Anakmu Amanat-Nya
Anakmu Amanat-Nya
(0 Votes)
(0 Votes)
Anakmu Amanat-Nya
Terdapat perbedaan yang tegas antara pendidikan dengan pengasuhan. Pendidikan bermakna penanaman pengetahuan, atau menanamkan isi dari sebuah kurikulum. Sedangkan mengasuh adalah membentuk kepribadian pada jalan yang diinginkan. Pada dasarnya masyarakat dapat ditransformasi melalui pengasuhan yang tepat terhadap populasinya. Amatlah penting bahwa pengasuhan didasarkan pada program yang baik untuk memastikan keberhasilannya. Pengasuhan tidak hanya menceramahi dan memperingatkan, melainkan juga memerlukan penciptaan lingkungan yang tepat demi memperoleh hasil yang diinginkan.
Kriteria yang diperlukan bagi pengasuhan yang tepat adalah sebagai berikut:
1. Pengasuh mesti secara tepat mengenal murid yang diasuhnya. Ia mesti mengakrabkan dirinya dengan kondisi fisik dan mental murid.
2. Pengasuh mesti mendefinisikan terlebih dahulu tujuan-tujuan pendidikan bagi anak. Tujuan puncak dari pengasuhan mestilah untuk mencetak murid menjadi insan yang bermoral dan berpengetahuan.
3. Program pendidikan mestilah mencakup kriteria dan kondisi-kondisi yang diinginkan untuk memperoleh hasil terbaik. Pengasuh mesti berupaya mencapai hasil yang positif pada periode-periode tertentu.
Periode terbaik untuk memulai pengasuhan atau pendidikan terhadap murid adalah pada masa kanak-kanak (masa kecil). Dalam kehidupan manusia, masa kanak-kanak adalah periode yang paling mudah menerima pengaruh. Selama masa sensitif ini, orang tua memberikan peran krusial.
Namun demikian, mengasuh anak kecil bukanlah tugas yang mudah dan sederhana. Tugas ini memerlukan pengenalan yang dalam, pengetahuan, pengalaman, keteguhan, dan ketekunan sang pengasuh atau orang tua. Sayangnya, mayoritas orang tua tidak memahami seni mengasuh anak. Akibatnya, mayoritas anak tak menerima pengasuhan sebagaimana mestinya, sehingga mereka tumbuh laksana pohon muda yang tumbuh sendiri.
Di negara-negara maju, baik di Barat maupun di Timur, pengasuhan anak memperoleh perhatian penting. Mereka telah melakukan banyak penelitian terhadap isu ini. Banyak buku berguna telah diterbitkan, dan mereka pun memiliki banyak pakar di bidang ini.
Namun di negara kita, perhatian terhadap isu krusial ini masih kurang. Kita memiliki sedikit pakar di bidang ini, dan amat sedikitnya buku yang berkaitan dengan isu ini jelas tak mencukupi. Sangat minim buku yang diterjemahkan dari bahasa lain ke dalam bahasa Persia.[1]
Akan tetapi, buku-buku dari Barat dan Timur tersebut mempunyai dua kehampaan. Pertama, mereka hanya membahas seputar kebutuhan fisik murid-murid, dan penekanannya hanya pada pendidikan duniawi sekaitan dengan isu tersebut. Semua riset hanya berkisar di seputar aspek-aspek ini, dan sama sekali tak berbicara tentang aspek spiritual dari kehidupan manusia, serta mengabaikan segala rujukan yang membahas tentang konsep akhirat.
Di Barat, tujuan satu-satunya adalah untuk melatih fisik dan pikiran anak demi mencapai kesenangan dan kenikmatan duniawi, agar ketika dewasa kelak mereka memiliki kondisi hidup yang ideal.
Kalaupun buku-buku tersebut berkaitan dengan moral, maka mereka membatasinya hanya pada tindakan moral demi memperoleh keuntungan duniawi, dan sama sekali tak menyinggung pahala yang dapat diperoleh seseorang sekaitan dengan perbuatannya selama menjalani kehidupan di dunia.
Kedua, problem pendidikan di Barat hanya bergantung pada solusi berdasarkan pengalaman masa lalu dan data statistik. Tak ada kesan "iman/keyakinan" pada proses ini.
Oleh karena itu, buku-buku tersebut tidak bermanfaat sama sekali bagi keyakinan seorang Muslim. Di mata seorang Muslim, manusia memiliki dua aspek penting, yaitu raga dan jiwa. Raga berkaitan dengan kehidupan dunia, dan jiwa berkaitan dengan kehidupan akhirat.
Melihat hal ini, penulis memutuskan untuk mempelajari, meneliti, dan kemudian menyampaikan kesimpulan bagi para pencari pengetahuan, dalam bentuk buku.
Penulisan ini menggunakan referensi dari al-Quran al-Karim, hadis, dan tulisan-tulisan sekaitan dengan isu moral. Sementara sumber acuan dari pengalaman pribadi penulis juga sangat berharga dalam upaya (penyusunan buku) ini.
Dengan demikian, diharapkan bahwa persembahan ini dapat bermanfaat bagi para pengasuh, yang berkecimpung dalam proses pendidikan di tengah komunitas Muslim.
Januari, 1980
Ibrahim Amini Najafabadi