Jose Mujica: Presiden Bergaya Jelata
Di tengah hiruk pikuk kontestasi menuju kursi RI 1, tengoklah sosok Presiden Uruguay berusia 78 tahun ini.
Namanya Jose Mujica, mungkin kita dapat belajar banyak bagaimana standar memilih presiden dari pria tua radikal ini.
Sebelum terpilih menjadi Presiden Uruguay pada November 2009, Jose Mujica dikenal sebagai pemberontak gerilyawan Marxis bernama Tupamaros. Kerjanya mengobarkan revolusi di akhir 1960 dan awal 1970 dengan sayap organisasi politik bernama Movimiento de Liberancion Nacional atau biasa disingkat MLN.
Tupamaros dikenal sebagai sayap perang dan unit kampanye propaganda yang unik. Salah satu operasi khas Tupamaros adalah bergaya heroik ala Robin Hood.
Semasa menjadi gerilyawan, Jose Mujica sangat terbiasa merampok bank dan truk angkutan bahan pokok dan barang rumah tangga untuk kemudian hasilnya dibagi-bagikan kepada warga miskin di daerah kumuh Montevideo.
Selama hidupnya Jose Mujica sudah 14 kali masuk penjara dan tertembak sebanyak enam kali. Dia selalu terkenang perjumpaan dia dan istrinya dengan Che Guevara. Barangkali dia juga pemimpin terakhir di dunia yang bertemu dengan Mao Zedong.
Saat menjadi presiden di awal 2010, dia berkoalisi dengan poros Kiri-Tengah dan kemudian menjadi seorang presiden berdaulat bergaya orang biasa yang sangat sederhana.
Sehari-hari dia tampil memimpin dan memerintah dengan celana ngatung, sandal-sepatu biasa dan pakaian yang lebih sering kusut seperti belum diseterika.
Jose ‘Pepe’ begitu ia biasa disebut, berusaha menghindari semua perangkap kekuasaan untuk melakoni hidup ugahari. Dia menolak tinggal di istana dan memilih berdiam di rumah pertanian kecil milik istrinya yang juga seorang pejabat di Konggres Uruguay. Majalah The Economist menobatkan negaranya sebagai Country of The Year 2013 dan menyebut dirinya rendah hati, berani, liberal dan menyukai kegembiraan.
Gajinya disumbangkan untuk kegiatan sosial. Tak ada pesawat dinas pribadi, karena dia lebih senang menjadi penumpang kelas ekonomi. Mobil dinas disingkirkannya, karena dia memilih membawa sendiri Volkswagen Beetle tua miliknya. Gaya hidupnya ini membuat dia dijuluki Presiden Termiskin di Dunia.
“Jika saya mengajak orang-orang hidup seperti saya, mungkin mereka akan membunuh saya,” ucap Jose ‘Pepe’ tentang gayanya.
Dia menolak disebut miskin. Menurutnya ini hanya soal gaya hidup yang dipilihnya.
“Menurutku yang pantas disebut miskin adalah mereka yang bekerja keras hanya untuk mempertahankan gaya hidup mewah. Selalu menginginkan lebih dan lebih.”
Penampilan Jose Mujica adalah cermin dari prinsip hidupnya. “Aku muak dengan aturan yang ada. Kita berada di sebuah era di mana kita tidak bisa hidup tanpa menerima logika pasar,” kata Jose. “Apa yang kita lakukan adalah otomatisasi dari kehendak pasar.”
“Jika kita bisa hidup dengan apa yang kita miliki dan menjadi bijaksana, maka 7 miliar manusia di dunia ini akan mendapatkan apa pun yang mereka butuhkan,” tutur Jose Mujica.
Jose mengatakan, politik global seharusnya mengarah ke nilai-nilai kebersamaan, bukan memberi ruang bagi kerakusan manusia dan kebutuhan yang ditentukan pasar.
Selain mengubah watak kekuasaan agar lebih melayani, Jose menginspirasi prinsip-prinsip negara yang hadir untuk membela hajat hidup orang banyak. Contohnya perjuangan Jose memberi akses atas pekerjaan dan pengembangan pertanian bagi warga yang tak punya akses tanah. Dia menolak membuang-buang konsumsi berlebihan atas sumber daya seperti energi. Kunci dari semua masalah publik menurutnya adalah kebijakan politik dan gaya hidup yang sepatutnya.
“Ini hanya soal pilihan. Sebagai presiden, jika tak punya banyak harta, Anda tak perlu bekerja keras seumur hidup, seperti budak, hanya untuk mempertahankannya.” (Tasning Daeng Toro) [islamic-sources/ahlulbaitindonesia]