Rahasia Keadilan Tuhan dan Perbedaan
Rahasia Keadilan Tuhan dan Perbedaan
Author :
Hadi
0 Vote
118 View
Masalah keadilan termasuk masalah penting yang pemahaman atasnya menjadikan manusia (khususnya umat Islam) tercerahkan dan penuh optimistis menghadapi hidup atau sebaliknya akan menjadi manusia pesimis dan pasif dalam arena kehidupan. Karena itu pemahaman yang benar dan proporsional atas keadilan ini merupakan agenda besar untuk menyingkap misteri tujuan dan hikmah penciptaan. Keadilan menempati posisi penting dalam Islam, sebagai salah satu cabang Tauhid. Keadilan memiliki keterkaitan erat dengan diamalkannya agama. Tanpa meyakini keadilan, tidak berguna kita mengamalkan agama dan menyembah Tuhan. Sebab, tanpa keadilan, seluruh nilai baik dan buruk tidaklah berarti serta penyembahan kepada Tuhan tidaklah berguna. Misalnya, jika orang berbuat baik maka tentu harus mendapatkan ganjaran kebaikan dari Tuhan, dan jika berbauat buruk harus mendapatkan hukuman dari Tuhan. Ini adalah keadilan ilahi, karena telah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Jika kita tidak percaya pada hal itu, yang berarti bisa saja orang baik dihukum Tuhan (dimasukkan ke neraka) dan orang jahat di beri ganjaran surga oleh Tuhan, maka untuk apa kita mengamalkan agama. Karena toh, percuma saja berbuat baik atau buruk, karena hasilnya tidak sesuai. Dari sini keadilan memiliki hubungan erat pula dengan janji kebangkitan di akhirat. Begitu pula, keadilan berhubungan erat dengan kehidupan manusia sebagai individual dan sosial,sehingga manusia senantiasa mengejar keadilan dan menolak kezaliman. Bayangkan jika keadilan tidak ditegakkan dan kezaliman meraja lela? Alquran dalam banyak ayatnya juga menegaskan pentingnya keadilan. Misalnya, “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan…” (Q.S. an-Nahl: 90); “Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk tidak berlaku adil”. (Q.S. al-Maidah: 8); “Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melakukan keadilan”. (Q.S. al-Hadid: 25) “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”. (Q.S. al-Mumtahanah: 8). Mungkin timbul keberatan di hati manusia akan keadilan ilahi. Hal ini karena adanya perbedaan yang dalam antara satu manusia dengan yang lainnya. Sebab kenyataan yang kita hadapi dalam hidup ini, seringkali membuat kita berkesimpulan bahwa jurang perbedaan yang ada menyimpan ketidakadilan (kezaliman). Ada orang yang bekerja keras, tetapi hidupnya tetap dalam kesulitan. Ada orang yang hanya ongkang-ongkang kaki, tetapi hidupnya melimpah mewah. Ada orang yang melihat kondisi ini sebagai ketidakadilan Tuhan, padahal boleh jadi, itu akibat ketidakadilan manusia. Kekeliruan berpikir ini terjadi akibat kekeliruan memahami makna keadilan sebagai kesamaan. Pembagian yang adil, bagi mereka adalah pembagaian yang sama. Padahal defenisi ini sangat parsial dan hanya bisa berlaku pada kondisi tertentu saja. Pada kondisi berbeda, atau bahkan pada umumnya, penyamaan akan menyebabkan ketidakadilan. Misalnya, menyamakan uang jajan anaknya yang masih SD dengan anak kuliah. Begitu pula dalam peran di kehidupan ini. Misalnya, jika semua orang adalah petani, maka tidak ada pula petani itu sendiri, sebab petani memerlukan cangkul, pupuk, racun, dan lainnya, sementara itu semua tidak ada karena tidak ada tukang cangkul, tukang pupuk, atau tukang buat racun. Jika semua orang kaya, maka kekayaan itu sendiri tidak akan ada harganya, jika malam terus-menerus tanpa siang, maka malam tidaklah ada. Jika semuanya muslim dalam tingkatan yang sama, Islam pun tak kita kenal. Jadi berpasangan dan perbedaan merupakan hal penting alam makhluk (ciptaan). Artinya perbedaan menunjukkan keadilan sedangkan penyamaan akan berakibat pada kezaliman. Jadi, dari sisi penciptaan perbedaan yang terjadi adalah keniscayaan yang tidak merusak keadilan Tuhan. Karena itu, perbedaan memiliki rahasia dalam alam penciptaan. Di antara rahasianya adalah sebagai berikut : Jika tidak ada perbedaan, maka Tuhan harus menciptakan satu makhluk saja, karena jika menciptakan lebih dari satu akan meniscayakan perbedaan. Sebab, mustahil ada dua hal tanpa ada perbedaanya. Perbedaan menunjukkan pada keagungan tatanan alam (dan manusia), karena, tanpa perbedaan, tidak akan ada kemajuan dan keanekaragaman serta keseimbangan yang mengarahkan pada kesempurnaan.Allah berfirman : “Dan diantara tanda-tanda kekuasaannya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasa dan warna kulitmu.” (Q.S. al-Rum: 22). Perbedaan menunjukkan kesalinghubungan dan kesalingbutuhan yang merupakan karakter makhluk. Perbedaan itu akan menghadirkan mozaik keindahan dan pengenalan eksistensi kebaikan secara beragam dan bertingkat. Dalam penalaran filososfis, perbedaan merupakan hal yang esensial dan bagian dari keberadaan itu sendiri. Karenanya, menghilangkan perbedaan sama dengan menghilangkan eksistensi atau wujud itu sendiri. Sebab, penciptaan setidaknya berdasarkan pada dua hal yaitu: mungkin untuk diciptakan dan mengandung kebaikan. Maka perbedaan dalam penciptaan sudah memenuhi dua dasar tersebut, artinya perbedaan merupakan hal yang mungkin dan mengandung kebaikan. Karena yang mustahil dan tidak memiliki kebaikan, tidak akan diciptakan oleh Allah. Meskipun ada perbedaan, namun Tuhan menilai setiap orang sesuai dengan aktualisasi potensinya. Jika setiap manusia itu mengaktualkan potensinya hingga mencapai puncak kesempurnaan, maka semuanya sempurna, meskipun dalam tingkatan yang berbeda. Inilah mengapa Allah dalam kitab-Nya menyamakan para Nabi sekaligus juga membedakannya (lihat Q.S. al-Baqarah: 253 dan 285). Karena itu mari kiya menghormati dan merayakan perbedaan dalam pikiran, sikap, dan perilaku kita sehari-hari, tanpa diembel-embeli dengan hinaan yang merendahkan, cacian yang menjengkelkan, atau tuduhan yang mengundang permusuhan dan kebencian. Jangankan kita berpikir untuk memaksakan persamaan bagi semua. Biarlah setiap orang mengambil bagian dalam perannya di kehidupan ini dan kehidupan mendatang. (hd/liputanislam.com)