Syiah Ditolak Syiah Dicari

Syiah Ditolak Syiah Dicari

Syiah Ditolak Syiah Dicari

Author :

O. Hashem

Editor :

A.M Safwan

Publish number :

6

Publication year :

2014

Publish location :

Yogyakarta

Number of volumes :

1

ISBN :

978-602-1602-12-6

(0 Votes)

QRCode

(0 Votes)

Syiah Ditolak Syiah Dicari

“Di dunia ini segala hal berubah kecuali tulisan yang menentang Syi’ah. Segala permulaan ada ujungnya, kecua­li tuduhan terhadap Syi’ah. Mengapa ? Apakah syi”ah itu pembuat onar atau pembikin kekacauan, yang hanya ingin mengganggu orang?” Begitu tulis al-Syaikh Jawad al-Mughniyah, alim besar dari Libanon, ketika ia mengantar­kan buku Abdullah bin Saba wa Asathir Ukhra. Kalimat-kali­matnya lebih merupakan semacam keluhan, daripada pernyatan ilmiah. Sebagai seorang Syi­’ah, ia tentu sering membaca kecaman-kecaman terhadap Syi’ah yang tidak didasarkan bukti-bukti yang dapat diper­tanggung jawabkan. Seakan-akan untuk mengecam Syi’ah tujuan menghalalkan segala macam cara: berdusta, memfitnah atau memalsukan keterangan tidak diperbolehkan, kecuali untuk menghantam Syi’ah. Banyak buku telah ditulis tentang Syi’ah oleh lawan-­lawan Syi’ah. Selama ratusan tahun, Syi’ah telah menampung semua tuduhan yang paling nista: fasik, kafir, musyrik, zindik, munafik. Tidak jarang bersamaan dengan meruntuhkan kehormatan Syi’ah, orang pun menumpahkan darah mereka. Tidak ada mazhab di dalam Islam yang begitu banyak menanggung penindasan seperti orang Syi’ah. Tidak heran kalau mereka sering meneriak­kan kalimat (yang oleh musuh Syi’ah boleh jadi (sebut teriakan teroris), Setiap hari bagi kami hari Karbala, dan mihrab kami adalah mihran darah.” Bukan lantaran Syi’ah adalah drakula penghisap darah. Mereka adalah orang-orang yang sepanjang abad darahnya boleh ditumpahkan tanpa belas kasihan. Al-Syawkani (1383 . 400 ) “Dan sesungguhnya diantara syi’ahnya itu Ibrahim, yakni di antara ahli agamanya dan orang yang mengikutinya dan menyerupainya dalam berdakwah kepada Allah, kepada mengesa­kan-Nya, dan kepada mengimani­Nya. Kata Mujahid: artinya, berada pada jalan hidup dan sunnahnya. Kata Al-Ashma’i : syi’ah itu pendukung, diambil dari kata syiya’, yang artinya ranting-ranting kayu yang dibakar beserta kayu yang besar, sehingga bernyala besar. Kata Al-Fura : Artinya, diantara syi’ah Muhammad adalah Ibrahim; kata ganti “nya” dimaksudkan Muhammad saw.” Ibn Katsir (tt:12) “Kata Ali bin Abi Thalhah dari Ibn Abbas r.a. (Dan sesungguhnya diantara syi’ah­nya itu Ibrahim), artinya diantara ahli agamanya . Kata Mujahid: “Berada pada hidup dan sunnahnya.” Al-Zamakhsyari (tt;344) “(Di antara Syi’ahnya) di antara orang yang mengikutinya pada pokok-pokok agama, walaupun berbeda syari’atnya, atau mengikutinya dalam berpegang teguh pada agama Allah dan bersabar menghadapi para pendusta. Mungkin juga syari’at mereka (yakni, Ibrahim dan Nuh -pen.) bersa­maan dalam banyak hal. Dari Ibn Abbas r.a. : Artinya, dari ahli agamanya dan mengikuti sunnahnya. Antara Nuh dan Ibrahim ada dua nabi – Hud dan Shalih a.s. – dan antara Nuh dan Ibrahim ada 2640 tahun . Jika anda bertanya, mengapa dikaitkan dengan zharaf? (kata “idz” atau “ketika” -pen.). Aku jawab: Karena “Syi’ah” berarti mengikuti, yakni di antara orang yang mengikutinya, yakni di antara orang yang mengikutinya pada agamanya dan taqwanya ketika mendatangi Tuhannya dengan hati yang selamat adalah Ibrahim. Atau artinya : Ingatlah! Al-Thabrasi (tt 448) “(Dan di antara Syi’ahnya itu Ibrahim) yakni, mengikuti jalan hidupnya dan sunnahnya dalam tawhid, keadilan, dan mengikuti yang benar. Begitu menurut Mujahid. Kata orang, maknanya itu di antara Syi’ah Muhammad itu ialah Ibrahim”. Al-Thabathabai ( 1393 : 147 ) “(Dan di antara syi’ahnya itu Ibrahim) Syi’ah adalah kaum yang mengikuti yang lain, yang menjalani jejak mereka. Pokoknya, siapa saja yang bersamaan dengan seseorang dalam jalan hidupnya, ia disebut syi’ah, apakah ia datang sesudahnya atau sebe­lumnya. Firman Allah : “Dan sebuah tabir telah dipasang antara mereka dan apa yang mereka inginkan, seba­gaimana dilakukan oleh pengi­kut mereka dahulu. Sesungguh­nya mereka adalah dalam kera­gu-raguan yang mencemaskan.” (QS Saba’ [34] ayat 54) Dari konteksnya kata ganti “nya” pada “syi’ahnya” adalah Nuh. Artinya Ibrahim adalah orang-orang yang menyerupai Nuh dalam agamanya, yaitu agama Tawhid. Kata orang: “nya” itu kepada Muhammad saww. Tetapi dari konteks, tidak ada petunjuk ke sana. Ada yang berkata : Di antara keindahan susunan ayat ini ialah melanjutkan kisah Nuh a.s. – ia adalah Adam kedua dan Bapak umat manusia dengan kisah Ibrahim a.s. – Bapak para nabi, asal-usul kebanya­kan para nabi sesudahnya; dan pada agama Ibrahim ditegakkan agama-agama Tawhid yang hidup dewasa ini seperti agama Musa, ‘Isa, Muhammad saw. Juga Nuh as diselamatkan Allah dari tenggelam (al-gharg) dan Ibrahim a.s. dari pembakaran (al-harq).” Dr. Muhammad Nahaud Hijazi (1968:31) “(Syi’ahnya) Syiah seseo­rang adalah pengikutnya dan pembelanya. Setiap kaum yang berkumpul pada suatu hal, maka mereka adalah syi’ahnya. Setelah meninggal Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib, kata Syi’ah diartikan sebagai kelompok khusus.” Secara singkat, di dalam isti­lah al-Qur’an syi’ah seseorang adalah yang mengikuti, yang mendukung, yang meniru, yang menyerupai, yang berkumpul dalam jalan hidup dan sunah orang itu. Dalam arti inilah kita memahami kata Syi’ah Nuh, Syi’ah Ibrahim, Syi’ah Musa, Syi’ah Muhammad, Syi’ah Ali dan sebagainya.