Revolusi Islam, Sebuah Kebangkitan Rakyat Yang Dinamis
Revolusi Islam Iran merupakan salah satu fenomena terbesar dalam sejarah kontemporer. Iran – yang selama bertahun-tahun berada di bawah dominasi Barat – menghirup udara segar menyusul kemenangan Revolusi Islam dengan kepemimpinan Imam Khomeini ra dan mengakhiri dikte Barat di negara itu. Di antara keistimewaan dan nilai luhur Revolusi Islam Iran adalah memupuk semangat untuk menuntut kebebasan, melawan arogansi, dan membentuk pemerintahan berdasarkan nilai-nilai Islami.
Imam Khomeini ra membangun sebuah sistem demokrasi yang didasarkan pada agama dan sistem ini berdiri kokoh menentang kaum arogan dunia. Sejarah mencatat bahwa revolusi-revolusi besar dunia akan melupakan cita-citanya seiring perjalanan waktu dan terjebak dalam sejumlah masalah serta menyimpang dari jalur aslinya. Akan tetapi, Revolusi Islam Iran tetap bergerak maju dan berkomitmen terhadap cita-citanya dan Islam serta masih terus menikmati dukungan luas rakyat. Oleh sebab itu, kebangkitan rakyat Iran selalu menghadapi rongrongan dari kekuatan-kekuatan arogan. Lalu, apa saja faktor yang telah melestarikan Revolusi Islam Iran?
Bersandar pada nilai-nilai agama dan membangun sebuah pemerintahan sesuai dengan ajaran-ajaran Islam, termasuk di antara karakteristik utama Revolusi Islam dan juga di antara faktor-faktor yang membuatnya dinamis. Imam Khomeini ra mengatakan, "Islam dan pemerintahan Islam adalah perwujudan Tuhan dan akan menjamin kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat secara maksimal jika ajaran-ajarannya diterapkan. Islam punya kekuatan untuk menumpas kezaliman, perampokan, dan kerusakan serta mengantar umat manusia pada kesempurnaan sejati. Berbeda dengan ajaran-ajaran politeisme, Islam berperan dan mengawasi seluruh urusan individual, sosial, spiritual, budaya, politik, militer, dan ekonomi."
Dari segi situasi sejarah, Revolusi Islam Iran terjadi pada saat Barat telah meminggirkan agama. Dengan kata lain, Revolusi Islam pecah pada era keterasingan agama dan gerakan ini mengusung slogan tentang urgensitas menerapkan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan individual dan sosial. Kebangkitan besar ini memperkenalkan peristiwa pengutusan Rasulullah Saw pada permulaan Islam dan risalah para nabi sebagai teladan dan misinya. Sebagaimana Islam sebagai sebuah ajaran dan program komprehensif untuk kehidupan, revolusi ini juga terinspirasi oleh tujuan-tujuan mulia Islam.
Revolusi Islam Iran telah menyampaikan pesan kepada dunia bahwa Islam adalah sebuah ajaran yang tidak hanya mampu mempersiapkan sebuah perjuangan besar, tapi juga memiliki kapasitas untuk menyelesaikan dan mengelola berbagai krisis masyarakat di era modern. Agama Islam yang dinamis dan kaya tetap masih menjadi solusi atas derita umat manusia setelah 14 abad berlalu dari kemunculannya.
Selain nilai-nilai agama, kepemimpinan juga termasuk salah satu pilar utama Revolusi Islam dan kunci kelestariannya. Berbeda dengan pemimpin di negara-negara lain yang dinominasi oleh para politisi dan menduduki kursi kepemimpinan dengan berbagai intrik, maka legitimasi kepemimpinan dalam Revolusi Islam bersandar pada suara rakyat dan bersumber dari posisinya sebagai pakar agama. Oleh karena itu, pemimpin di pemerintahan Islam harus memiliki sifat-sifat seperti menguasai ilmu agama, adil, tawadhu, ikhlas, zuhud, berani, memiliki wawasan politik, dan mampu memimpin.
Imam Khomeini ra adalah figur terbaik yang menyandang sifat-sifat tersebut dan masyarakat juga sangat mengelu-ngelukan beliau. Ulama besar ini menahkodai bahtera Revolusi Islam dengan mengumpulkan semua kriteria yang dibutuhkan untuk kepemimpinan agama. Salah satu perbedaan utama Imam Khomeini ra dengan para reformis sejarah Islam lainnya adalah beliau selain terlibat langsung di arena percaturan, juga mempresentasikan prinsip-prinsip ideologi politiknya kepada rakyat dan memberi pencerahan kepada mereka. Beliau – setelah membuktikan kebenaran ideologi politiknya – secara perlahan merangkul rakyat Iran dan mengajak mereka untuk membangun sebuah revolusi besar serta mengakhiri dominasi Barat di Iran.
Setelah wafatnya Imam Khomeini ra, penerus beliau, Sayid Ali Khamenei juga menempuh jalan yang sama untuk melestarikan Revolusi Islam. Kepemimpinan di Republik Islam Iran dituntut untuk mampu memutuskan situasi-situasi genting dan memutuskan masalah-masalah yang paling rumit dan sensitif. Sepanjang 35 tahun sejarah revolusi, ada sejumlah tantangan serius yang berhasil diselesaikan dengan kebijaksanaan dan kearifan pemimpin Iran. Padahal, krisis-krisis seperti itu di negara lain biasanya akan berujung pada kekacauan sosial dan penggulingan penguasa.
Sebenarnya, puncak kesuksesan dan kemajuan Revolusi Islam terletak pada partisipasi luas masyarakat di berbagai bidang dan selalu menyambut seruan pemimpin revolusi secara sadar dan kompak. Revolusi Islam di Iran meraih kemenangan dengan melibatkan semua lapisan masyarakat baik mereka yang tinggal di kota-kota besar maupun warga pedesaan yang hidup jauh dari keramaian.
Mengenai dimensi kerakyatan Revolusi Islam, Ayatullah Khamenei mengatakan, "Rakyat adalah pemilik negara ini dengan beberapa alasan; pertama, Islam memberikan wewenang terbesar kepada masyarakat untuk mengatur tatanan-tatanan sosial dan memandang perangkat kepemimpinan sebagai sarana untuk mengabdi kepada masyarakat. Kedua, masyarakat adalah pembentuk dan penggagas sistem ini, sebab sistem tersebut berlandaskan pada sebuah revolusi dan revolusi itu diprakarsai oleh masyarakat. Dan ketiga, keterlibatan dan pengawasan rakyat akan memberikan jaminan terbesar dalam menjaga sistem tersebut dari penyimpangan. Bangsa ini akan menjaga amanah besar dari Allah Swt dengan cara mengamalkan surat wasiat Imam Khomeini ra, memelihara syiar-syiar, orientasi, nilai-nilai, dan prinsip-prinsip revolusi di bawah kemajuan dan inovasi."
Di antara faktor-faktor penting kemenangan Revolusi Islam adalah persatuan dan kesatuan rakyat, yang jarang terlihat di revolusi-revolusi lain. Agama Islam telah memainkan peran utama dalam membentuk persatuan itu dan menempatkan berbagai lapisan masyarakat pada jalur yang satu. Pada dasarnya, persatuan, sikap komitmen terhadap nilai-nilai Islami, dan kepatuhan kepada pemimpin telah melestarikan Revolusi Islam. Jelas bahwa fenomena itu juga membantu Republik Islam Iran dalam mengukir sejumlah prestasi besar di berbagai bidang.
Mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan rakyat, Imam Khomeini ra dalam surat wasiat politiknya menulis, "Tidak diragukan lagi, kunci untuk mempertahankan Revolusi Islam adalah kunci yang sama yang pernah digunakan untuk memenangkannya. Kunci kemenangan ini dikenali dengan baik oleh bangsa ini. Generasi mendatang akan membaca dalam sejarah bahwa ada dua prinsip utama dari kunci kemenangan itu. Pertama, tujuan Ilahiah dan cita-cita yang luhur berupa pembentukan pemerintahan Islam yang mendasari gerakan bangsa ini, dan yang kedua, persatuan bangsa di seluruh penjuru negeri dengan persamaan kata untuk mencapai tujuan dan maksud itu."
Pada bagian lain surat wasiatnya, Imam Khomeini ra menilai keberhasilan bangsa Iran dalam menumbangkan rezim despotik Syah Pahlevi sebagai sebuah mukjizat. Beliau menegaskan, "Tak perlu ragu bahwa Revolusi Islam Iran berbeda dengan revolusi-revolusi lain baik dalam kemunculannya, metode berjuang, dan juga motivasi revolusi dan kebangkitan. Tak ada keraguan bahwa revolusi ini merupakan sebuah karunia Ilahi dan hadiah dari Allah Swt kepada bangsa tertindas."
Menurut sejumlah pengamat, pilar-pilar utama setiap revolusi terletak pada sebuah ideologi dan ajaran yang dinamis, partisipasi rakyat, dan kehadiran seorang pemimpin yang diterima oleh semua lapisan masyarakat. Revolusi Islam Iran memiliki ketiga pilar tersebut dengan bentuk yang paling sempurna. Revolusi Islam telah menetapkan tujuan-tujuan besar di semua dimensi personal, sosial, dalam dan luar negeri, politik, ekonomi, dan budaya. Tujuan-tujuan yang diadopsi dari al-Quran dan hadis itu, tampak dalam slogan-slogan rakyat seperti, independensi, kebebasan, Republik Islam, kepemimpinan agama, dan keadilan sosial. [Islamic-sources/IRIB Indonesia]