih kepada orang yang telah berbuat baik kepada kita.
Ucapan terima kasih mudah kita berikan kepada orang lain. Tetapi, kita jarang mengucapkannya, atau bahkan tidak pernah mengucapkannya kepada orang-orang terdekat kita. Karena kita menganggap hal itu biasa. Kita menganggap sudah biasa anak berbuat baik kepada orang tuanya, atau sudah biasa orang tua melayani anaknya. Bahkan, memang sudah semestinya orang tua melayani anaknya.
Atau, kita menganggap sudah tugasnya istri melayani suami. Atau, sudah tugasnya suami memberikan nafkah, baik sandang, pangan maupun papan. Padahal rutinitas suami yang monoton dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga, ataupun rutinitas istri dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga, lama kelamaan akan menimbulkan rasa jenuh. Tentunya, berbeda ketika dilakukan dengan rasa cinta dan ucapan terima kasih yang diterima dari pasangannya.
Ucapan manis tadi bagi pasangan bagaikan carger yang dapat memompa kembali semangat kerja. Istri janganlah segan-segan mengucapkan terima kasih saat suaminya memberikan sesuatu kepadanya, baik uang, barang, bahkan bantuan suami dalam menyelesaikan pekerjaan rumah,
“Papah sayang, terima kasih, mudah-mudahan uang ini menjadi berkah untuk memenuhi keperluan kita…!”
“Sayang, terima kasih hadiahnya…!”
“Suamiku tersayang, terima kasih sudah membantu mamah masak…!”,
“Terima kasih pah, sudah membantu menjaga anak-anak…!”
Hendaknya kita jangan menganggap bahwa memang sudah tugasnya mencari nafkah, jadi tidak perlu berterima kasih. Tapi kita harus tahu, suami kita juga manusia, harus dihargai kerja kerasnya tanpa melihat nilai materinya, dan ucapan terima kasih merupakan salah satu bentuk penghargaan atas kerja keras orang lain, khususnya pasangan kita.
Kami yakin, ketika suami mendengar ucapan terima kasih dari pasangannya, akan hilanglah rasa lelah. Keletihan karena kerja seolah-olah lenyap begitu saja saat mendengar ucapan manis sang istri. Ia merasa sang istri telah menghargai semua kerja kerasnya.
Dalam sebuah riwayat Imam Shadiq as telah memberikan tuntunan kepada kita agar selalu berterima kasih kepada orang yang telah berbuat baik kepada kita, “Berterima kasihlah kepada orang yang berbuat baik kepadamu, dan berbuat baiklah kepada orang yang berterima kasih kepadamu. Karena kebaikan akan langgeng bila kita berterima kasih…” [Ushul Kafi, jil 2, hal 94]
Dalam riwayat lain Imam Shadiq as menyatakan lebih tegas lagi bahwa orang tidak berterima kasih kepada orang yang telah berbuat baik kepadanya adalah seperti perampok baik, “Semoga Allah melaknat para perampok yang baik! Para sahabat bertanya, “Siapakah mereka wahai putra Rasul?”, beliau berkata, “Mereka adalah orang-orang yang tidak berterima kasih kepada orang yang telah berbuat baik kepada mereka…”[Al-Wa’idh, jil 6, hal 329]
Ucapan terima kasih sang suami pun tak kalah pentingnya bagi sang istri. Saat sang istri mengetahui suaminya berterima kasih kepadanya, maka hilanglah rasa lelah darinya. Bahkan, ia akan lebih bersemangat lagi untuk melayani suami dan keluarga tercintanya. Rutinitas harian yang monoton akan ia kerjakan dengan semangat. Karena ia tahu, suaminya tidak pernah menyepelekan pekerjaannya sekecil apapun. Pasangannya selalu menghargai kerja kerasnya, dan berterima kasih kepadanya.
“Mamah sayang, terima kasih sudah masakin aku dan anak-anakku!”,
“Sayang, papah tahu pekerjaan rumah itu sangat melelahkan dan membosankan, tapi mamah sudah melakukannya dengan baik. Terima kasih ya…!”
“Istriku sayang, terima kasih sudah merawat dan mendidik anak-anak dengan baik…!”
Itulah ajaran Islam, sangat sempurna dan luwes.
Tuntunan Islam tadi sangat simpel, “Ucapan terima kasih”, namun hal itu bila dijalankan dalam kehidupan berumah tangga, maka pasangan suami istri akan semakin erat dan saling mencintai. Menjadikan kehidupan rumah tangga menjadi lebih indah dan lebih harmonis.
Mungkin sebagain bertanya, “Apa terima kasih harus diucapkan? Apa tidak cukup dengan memberikan hadiah berupa baju, uang…atau dalam sikap?”
Ya, harus diucapkan dan harus didemokan. Karena ucapan yang didengar oleh pasangan kita memberikan pengaruh lain yang tidak bisa digantikan oleh sesuatu yang lain. Dalam sebuah riwayat Imam Shadiq as telah mengajari kita bahwa ketika kita mencintai seseorang, maka jangan segan-segan untuk menunjukkannya baik dalam ucapan maupun sikap.
Karena, tidak semua orang dapat menerjemahkan maksud sikap kita, kalau kita sendiri tidak mengutarakannya, “Apabila kita mencintai seseorang maka beritahukan kepadanya tentang hal itu, karena hal itu akan mempererat kecintaan di antara kalian berdua.”[Ushul Kafi, jil 2, hal 644]
Pasangan kita belum tentu dapat menangkap maksud dari sikap kita, apabila kita tidak mengutarakannya. Katakan pada pasangan kita bahwa kita sangat menghargai kerja kerasnya. Seperti halnya kita dengan sangat mudah akan berterima kasih kepada orang yang telah berbuat baik kepada kita, tapi kenapa lidah ini terasa kelu untuk mengungkapkannya pada pasangan kita? Karena itu, lakukan sekarang juga untuk berterima kasih kepada pasangan kita! [Islamic-souces/majalah Itrah]
*Euis Daryati